Chapter 25. Rindu Mereka
Yunho dan Jaejoong pergi setelah itu. Jaejoong mengajak Yunho masuk ke dalam ruang kerjanya untuk bicara. Yunho masih menggenggam jemarinya erat, seolah tak akan pernah melepaskan jemari itu lagi. Yunho ingin mengatakan banyak hal pada Jaejoong sekarang. Tentang semua perasaannya terhadap lelaki menawan ini. Begitu mereka sudah masuk ke dalam ruangan Jaejoong, Yunho langsung memeluknya erat.
"Jae..."
"Hm?"
"Kau tahu, aku selalu merindukanmu."
"Aku juga, Yun." Jaejoong balas merengkuhnya. Selama perpisahan mereka, Jaejoong sudah banyak belajar untuk menyelami rasa. Pikirannya selalu terpusat pada seseorang yang juga sedang berjuang, sama sepertinya. Lelaki itu yang kini sudah ada di depannya, menepati janji yang dulu pernah mereka buat.
"Aku masih belum mendengar jawabanmu." Yunho menaikkan sudut bibirnya.
"Jawaban?"
"Aku mencintaimu. Kau mencintaiku tidak?"
Jaejoong menggeram. Dia tidak pintar dengan kata-kata, namun dia juga kesal dengan pertanyaan Yunho. Apa Yunho tidak bisa melihat perasaannya? Meski tanpa kata begitu?
"Aku mencintaimu. Aku butuh jawabanmu." Yunho merengut.
"Apa itu penting?"
"Tentu penting. Aku ingin mendengarnya langsung."
"Tidakkah perbuatan lebih membuktikan segalanya?" Jaejoong merengut tak terima. Yunho tersenyum dengan wajah kesal. Senyuman palsu ala Yunho. Senyuman yang membuat Jaejoong berkeringat dingin. Yunho marah. Mau apa dia? Ini pertemuan pertama mereka, tetapi kenapa sudah bertengkar begini?
"Aku butuh ucapan."
"Jangan kekanakan, Yun."
"Aku butuh jawaban, Jae! Aku sudah datang jauh-jauh kemari untuk menemuimu, tetapi kau tidak akan mengatakan cinta. Kau tega sekali!" Yunho protes. Jaejoong tersenyum, lalu melangkah ke arah Yunho. Jemarinya terkepal dan dalam beberapa detik, lelaki itu langsung memukul perut Yunho.
Pukulan Jaejoong benar-benar menyakitkan.
"Apa ini, Jae?" Yunho memang pintar bela diri, namun dia tidak menyangka kalau Jaejoong akan memukulnya begini.
Namun kekesalan Yunho menghilang ketika Jaejoong langsung menubruknya, menarik tengkuknya, dan melumat bibirnya. Jaejoong tidak pernah belajar mencium sebelumnya, namun dia bisa melakukan ini pada Yunho. Yunho mengerjap beberapa kali. Kalau pertanyaannya sanggup membuat Jaejoong bertingkah begini manis, Yunho rela untuk terus bertanya.
"Apa kau mencintaiku? Apa kau mencintaiku?" Yunho masih bertanya itu. Modus kau, Jung!
"Tidakkah itu sudah sampai di hatimu?"
"Tidak."
"Pembohong. Cabul!"
"Aku mencintaimu. Kau?"
"Ayolah, Jung Yunho! Jangan membuatku kesal seperti ini! Kau sengaja melakukan itu untuk membuatku marah?" Jaejoong protes. Wajahnya terlihat kesal. Yunho memang sengaja membuatnya kesal dan marah. Lihat saja wajahnya itu!
"Kau mencintaiku tidak?"
"Jung Yunho!"
"Cinta tidak?" Yunho masih senang mengulang pertanyaan itu lagi. Jaejoong menghela napas dan menunjuk wajah Yunho.
"Aku tidak akan mencium orang yang tidak kucintai."
"Jadi?"
"Tidak bisakah kau membiarkanku damai sehari saja, Jung?" Jaejoong merengut. Yunho baru saja datang dan sudah membuatnya kelimpungan lagi. Jaejoong tahu kalau Yunho tidak akan pernah peduli dengan rasa malunya.
"Katakan saja, Jae! Apa susahnya mengatakan kata itu? Saranghae begitu..."
"Yun!"
Yunho tergelak geli. Jaejoong bergerak gelisah lalu menatap wajah Yunho sebentar. Dia menghela napas dan akhirnya bersiap mengatakan sesuatu pada Yunho.
"Aku mencintaimu."
Yunho tersenyum lebar setelah itu. Dia senang sekali membuat Jaejoong menurut seperti itu. Keduanya menghabiskan waktu berdua setelah itu. Dengan penuh cinta. Tidak ada waktu untuk saling mengganggu karena keduanya sedang mencoba mengingat ulang kenangan. Mereka meluapkan kebahagiaan lagi.
Yunho sangat dewasa saat ini, namun di depan Jaejoong dia masih menyebalkan seperti biasa. Jaejoong pun begitu. Mereka saling mencintai. Lebih besar daripada sebelumnya. Yunho sudah membuktikan kalau dia akan berdiri di puncak. Jaejoong pun sama. Dia bisa berhasil meski harus merangkak dari bawah. Yunho menghabiskan waktunya di apartemen Jaejoong, bahkan menginap di sana.
"Kau punya banyak uang, kenapa tinggal di tempatku? Bukankah kau sudah menyewa sebuah hotel mewah?" tanya Jaejoong cepat. Yunho mengangguk.
"Tetapi di sana ada yang kurang."
"Apa?"
"Kurang kau."
"Yun, kenapa kau jadi lebih menyebalkan daripada sebelumnya?"
Yunho terkikik geli karena pertanyaan Jaejoong. Selama ini dia sudah bertingkah sangat dingin hanya untuk menciptakan image di depan client dan karyawannya. Sekarang dia sudah bebas menjadi diri sendiri. Hanya di depan Jaejoonglah Yunho bisa menunjukkan sifat manjanya.
Keduanya sudah menemukan kebahagiaannya masing-masing.
"Kenapa kau senang sekali memelukku?" Jaejoong protes ketika Yunho memeluknya erat. Posisi mereka saat ini sedang berada di sofa depan TV. Yunho memeluk Jaejoong dari belakang dengan posisi tidur.
"Aku rindu padamu."
"Tetapi kau menggangguku, Yun! Lepaskan tanganmu dari perutku sekarang juga!"
"Kenapa kau dingin sekali?"
"Aku geli."
Yunho teringat sesuatu tiba-tiba. Dia bangkit dan menarik lengan Jaejoong agar ikut duduk. Keduanya saling menatap. Yunho mengernyitkan dahi, sementara Jaejoong menggaruk tengkuknya bingung.
"Buka bajumu!" ucap Yunho tajam. Jaejoong merengut dan memukul kepala Yunho kesal.
"Perintah macam apa itu, hah?!"
"Aku curiga."
Jaejoong membeku. Yunho tidak memercayainya? Sebenarnya apa mau Yunho sekarang? Jaejoong kesal setengah mati. Yunho menganggapnya selingkuh? Apa-apaan itu, Jung Yunho? Jangankan selingkuh, tertarik dengan lelaki lain saja tidak pernah!
"Aku tidak pernah mengkhianatimu." Jaejoong berbisik kecewa. Yunho menggeleng kencang dan memeluk Jaejoong.
"Bukan itu yang kumaksud, Sayang!"
"Ha?" Jaejoong mengerjap.
"Aku curiga sesuatu." Yunho menarik lengan Jaejoong. Tidak ada bekas apapun di pergelangan tangan Jaejoong. Lalu di lengannya juga tidak ada. "Buka bajumu, Jae!"
Jaejoong paham apa yang Yunho maksud sekarang.
"Aku tidak pernah melukai diriku lagi, Yun." Jaejoong tersenyum. Jemarinya mengusap pipi Yunho lembut. Yunho masih keras kepala.
"Buka bajumu, Jae!" Oh, sebenarnya itu hanya trik seorang Jung Yunho untuk melihat tubuh kekasihnya.
Jaejoong menurut. Dia membuka bajunya di depan Yunho. Yunho menelan ludah gugup. Tubuh putih itu, kulit yang halus... Yunho benar-benar tidak bisa menahan godaannya. Dia menelan ludah lagi. Dia kira, dia yang akan menang dan membuat Jaejoong malu. Tetapi nyatanya Yunho yang sudah tergoda begini.
Yunho berdiri dan melarikan diri ke kamar mandi.
"Yun, apa aku boleh memakai bajuku kembali?"
***
Seharusnya hari ini adalah hari kencan pertama mereka setelah sekian lama tak berjumpa. Jaejoong sudah menunggu sejak lama di kantornya, menunggu seorang Jung Yunho menjemput. Dua jam dia menunggu di lobby, namun Yunho tidak datang juga.
Lalu sesuatu terjadi.
Seseorang melangkah ke arah Jaejoong dan memberikan sebuah balon.
"Apa ini?"
"Seseorang menitipkan ini padaku. Untuk Anda, Tuan." Orang itu pergi. Jaejoong bingung sekali. Ada sebuah kertas yang terikat di bagian bawah tali balon itu. Kertas dengan tulisan huruf 'W'.
Ketika Jaejoong masih bingung, seseorang datang lagi. Dia juga memberikan balon. Ada huruf 'I' di sana. Jaejoong geram. Ayolah, ini tidak lucu sekali! Dua orang muncul setelah itu dengan membawa dua balon, yang masing-masing memiliki kertas dengan huruf 'L'.
Orang lain seolah mengikuti tingkah orang-orang sebelumnya. Setelah orang dengan balon bertulisan 'U' muncul, balon itu datang lagi. Huruf 'M', 'A', 'R', 'R', dan 'Y'.
Ketika Jaejoong tersadar, dia mulai membaca balon-balon di tangannya itu. WILL U MARRY...
"Jae..." Sebuah suara terdengar setelahnya. Jaejoong mendongak, mengerjap. Mulutnya melongo. Jung Yunho muncul dengan sebuah balon dengan tulisan 'ME' dan bunga.
"Yun..." Jaejoong menangis haru. Ini mengejutkan sekali. Yunho melamarnya! Yunho memberinya kejutan gila!
Karyawan lain bertepuk tangan senang dan berkumpul di sekitar mereka.
"Jawabanmu?" Yunho tersenyum lebar.
"Yes."
Jaejoong memeluk Yunho erat. Semua orang tersenyum melihat itu. Yunho mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah cincin untuk Jaejoong. Sekarang Yunho benar-benar mantap mengikat seorang Jaejoong.
Pernikahan mereka berlangsung selang sebulan kemudian. Pernikahan itu sangat mewah dan meriah. Beberapa kolega diundang. Bahkan Jaejoong juga mendesain jas pernikahan mereka.
Ibu Jaejoong menangis haru bersama suaminya, sementara ayah Jaejoong pun datang. Kedua orang tua Yunho tertawa bahagia bersama Jaejoong.
"Bagaimana kau menaklukkan anak kami, Jaejoong?" Ibu Yunho sangat bersemangat. Yunho melengos tak suka. Hari ini pernikahannya, tetapi Jaejoong sudah dirampas begitu.
"Hanya dengan sedikit lemak, Eomma..."
Mereka berdua tertawa.
Yunho sangat kesal ketika melihat Jaejoong dan ibunya tertawa senang seperti itu dan mengabaikannya. Jaejoong melirik Yunho sesekali. Yunho cemberut sejak tadi. Jaejoong tersenyum dan melangkah ke arah Yunho.
"Kau menyesal menikah denganku?" Jaejoong menyenggol lengannya.
"Pemikiran macam ap..." Yunho hampir emosi, namun matanya menangkap sebuah senyuman dari bibir Jaejoong.
"Lalu kenapa kau terlihat kesal?"
"Jae, aku harus bertahan berapa lama? Aku tidak tahan lagi dengan pesta ini! Mereka semua menatapmu!"
"Tentu saja, Yun! Aku sudah biasa ditatap orang."
"Sekarang tidak ada hal seperti itu lagi! Aku akan mencongkel mata orang yang berani menatapmu."
"Kau akan mencongkel mata ibumu juga? Ibumu adalah pelanggan VIP perusahaanku. Dia selalu memesan baju hasil desainku."
Yunho mendengus.
"Sekarang aku suamimu, jadi kau tak perlu cemas dengan itu, Yun. Kau juga sudah membuat kesepakatan denganku. Kesepakatan seumur hidup bahkan hingga mati. Dengan nama cinta dan sumpah suci." Jaejoong mencoba membuat Yunho tidak cemas lagi. Yunho menghela napas dan tersenyum.
"Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu."
"Yun..."
"Ya?"
"Aku masih bingung."
"Soal apa?"
"Posisi kita. Apa aku yang akan menusukmu?"
Yunho melongo. Pertanyaan macam apa itu, Jung Jaejoong? Dari sudut mana saja kau tidak akan bisa melakukan itu pada Jung Yunho. Yunho adalah dominan mutlak. Dia adalah top, seme, dominan...
"Jae, suamiku sayang..." Yunho mendekat, jemarinya menangkup kedua bokong Jaejoong. Jaejoong berjengit karena terkejut.
"Apa yang kau lakukan, Yun?"
"Aku akan menunjukkan padamu di ranjang nanti. Aku akan menunjukkan kalau posisi yang seperti itu tidak perlu dipikirkan, tetapi hanya perlu kau lakukan. Aku akan menunjukkan padamu nanti kalau suamimu ini adalah pejantan tangguh. Sudah bisa kupastikan kalau kau ada di bawahku, mendesah, dan... tertusuk." Yunho berbisik seduktif dan menjilat telinga Jaejoong.
Jaejoong merinding tiba-tiba.
Habislah sudah riwayatnya nanti! Padahal Jaejoong hanya bercanda. Dia tahu posisinya, paham dan mengerti. Tetapi karena Yunho kesal seperti itu, dia mencoba untuk menggoda sebentar. Namun tak dia sangka kalau Yunho akan menanggapinya seperti itu. Sudah bisa dipastikan kalau kau tidak akan bisa bangkit dari ranjang, Jaejoong!
Selamat berjuang akibat ucapanmu sendiri!
END
Awalnya cerita ini ada 26 chap, tapi ternyata kok ya yang chap 26 itu seupil. Jadinya aku gabungin sama chap 25. Makasih buat selama ini, ya! Dulu aku naif, yak? *emang sekarang kagak?*
Entahlah... pokoknya yang ini revisinya ngebut... Alurnya jadi kilat banget. Tapi kalau kalian cukup paham dan peduli kalau ini cerita lama yg aku revisi, kalian nggak akan sok iya. Dan selamat untuk follower yang udah terblokir. Aku mau bikin adegan ena-ena, tp aku tunda dulu. Hahahaha... dan kalian gak bakalan bisa BACA! *puas*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top