8b. How Empty (2)
Ia tidak mengerti mengapa harus mendapat anak yang cacat otak sehingga kepalanya membesar. Bayi sekecil itu harus menjalani bedah saraf untuk memasang selang agar cairan otak yang tersumbat bisa dibuang ke perut. Kalau tidak, kepalanya akan semakin membesar sehingga menyebabkan gangguan saraf berat.
Hanya sekadar membayangkan saja, Khandra sudah ngeri. Mungkin karena ketakutan di bawah sadar itu, ia lebih sering pergi menjauh. Saat Tama kritis, ia tengah diminta mewakili kecamatan untuk bertanding badminton dalam rangka hari jadi Kota Surabaya.
Masa harus ditinggal? Itu tugas negara, 'kan? Kamu terlalu penuntut, Sha!
"Nggak cuma anak yang bisa kualat sama orang tua. Bapak juga bisa kualat sama anak, kalau mau tahu!" Asha belum selesai nyinyir.
Khandra mendengkus. Ia kualat pada Tama? Ah!
Sejenak, wajah pucat dan tubuh membeku anak itu terbayang. Ia datang saat balita berusia delapan belas bulan itu telah mengembuskan napas terakhir.
Ah, sudahlah!
Buat apa dipikirkan lagi. Sudah berlalu. Asha saja yang keterlaluan, mengungkit-ungkit masalah itu setiap ada kesempatan. Bahkan menjadikan kejadian itu sebagai membenarkan perselingkuhan. Orang yang mencela hubungannya dengan perempuan lain, akhirnya juga melakukan hal sama.
Munafik kamu, Sha!
"Kamu nggak pernah tahu beratnya mengurus anak sakit sendirian, Ndra. Kamu nggak pernah tahu gimana rasanya nunggu anak sendiri menjemput ajal. Tama juga kesakitan, ketakutan, dan kangen kamu. Di mana kamu setiap dia butuh?" Asha mulai menangis.
Khandra pura-pura tidak mendengar. Buat apa kata-kata setajam belati dimasukkan hati? Masalahnya sendiri sudah segunung, masa ditambah beban masa lalu? Keterlaluan sekali, Asha menyerangnya di saat seperti ini!
"Kalau kamu sekarang sakit, itu nggak ada apa-apanya dibanding penderitaan Tama. Makanya, udah aja nangisnya! Malu-maluin. Kamu udah dewasa, pacar aja berderet, sakit sedikit mewek sepanjang hari." Asha menggerutu sepanjang gerbong kereta api Argo Bromo.
"Apa?!"
"Apa?! Mau marah kamu? Lukamu itu cuma lebih gede sedikit dari sunatan. Paling seminggu udah sembuh. Ngapain nangis-nangis? Tegar sedikit kenapa?"
Hati Khandra meledak. "Pulang aja kamu! Pulang!"
Asha membalikkan badan, lalu menghempaskan diri di sofa. "Aku emang mau pulang. Tapi kayaknya kamu nggak bisa ditinggal."
"Ssssshhh!"
"Cari dulu orang buat nunggu kamu. Aku nggak mau kamu di kamar sendirian. Ntar diam-diam bunuh diri. Rugi. Aku belum puas balas dendam sama kamu!"
_________________
[1] Hidrosefalus adalah adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat. Sumber: https://www.alodokter.com/hidrosefalus
☘Bersambung☘
Ada apa setelah ini?
Komen please ....
Sobat, Fura akan tamatkan cerita ini di WP. Tapi buat yang nggak sabar tunggu apdetan, langsng cuuus aja ke KBM atau Karya Karsa. Di sana udah tamat.
Buat pengguna Karya Karsa, ada paket murah meriah.
Cukup dengan Rp17.900,- Sobat dapat membaca Loved You Yesterday sampai tamat.
Tunggu apa lagi, yuk cuuuus ke sana!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top