9b. Putus

Ingatan tentang anak serta merta menyeret Khandra ke masa kini. Tangannya menyusup ke balik selimut, menjamah bagian yang diperban. Hatinya masih berharap menemukan gundukan besar. Ia tahu, itu hanya khayalan. Hanya tonjolan pendek yang tersisa. Napasnya tersengal keras. Ia bukan laki-laki lagi. Tidak mungkin ada anak di masa depan.

Inikah yang namanya hukum karma? Pasti dosanya besar. Kalau tidak, mengapa hukumannya mengerikan seperti ini?

Tama. Tama Mahiswara, anak Papa. Papa salah sama kamu, Nak.

Mendengar suaminya mengerang, Asha mendekat. Selimut yang tersingkap diperbaiki letaknya.

"Sakit lagi atau gimana, Ndra?"

Yang ditanya enggan menanggapi.

"Ndra? Kalau ditanya itu jangan diam aja. Nanti tahu-tahu ngamuk. Mau minum atau makan kue?"

Khandra menggeleng.

"Ya, udah. Aku mau tidur. Panggil, kalau butuh sesuatu." Asha kembali ke sofa bed dan merebahkan diri.

"Sha?" panggil Khandra sembari tetap memunggungi.

"Apa?"

"Aku mau ketemu Krisan."

Asha mendengkus diam-diam. Setiap nama itu terdengar atau teringat, ada gelombang yang merontokkan hati. Entah. Kalau diukur, mungkin serpihannya sudah setinggi tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo.

"Ngapain? Kangen? Kemarin dijenguk malah teriak-teriak. Sekarang dicari-cari."

"Bukan urusanmu!"

Asha membanting bantal dengan menggeram keras. "Bukan urusanku emang! Ngapain juga aku susah-susah nunggu kamu!"

Tanpa menunda, ia menghubungi Pak Hendri. Malas sekali berbicara langsung pada perempuan laknat itu.

Tak lama kemudian, Krisan datang. Tampil dengan rok terusan dari bahan denim yang kancingnya dibuka terlalu banyak, kacamata hitam, serta sepatu sneakers, ia terlihat segar. Aroma parfum yang khas segera mengisi ruangan.

Asha langsung berkemas. "Tuh, jagain pacar kamu! Aku mau tidur di rumah malam ini!"

Mata Krisan kontan melebar, alisnya terangkat. "Loh, aku harus nginap di sini? Aku nggak bawa baju ganti!"

"Bukan urusanku!" sahut Asha dingin. Tanpa memedulikan reaksi gadis itu, ia bergegas ke pintu.

"Sha!" Panggilan bernada bariton terdengar, menghentikan langkah Asha. Khandra telah bangkit dan duduk.

"Kenapa lagi?" sentak perempuan itu.

Khandra tak tahu untuk apa ia memanggil istrinya. Jelas-jelas sudah ada Krisan di sini.

"Sha, aku-"

"Apa?! Oka-aku nggak jelas. Mau apa, cepetan ngomong!"

Khandra sebenarnya tidak terima dibentak seperti itu. Namun, saat Asha melangkah mendekati pintu, ia seperti melihat akhir dari hidup. Seolah tidak akan melihat perempuan itu lagi.

"Nanti malam tolong datang lagi," pintanya lirih. Sesudah mengatakan demikian, ia tertunduk.

Asha tertegun. Ini pertama kali sejak mengenal Khandra ia melihat sorot mengiba tanpa daya seperti itu. Rasanya bukan Khandra yang ia kenal.

"Ck!" Asha membalas dengan decakan karena tidak tahu harus mengatakan apa. Situasi aneh yang tiba-tiba mengisi kamar itu membuatnya mempercepat langkah dan menghilang di balik pintu.

"Hih, galak banget!" cibir Krisan setelah Asha tidak terlihat. "Kamu betah amat sampai lima tahun dengan dia?"

Khandra tidak menjawab. Pertanyaan retorika tidak perlu ditanggapi. Krisan menurunkan pembatas bed, kemudian duduk di dekat pinggang Khandra. Ia membungkuk sejenak untuk mencium pipi kekasihnya. Saat hendak beralih ke bibir, Khandra melengos.

"Hmm?" goda Krisan manja. "Kamu kenapa?"

Wajah Khandra tegang dan tatapannya dingin. Ia menghela napas panjang, kemudian mengembuskan dengan cepat. Sesudah itu, tangan kanan yang tidak dipasang infus menyibak selimut dengan cepat.

"Lihat baik-baik, Kris. Aku seperti ini sekarang."

Walau kemarin telah melihat, mulut Krisan tetap saja menganga dan ekspresinya horor.

"Sakit banget, Ndra?" bisiknya.

Khandra diam saja. Pertanyaan retorika lagi. Matanya awas mengamati reaksi Krisan. Perempuan itu menjulurkan jemari, perlahan meraba ujung perban dan kantong yang ada di bawahnya. Dari wajah itu, Khandra tahu bahwa masa depannya telah berakhir.

"Kita putus, Kris."

☆---Bersambung---☆


Sobat, kisa nano-nano ini pasti akan Fura tamatkan cerita ini di WP. Tapi, buat yang nggak sabar tunggu apdetan, langsng cuuus aja ke KBM atau Karya Karsa. Di sana udah tamat.

Buat pengguna Karya Karsa, ada paket murah meriah.

Cukup dengan Rp17.900,- Sobat dapat membaca Loved You Yesterday sampai tamat.

Tunggu apa lagi, yuk cuuuus ke sana!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top