DIANDRA

CONGRATS!

IAN PRAMUDYA, ANDA DINYATAKAN LOLOS DALAM SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI JALUR SNMPTN DI UNIVERSITAS JEPANG, PRODI BISNIS INTERNATIONAL.

Riuh-riuh sorai bahagia dari seseorang yang telah lulus masuk ke dunia perkuliahan pada tahap pertama. Berita itu, adalah berita gembira. Namun tidak bagi gadis yang tengah berkhayal di tengah taman Kota Bandung ini. Sebab, dari sana-- kisahnya dimulai, selepas ujian SNMPTN.

***

Terkisah gadis bermata Almond, dengan tinggi sekitar 170 cm, rambutnya lurus menjulur hingga ke pundak. Sesekali rambutnya terbang akibat tertiup angin.

Ada seseorang yang selalu tak sabar dinantinya, dunia real--dan dunia mimpi sekalipun.

Ia menatap kosong, tak begitu memperdulikan sekitarnya. Rere sahabatnya,  sudah memanggilnya sedari tadi dari kejauhan.

"HEY, DIANDRA" ucap Rere sembari menepuk pundak Diandra, membuat gadis itu dipaksa kembali ke dunia nyata.

Yah, gadis itu adalah Diandra.

Gadis usia 21 tahun yang sedang menjalani masa akhir perkuliahan, di salah satu Universitas terbesar Kota Surakarta.

Sudah berlalu 3 tahun semenjak hubungannya dipaksa berhenti karena keadaan. Masa itu, hal yang paling di inginkan Diandra tak lain dapat sekampus lagi bersama kekasih. Ets, bukan kekasih--tapi mantan kekasih.

Mengapa harus berhenti?

Mengapa tidak lanjut?

Bagi Diandra, LDR itu sulit.

"Jika LDR, lebih baik udahan saja". Itu kata Diandra 3 tahun lalu yang tak membuat Ian gentar dengan niat awalnya, kuliah di Jepang.

Berkali-kali Ian meyakinkannya bahwa itu tak masalah, semua akan baik-baik saja, namun Diandra menolak. Jepang-Indonesia sangatlah jauh, tak mungkin Ian akan balik ke Indonesia sebelum lulus masa study-nya di Jepang. Apalagi kalau bukan soal biaya, tiket pesawat tentu saja sangat mahal.

Bagi Diandra,

Jika status menjadikannya tergantung karena LDR, dan fakta Ian tak bisa menjanjikan kepulangannya sebelum masa berakhirnya study S1-nya di Jepang, Diandra memilih melangkah mundur. Sulit mempertahankan sesuatu yang bahkan sulit untuk di gapainya kembali, Ian sudah terbang sangat jauh--dari jangkauan Diandra.

Inilah, berita gembira yang sangat disesalkan Diandra di awal. Kisah tentang Ian Pramudya dengan kemenangan SNMPTN -nya.

🍁🍁🍁

"Hey Ra, bentar lagi ultah lo kan?" tanya Rere pada Diandra, gadis itu masih sibuk dengan ponselnya. Entah sedang mengetik apa, sebab ia sedari tadi tak bergeming.

"Mau gua beliin kue plus kado apa?" ucap Rere kembali.

"Serah Rere aja, gua lagi fokus nih" jawab Diandra atas pertanyaan Rere baru saja.

Semenjak tiga tahun lalu,

Diandra merasa sudah tak memiliki hari yang spesial lagi. Hari ulang tahun, yang dianggap seseorang adalah hari yang spesial, bagi Diandra--kini tak ada lagi kata itu di hidupnya.

Sesaat usianya beranjak 18 tahun,tepatnya 3 tahun yang lalu, tak ada satu pun seseorang yang mengingat hari ulang tahunnya. Padahal, Diandra sangatlah antusias jika hari itu tiba. Ia tak sabar mendengar ucapan selamat dari teman, sahabat, keluarga dan kekasihnya. Tapi, semua berkebalikan dengan ekspetasi Diandra, hari spesialnya ternyata tak teringat sama sekali oleh seseorang. Hatinya kecewa saat itu,  tahun kemarin hari spesialnya yang ke-17 tahun, sangatlah meriah, dengan sebuah kue plus kado megah dari Ian.

Dan, semenjak hari itu.

Semenjak hari spesialnya terlupakan,

Hari ulang tahun tak mempunyai makna lagi untuknya. Bagi Diandra, itu sama saja dengan hari-hari biasa.

🍁🍁🍁

Sepekan setelah berakhirnya ujian akhir, Diandra kini bisa membaringkan tubuhnya sepuas mungkin hingga jenuh.

Ujian kali ini menguruas banyak fikiran dan tenaga. Untung saja semuanya berjalan dengan lancar, Diandra pun menutup matanya sembari beristirahat.

Bi...

Aku rindu...

Batin Diandra, berlinang air matanya memikirkan seseorang.

Seseorang yang menggenggam tangannya saat takut dan rapuh.

Seseorang yang menyiapkan

sandaran saat ia lelah.

Seseorang yang merengkuhnya,

saat ia mulai ragu akan hidup.

Semua itu hanyalah 3 tahun yang lalu, entah mengapa kini kembali terngiang di memory Diandra.

Luapan air mata yang sebentar lagi membentuk danau tak membuat Diandra berhenti dengan tangisnya, seluruh memory kebersamaannya dengan Ian kini menjadi rasa sakit.

Bi...

Kembalilah,

Bawa berita baik.

Ucap Diandra pelan, kemudian akhirnya--tertidur. Dengan air mata yang belum kering, membasahi pipi miliknya.

🍁🍁🍁

"HAPPY BIRTHDAY DIANDRA!" sahut Rere beserta teman-teman Diandra, yang membuat gadis itu harus terbangun dan melihat apa yang terjadi di sekitarnya.

"Tiup lilinnya Ra, abis itu ucapin permohonan lu" ucap Rere antusias, berbeda dengan Diandra yang masih ogah-ogahan.

"Yeyyyyyhhh" sahut semuanya serempak.

"Makasih yah, udah repot-repot. Masih pagi lagi, kalian siapin ini dari jam berapa?" tanya Diandra.

Rere menggaruk tengkuk-nya, walau tak gatal "Diandra, ini tuh udah jam 1 siang. Kamu aja yang tidurnya ga kenal waktu, abis begadang semalem?"

Ah, iyya.

Semalem Diandra bangun saat waktu menunjukkan pukul dua pagi, matanya bengkak sekali karena menangis semalam. Ia mengompresnya agar tak begitu bengkak saat ia bangun di pagi hari. Untunglah, teman-temannya tak menyadari matanya bengkak saat bangun tidur, sebab Diandra sudah mengompresnya hingga tak tidur sampai pukul 4 dini hari. Makanya, sekarang Diandra telat bangun.

"Ra, nih. Dari gua" Rere menyodorkan sebuah kado yang terbungkus dengan rapi pada Diandra.

Diandra sedikit haru, namun dominan ke biasa saja. Ia mengucapkan makasih pada Rere.

🍁🍁🍁

Bingkisan itu masih sangat rapi dan tertata di depan meja riasnya, selepas membersihkan tubuhnya--Diandra mengambil kado itu dan membukanya karena penasaran.

Didalamnya berisi alat make-up yang lengkap dan...

Tiket traveling ke Korea.

"Ha? Tiket traveling ke Korea?"

"Demi apa Rere ngasih ini?" ucap Diandra lagi.

Dengan cepat Diandra menghubungi Rere untuk memastikan, apakah ini tiket nyata atau hanya palsu belaka.

Diandra

Oy Re

Rere Fianie

Yah?

Diandra

Demi apa lo ngasih gua tiket travelin ke korea?

Rere Fianie

Ga ada apa-apa. Hanya pengen aja, kan sejak dahulu pengen kesana, lo.

Diandra

Iya, tapi ini asli kan?

Rere Fianie

Tentu saja asli

Diandra

Tiketnya satu doang? Terus gua perginya sendiri gitu?

Rere Fianie

Nggaklah, kan ada gua.

Diandra

Ha?

Rere Fianie

Traveling bareng yuk, sesekali kita keluar negri Ra. Lagipula, lu kan udah dikit mahir bahasa korea-nya.

Diandra

Waaaaah, kuy Re. Btw, thanks kadonya 😊

Rere Fianie

Tiketnya aja yang disuka? Makeup-nya nggak?

Diandra

Semuanya, makasih ya

Rere Fianie

Sama-sama Diandrakuuu💛

🍁🍁🍁

Tiba masanya, akhirnya Diandra dan Rere akan terbang ke Korea untuk kali pertama. Traveling pertama mereka keluar negri, baik Rere dan Diandra--mereka antusias sekali.

Diandra sudah memutuskan, sampai kesana ia akan mengunjungi sebuah tempat yang terkenal di Korea, kota ginseng itu.

.

.

.

"Ra, abis ini kamu mau kemana?" ucap Rere saat mereka telah tiba di sebuah apartement, tempat ia beristirahat dan menghabiskan waktu liburannya selama seminggu di Korea.

"Myeong-Dong" Jawab Diandra.

🍁🍁🍁

Myeong dong adalah salah satu distrik pusat belanja utama di Kota Seoul. Diandra menelusuri jalan kota Seoul yang rame itu dengan sendiri, sebab Rere tak bisa ikut menemani. Alasannya sedang tak enak badan.

Beragam toko sepatu, tas, baju dan celana khas Korea. Dari kejauhan, Diandra juga bisa melihat berbagai macam makanan yang di dagangkan disana.

Diandra sangat ingin mencicipi, seberapa lezat makanan di Korea--melihatnya di tv membuatnya selalu ingin mencobanya sekali saja.

Namun,

Ada yang menarik perhatiannya.

Di sebuah Restoran Jepang di tengah-tengah keramaian Myeong-Dong, seorang lelaki memanggil namanya.

Suara yang sangat dikenalnya

Diandra tak sedang bermimpi lagi kan? Sebab, mimpi Diandra lebih indah dibandingkan dunia nyata.

Namun, semakin dekat. Diandra makin yakin, sosok itu nyata.

"Sini Ra" ucap lelaki itu.

Bi?

batin Diandra.

Seolah terhipnotis, Diandra kini telah berada di depan lelaki itu. Lelaki yang hilang dalam hidupnya selama 3 tahun.

"Gimana rasanya traveling ke Korea? Seru gak?"

Diandra mengerjapkan matanya tak percaya, membuat Ian tak bisa lagi menahan tangannya untuk mengelus lembut puncak kepala Diandra.

"Ra? Kamu kenapa?" ucapnya manis.

Dengan sigap, Diandra memeluk lelaki itu. Lelaki itu adalah Ian, sosok yang tak pernah bisa Diandra hilangkan dari hidupnya.

"Ra, banyak orang" bisik Ian pada Diandra yang sudah memeluknya sedari tadi, tentu saja Ian terkejut. Namun, hati kecilnya juga tak bisa berbohong--ia merindukan gadis ini.

Pertahanan Diandra runtuh, sosok tegarnya tak nampak lagi saat bersama Ian. Diandra, sudah menahannya selama 3 tahun.

"Ra, kenapa nangis?" Ian khawatir, ditatapnya wajah Diandra yang kini basah karena air mata.

Tak ada jawaban dari Diandra, tanpa jawaban--Ian bisa tahu apa yang disesalkan Diandra. Ia sudah mengenal Diandra, dengan sangat baik.

Ian menghapus air mata gadis itu,

Dan menggandeng tangannya, memberi tahu--aku ada disini, semua akan baik-baik saja.

"Jalan yuuk Ra" ucap Ian, dan dibalas senyuman oleh Diandra. Matanya tak lagi sembab karena air mata, sedih kini menjadi pelangi.

Menyelusuri Kota Seoul bersama Ian adalah hal yang sangat di Inginkan Diandra sejak dahulu. Sempat Diandra ingin membuang jauh keinginan itu, namun keinginannya kini terwujud.

Berjalan bersama Ian,

Bergandengan tangan,

Dan saling melempar tawa.

Diandra tak butuh dunia baru lagi,

Dunianya sekarang--sudah sangat indah.

"Ann, makasih yah" ucap Diandra sembari melihat lelaki itu, lelaki itu tak berubah. Hanya sikap-nya yang makin bertambah dewasa.

Dilihat seperti itu membuat Ian sedikit Malu,  terlebih gadis itu adalah Diandra.

"Ra, gausah makasih. Anggap saja ini sebagai penebus kesalahanku 3 tahun yang lalu, maaf karena harus terbang begitu jauh dari jangkauanmu--sehingga kita ditakdirkan harus terpisah"

Diandra mengangguk.

"Maaf, jika butuh waktu yang lama" Ian mengeluarkan sekotak kecil dari sakunya. Saat kotak itu terbuka, Diandra bisa melihat ada satu benda yang berkilau disana.

"Kamu melamarku?"

Ian salah tingkah, setelah memasangkan cincin berlian itu pada jemari indah Diandra. "Anggap saja seperti itu, sekarang kamu Milikku Diandra"

Diandra tersenyum.

Kini ia tidak mempermasalahkan jarak lagi, Diandra tahu kondisi dan keadaan sekarang. Ian mengatakan, butuh waktu setahun lagi di Jepang, setelah itu--ia akan kembali ke Indonesia.

"Makasih telah menjadi kado terbaik, Ann"

Ian mengangguk "Maaf, merusak hari spesialmu selama 3 tahun. Kudengar informasi dari Rere, katanya kamu tak begitu menganggap hari spesialmu itu ada. Kuharap, setelah ini--jangan seperti itu yah. Ra?"

Diandra tersenyum "Tentu saja, tapi ngomong-ngomong tiket traveling ini di sponsori kamu kan?" Tanya Diandra yang masih ragu bahwa tiket itu berasal Dari Rere.

Ian meng-iyakan "Tapi, Rere banyak membantu kok. Bilang sama Rere, makasih" ucap Ian.

"Iyya, nanti ku bilangin.  Katanya dia sedang tidak enak badan dan uring-uringan di apartment" kata Diandra.

"Sakit?" Ian tertawa.

"Kok ketawa?"

"Yang katanya sakit, tuh sih Rere--lagi senangnya nyicip makanan korea" tunjuk Ian pada restoran di hadapannya.

Diandra tak percaya, dan ternyata benar.

"Rere kan ga tau bahasa korea Ann. Entar, kuhampiri dulu"

Baru saja Diandra ingin melangkah masuk, tangannya ditahan oleh Ian. "Tenang, Rere ga sendiri kok. Disana ada teman aku--dia fasih bahasa koreanya. Sepertinya mereka bersenang-senang"

Diandra kembali melihat dan memang betul, Rere tak sendiri.

"Ra, ga mau jalan bareng aku?" Ian mengedipkan matanya beberapa kali, dan membuat Diandra mengurungkan niat untuk menghampiri Rere.

"Yaudah, kuy jalan" Diandra mengambil tangan Ian dan menggenggamnya.

Mereka menghabiskan waktu seminggu bersama, sebelum Ian harus kembali ke Jepang untuk menyelesaikan study-nya. Begitu pula dengan Diandra, harus kembali ke Indonesia--menunggu semester selanjutnya. Dan menunggu seseorang yang sedikit lagi menjadi miliknya sepenuhnya.

[ END ]

Bonus!!!

Ian          : Ra, kok manggilnya Ann sih?

Diandra : Maunya dipanggil apa?

Ian          : Dipanggil Bie..

Diandra : Ga ah

Ian          : Lah, kenapa?

Diandra : Malu

Ian          : Kok malu?

Diandra : Inget umur, udah 21 tahun. Masa mau di panggil gitu.

Sejujurnya, Ian rindu panggilan itu. Tapi jika ingin memaksa Diandra mengucapkannya kembali, Ian tak ingin memaksa. Biarlah, Diandra akan mengucapkannya suatu saat. Mungkin saat hatinya telah sembuh~~~

***
Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top