Chapter 22. Luka

            Yunho hancur.

Tubuhnya gemetar hebat. Jantungnya berdegup kencang. Seluruh tubuhnya dingin. Air mata sudah mengalir deras di pipinya sejak tadi. Di depannya seseorang sedang tertidur dan terlihat pucat. Hal paling mengerikan adalah ketika dokter keluar dan mengatakan padanya, "Syukurlah kalian membawanya tepat waktu. Kalau tidak, mungkin dia tidak akan dapat diselamatkan."

Yunho menggenggam jemari Jaejoong, mengecup pergelangan tangan yang sudah diperban itu.

Beberapa waktu lalu Yunho bergerak ke rumah Jaejoong untuk minta maaf, namun pembantunya mengatakan kalau Jaejoong masuk ke kamarnya sejak datang. Wajahnya kacau sekali. Yunho tahu kalau Jaejoong bisa melakukan sesuatu yang berbahaya ketika marah dan kalut, jadi Yunho memutuskan untuk masuk.

Ketika masuk ke dalam kamar Jaejoong secara paksa dengan kunci cadangan, hal pertama yang Yunho lihat adalah kamar mandi Jaejoong. Ada suara kran air, namun tak ada suara apa pun di dalam sana. Ketika pintu kamar mandi terbuka, Yunho berteriak kacau. Jaejoong tergeletak di lantai dengan darah di pergelangan tangannya.

Lelaki itu membawa lelaki pujaannya ke rumah sakit dengan raut kacau.

"Kau sangat membenciku?" Yunho mengusap pipi Jaejoong sebentar. Jaejoong masih menutup mata di atas kasur putihnya.

"Kalau kau membenciku, pukul aku, Jae! Kau tidak perlu menyakiti dirimu sendiri."

Yunho mengecup kedua mata Jaejoong yang sedang terpejam. Yunho ingin menciumnya lagi kalau saja lelaki di bawahnya itu tidak membuka mata. Yunho mengerjap dan mengerucutkan bibirnya.

"Jae..."

"Pergi!" Hanya itu yang Jaejoong katakan. Suaranya terdengar lemah sekali. Yunho memeluknya erat. Dia tidak mengerti kenapa Jaejoong membuatnya kacau begini.

Yunho menangis kembali.

"Kenapa kau melakukan ini?" Yunho berbisik. Suaranya terdengar terluka.

"Karena aku ingin mati."

Yunho menggeleng. Dia tidak akan membiarkan Jaejoong berpikiran seperti itu lagi. Jaejoong adalah lelaki yang sangat berharga untuknya. Kalau Jaejoong pergi, mungkin Yunho bisa gila.

"Kalau kau mati, aku bisa gila."

"Kau tidak akan gila."

"Kenapa kau melakukan ini, Jaejoong? Apa yang harus kulakukan untukmu? Apa yang harus kulakukan agar kau tak menyakiti dirimu lagi?"

Tinggallah di sisiku, hanya bersamaku.

Tidak, Jaejoong tidak mengatakan itu meski ingin. Dia hanya berbisik pelan dan ingin memeluk Yunho. Meski rasanya dia tak akan mampu melakukannya.

"Kau tidak akan mengerti."

"Aku bisa belajar mengerti dirimu, Jaejoong. Kau hanya harus menunggu. Jangan berhenti untuk memberiku kesempatan! Aku akan melakukan apa pun. Aku akan belajar memahamimu. Aku akan mengerti dirimu sepenuhnya."

"Tidak perlu."

"Aku memerlukanmu."

Keduanya bungkam. Meski masih lemah, Jaejoong masih bisa berpikir tentang ini. Rasa sakit yang Yunho timbulkan sangat memuakkan. Jaejoong ingat bagaimana ekspresi bahagia Yunho ketika bersama dengan wanita-wanita itu. Apalagi seorang wanita menggaet lengannya, dan Yunho tak marah sama sekali.

Lalu apa itu namanya, Jung?

Kau benar-benar memuakkan dan menyebalkan!

"Kau akan membuatku hancur, Jae! Kau akan menghancurkanku kalau menyakiti dirimu sendiri." Yunho menangis.

Jaejoong mencoba untuk tidak memikirkan itu, namun dia tak sanggup. Matanya mengerling beberapa kali, lalu pintu kamarnya terbuka. Mata Jaejoong melotot terkejut. Wanita itulah yang dia lihat tadi siang di kampus.

"Soo Ah?" Yunho menoleh perlahan.

Jaejoong tidak tahan lagi. Sekarang apa, Jung? Kau ingin mengenalkan wanita pilihanmu pada Jaejoong?

"Bajingan, pergi kau!" Jaejoong menggeram pelan. Dia tidak punya tenaga untuk berteriak.

"Jae?"

"Aku tidak memerlukanmu! Kau makin membuatku jijik, Jung!"

Soo Ah melongo. Dia tak mengerti. Sebenarnya dia datang ke tempat ini untuk mengantarkan sesuatu pada Yunho. Baru saja masuk Jaejoong sudah berkata kasar seperti itu. Soo Ah juga satu kampus dengan Yunho dan Jaejoong, hanya saja semua orang tak tahu kalau Soo Ah adalah...

"Oppa... Jae marah?" Soo Ah mengerjap.

Dengar itu, Jaejoong? Dia memanggil Yunho dengan sangat mesra. Jaejoong tidak tahan lagi. Dia hampir menjerit kalau Yunho tidak membawa Soo Ah pergi. Namun...

"Jaejoong, maaf. Mungkin kau salah paham. Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Aku datang kemari untuk mengantarkan sesuatu." Soo Ah keluar dan mengambil sebuah boneka yang besar sekali.

"Ini dari kakakku."

Kakak?

"Jaejoong, ini sepupuku. Jung Soo Ah." Yunho peka dengan apa yang terjadi sekarang. Soo Ah mengangguk cepat. Dia meletakkan boneka besar itu di dekat Jaejoong dan tersenyum lebar.

"Jaejoong, mungkin aku akan mengatakan ini sekali padamu. Kakakku tidak akan pernah merendahkan dirinya untuk orang lain, tetapi untukmu dia melakukan segalanya. Bahkan dia mengganggu kencanku hanya agar membelikanmu hadiah ini."

"Kau bukan pacarnya?" Jaejoong melongo.

"Mana mungkin, Jae!" Kali ini Yunho yang berteriak tak terima. Soo Ah tergelak geli dan melambai.

"Dia sepupuku, Jaejoong. Ah, aku harus pergi. Oppa, kau harus menjaga Jaejoong dengan baik. Kau tidak boleh mengurusi bisnis lebahmu itu dulu."

"Lebah?" Yunho tak terima.

"Tentu saja! Lebah senang sekali menimbun sesuatu. Kau juga melakukannya. Kau menimbun uangmu hingga aku harus bingung bagaimana cara menghitungnya."

"Tidak perlu kau hitung, Jung Soo Ah!"

"Selamat berjuang, Oppa!" Soo Ah berkedip penuh makna dan melarikan diri dari tempat itu.

Setelah Soo Ah pergi, hanya Jaejoong dan Yunho yang tertinggal di sana. Jaejoong masih mencoba mencerna semua ucapan Yunho dan Soo Ah. Jadi wanita yang menempeli Yunho selama ini adalah sepupu Yunho? Kenapa kau bodoh sekali, Jaejoong? Kenapa kau rela melakukan ini hanya karena menduga Yunho berkhianat padamu?

"Jae..." Yunho berbisik lembut ke arahnya.

Jaejoong menoleh, mengerjap lagi. Bagaimana cara minta maaf? Jaejoong tidak tahu bagaimana cara meminta maaf pada Yunho sekarang. Dia tidak mengerti bagaimana membuat Yunho paham dengan kondisi hatinya.

"Hm?" Jaejoong agak melunak.

"Kau tahu sesuatu?"

"Apa?"

"Entah kenapa aku senang sekali dengan amarahmu tadi."

"Kau gila?"

"Iya, aku memang gila. Aku malah berharap kalau kau cemburu karena aku bersama dengan orang lain. Itu manis sekali, Jae."

"Enyah kau!"

"Aku hanya mencintai satu orang. Hanya kau."

"Pembohong!"

"Benar, aku berbohong. Aku mencintai dua orang. Si Gendut yang sudah mematahkan pialaku dulu dan lelaki yang sedang terbujur di atas kasur rumah sakit."

"Tidak perlu bicara manis, Jung!"

"Aku mencintaimu."

"Aku menolakmu."

"Jae..." Raut wajah Yunho berubah. Jaejoong tergagap panik. Maksudnya bukan menolak dan tidak mau, hanya saja...

Jaejoong mencoba menjelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana sekarang. Dia ingin bicara sesuatu.

"Aku... butuh waktu."

Dan itu artinya Jung Yunho masih punya kesempatan....

TBC

Hayato bikin cerita mehrong2, judulnya "Di Ambang Batas". Cek, yak... :* Besok baru tayang perdana...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top