Chapter 11. Jaejoong dan Perubahan
Masa SD Jaejoong berlanjut. Jaejoong menyesuaikan diri di luar negeri. Karena lidahnya tidak nyaman dengan rasa makanan asing, Jaejoong tidak suka makan seperti dulu. Selera makannya menguap begitu saja. Jaejoong hanya mau makan permen, namun giginya sakit setelah itu. Karena itulah Jaejoong tidak makan makanan manis ataupun makan masakan asing lagi.
Berat badannya turun drastis. Selain itu dia juga berjalan kaki ke sekolah. Jaejoong tidak lagi dibully seperti sebelumnya. Dia mulai berani bicara banyak. Jaejoong mendapatkan pelatihan bahasa di rumah. Jaejoong mulai senang menggunakan bahasa asing itu.
"Jaejoong, coba gunakan kalimat untuk meminta bantuan!" Private tutornya kembali dengan speaking class mereka.
"Could you help me please?" Jaejoong membaca buku di tangannya.
"Good job, Jaejoong!"
Jaejoong tersenyum lebar. Dia mulai punya teman di kelas. Mereka tidak lagi menganggap Jaejoong gendut dan sejenisnya. Ada banyak orang gendut di kelas Jaejoong, jadi dia tak sendiri.
Namun meski begitu selera makannya mulai mengikis.
"Kapan ayah dan ibuku pulang?" Jaejoong mengerjap ke arah pembantunya. Mereka tersenyum dan bersiap mengeluarkan hiburan lagi.
"Mereka akan segera kembali, Tuan."
"Kenapa mereka lama sekali? Ini sudah tiga hari..." Jaejoong mengeluh.
Sejak kepindahan mereka ke tempat ini, Jaejoong tidak mengenali kedua orang tuanya lagi. Mereka sangat sibuk dan tidak punya waktu bertemu dengannya. Ayahnya sibuk dengan perusahaan pusat, sedangkan ibunya sibuk di perusahaan baru mereka. Jaejoong makan sendirin selama ini, namun seleranya tidak sebesar dulu. Selain karena jajanan di sekolah tidak sesuai dengan lidahnya, di rumah pun dia harus makan seorang diri.
Jaejoong mengerjap beberapa kali.
Jaejoong tidak lagi menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya. Mereka benar-benar jauh. Jaejoong mencoba untuk tidak menuntut mereka. Jaejoong sudah belajar banyak. Karena dia terlalu cengeng, teman pertamanya pergi. Karena dia merepotkan, teman pertamanya meninggalkan Jaejoong sendiri. Sekarang Jaejoong belajar banyak. Dia tidak akan menangis hanya karena apa yang dia inginkan tak tercapai.
Lalu hari itu datang. Di tahun ke empat sekolah dasarnya, semua berubah. Dunia Jaejoong dibalik begitu saja. Orang tuanya mulai sering bertengkar. Hal itu dimulai dari kesibukan masing-masing.
"Apa yang kau lakukan selama ini? Aku adalah kepala rumah tangga, jadi aku yang akan bekerja. Kau asuh Jaejoong."
"Aku juga berhak bekerja."
"Tidak! Kau diam di rumah, Park Yuri!"
"Aku tidak akan diam saja! Aku juga punya hak untuk bekerja."
"Lalu siapa yang akan merawat Jaejoong?"
"Ada pengasuh dan pembantu di sini!"
Jaejoong mendengar semuanya. Setiap saat kedua orang tuanya bertengkar. Terkadang mereka tidak melakukan itu. Jelas, karena mereka sibuk dan tak bertemu. Ketika bertemu, mereka hanya sibuk berdebat.
Jaejoong mendengar apa yang kedua orang tuanya katakan. Tidak lagi. Jaejoong tidak lagi menangis karena mendengar ucapan mereka. Jaejoong sudah cukup muak dengan pertengkaran mereka yang selalu menyeretnya itu.
Jaejoong tidak lagi menangis.
Air matanya sudah kering untuk menyesali semuanya.
Seandainya saja perusahaan cabang itu tidak berkembang sepesat ini, mungkin Jaejoong tidak akan pindah ke negeri asing ini. Jaejoong pasti masih ada di Korea, bermain bersama Changmin dan bertemu Yunho.
"Lalu apa maumu sekarang?!" Ayahnya berteriak lagi.
Jaejoong melangkah ke gudang atas dan terdiam di sana. Duduk termenung seorang diri hingga mobil ayah atau ibunya pergi meninggalkan rumah. Jaejoong akan diam di sana, duduk bersama tikus-tikus yang sedang berlarian. Atau diam di sana, menggores jemarinya sendiri.
Biasanya pembantunya akan mengetuk pintu dan memeluknya. Mereka akan mengobati luka Jaejoong dan mengatakan banyak hal. Mereka mengatakan kalau kedua orang tuanya sangat mencintai Jaejoong.
Hingga akhirnya Jaejoong memutuskan untuk pergi.
Ketika wisuda sekolah dasarnya, Jaejoong masih sendiri. Kedua orang tuanya tidak datang. Tubuhnya jadi kurus. Anak tembem itu tidak ada lagi. Tingkah pemalunya menghilang. Jaejoong jadi agak pendiam dan pemberontak. Guru sering menghukumnya. Dia mulai senang melawan.
Jaejoong sudah dikelilingi banyak orang. Anak-anak nakal mulai berkeliaran di sekitar Jaejoong dan jadi temannya. Jaejoong mulai jadi anak nakal seperti mereka.
"Apa yang kau lakukan?" Smith menepuk bahunya. Jaejoong menoleh dan mengedikkan bahunya.
"Tidak ada."
"Mana orang tuamu?"
"Sibuk."
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau ingin meneruskan kemana? Apa kau akan ke sekolah mewah itu?"
Jaejoong mendengus dan menggeleng.
"Aku akan mengikuti jalanku sendiri mulai sekarang."
"Benarkah?" Smith menyeringai puas. Teman-teman lainnya muncul dan merangkul Jaejoong. Hanya di sekolah Jaejoong bisa tersenyum.
Smith adalah teman baru Jaejoong selama di Amerika. Awalnya Smith selalu mencari gara-gara dengan Jaejoong, lalu Jaejoong memukulnya. Sejak hari itu Smith menganggap Jaejoong temannya. Pukulan Jaejoong ternyata menyakitkan.
Jaejoong pergi bersama Smith untuk mendaftarkan diri di sekolah lain. Jaejoong sudah memutuskan untuk tinggal di asrama sekolah barunya. Jaejoong lelah dengan pertengkaran kedua orang tuanya.
Ketika Jaejoong sudah pulang, kedua orang tuanya sudah pulang. Jaejoong melangkah tak acuh, melewati keduanya dengan dingin.
"Dari mana kau, Jaejoong?" Ibunya bertanya lagi. Jaejoong menoleh dengan wajah datar.
"Mendaftar sekolah, Eomma. Apa lagi?"
"Dimana kau mendaftar?"
"Yang jelas tidak sama dengan rencana kalian."
"Jaejoong!" Ayahnya berdiri dan membentak.
"Apa lagi, Appa? Aku tidak ingin dipaksa melakukan sesuatu yang kubenci mulai sekarang. Aku tidak akan mengikuti apapun yang kalian perintahkan lagi."
"Kim Jaejoong!"
"Appa, Eomma... Kenapa kalian tidak hadir ketika aku wisuda kemarin?"
Kedua orang tuanya bungkam.
"Kalian sibuk? Baik, teruskan saja kesibukan kalian! Aku juga ingin menyibukkan diriku sendiri. Aku akan memilih jalanku. Aku akan pergi dari rumah ini."
"Jaejoong!" Kali ini ibunya berteriak kencang. Jaejoong sudah tidak peduli lagi. Dia melangkah pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Begitu Jaejoong berada di kamarnya, teriakan itu terdengar lagi.
"Lihat apa yang kau lakukan! Anakmu tak bisa diatur lagi sekarang!"
"Kenapa kau menyalahkanku? Kau sendiri juga punya kewajiban untuk mendidik anakmu!"
Jaejoong yang dulu sudah berubah. Jaejoong yang dulu tidak akan pernah kembali lagi. Jaejoong akan melakukan apa yang dia suka mulai sekarang.
Jaejoong benar-benar melakukannya. Dia tinggal di asrama barunya dan mulai menjalani kehidupan sekolahnya. Jaejoong sering dihukum. Dia juga sering bertengkar dan melanggar peraturan.
"Kami akan memanggil orang tuamu!"
"Panggil saja, Mr. Druf. Mereka tidak akan pernah datang. Mereka lebih peduli dengan bisnis mereka daripada dengan anaknya sendiri."
Hari itu Jaejoong dihukum untuk yang kesekian kalinya. Catatan pelanggarannya banyak sekali. Jaejoong berubah dari anak gendut cengeng menjadi lelaki yang sangat nakal, dingin dan arogan.
Tetapi lebih dari itu...
Jaejoong tumbuh menawan. Seperti seekor ulat yang harus berpuasa agar menjadi kepompong hingga bermetamorfosis jadi kupu-kupu, Jaejoong juga melakukan itu. Jaejoong berubah menawan dengan caranya. Dengan wajah cantik meski lelaki. Mata memesona, bibir merah, kulit putih...
Dan di sela-sela tingkah nakal dan sakitnya, Jaejoong selalu mengingat Yunho. Apa kabar dia sekarang? Apa yang akan Jaejoong lakukan sekarang kalau bertemu Yunho? Yang jelas dia tidak akan memaksa Yunho berteman dengannya. Lamat-lamat hatinya kembali sakit.
Dulu Yunho pernah menghina dan menghujatnya. Sekarang tidak lagi, Jung Yunho! Kau harus menarik ucapanmu!
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top