7a. Tak Mau Bertemu

Satu hal yang menambah beban pikiran Khandra adalah bagaimana menghadapi orang-orang di luar sana. Ia tidak yakin mereka tidak mendengar kejadian tragis tersebut. Jam besuk tiba. Khandra menjadi gelisah. Menghadapi Asha saja terasa jungkir balik, apalagi menerima tatapan iba orang-orang. Oh, ia sama sekali belum siap!

"Aku nggak mau dijenguk!" tukasnya saat Asha mendekat.

"Nina udah nanya terus. Masa adik sendiri nggak boleh jenguk?"

"Nggak!"

Tak lama kemudian, jam besuk pun tiba. Ada rombongan yang datang untuk berjumpa. Asha mengenal mereka sebagai teman-teman sekantor Khandra.

"Ndra, teman kantormu datang, tuh."

Khandra malah memiringkan tubuh membelakangi pintu sembari meringis kesakitan. "Suruh pulang aja!"

"Ck! Jangan gitu. Mereka datang karena peduli."

"Aku nggak butuh!"

"Heh?"

"Sha! Kalau aku bilang enggak, ya, enggak! Kamu budeg apa nggak ngerti bahasa Indonesia?"

Asha mengelus dada. Andai tidak ingat lelaki ini sedang sakit, air minum di nakas pasti sudah tersiram ke mukanya. Dengan memohon pengertian, ia menjelaskan keinginan Khandra kepada rombongan tersebut.

"Ya, sudah. Kami pulang. Tolong sampaikan salam kami pada Khandra," kata seorang bapak yang paling senior, yang setahu Asha bernama Hendri. Sebuah amplop diberikan kepada Asha.

"Oh, terima kasih, Pak. Sekali lagi, saya mohon maaf."

Rombongan yang terdiri atas lima orang itu menyalami Asha sebelum beranjak pergi. Di saat itulah, seseorang berjalan anggun ke arah mereka. Kedua alis Asha kontan tertaut.

Krisan? Kurang ajar!

Tinggi dan sintal. Entah berapa ukuran bra perempuan itu. Belahan dada terlihat dari sela kemeja yang kancingnya dibuka terlalu banyak. Dua hal yang selama ini membuat Asha mati kutu.

"Sha, aku mau jenguk Khandra." Mulut lebar namun berbibir tebal, berwarna merah basah sehingga mengundang gairah kaum adam itu bersuara mantap. Seolah dialah penguasa tempat itu. Sebagai orang yang dijanjikan akan diperistri oleh Khandra, Krisan merasa lebih berhak berada di sisi lelaki itu dibandingkan istri yang sebentar lagi menjadi mantan.

"Ehm, Kris. Khandra nggak mau dijenguk. Sebaiknya kita pulang aja," ujar Pak Hendri untuk menahan anak buahnya.

Krisan tersenyum tipis dan mengerling dingin. Tanpa mengatakan apa-apa, ia menerobos masuk.

"Hei! Heeeiiii!" pekik Asha. Namun, perempuan itu terlalu percaya diri, melangkah dengan cepat mendekati pembaringan suaminya.

"Ndraaaa!" panggilnya manja.

Khandra yang semula membelakangi pintu, terpaksa menoleh. Mata yang melebar menunjukkan kekagetan. "Ngapain kamu di sini? Pergi!"

"Looooh, jangan gitu. Aku mau jenguk kamu," bujuk Krisan.

Asha terpaksa membuntuti dan berdiri di belakang perempuan itu. Ia membuang muka karena dadanya sudah seperti dijejali durian berikut kulitnya. Sungguh keterlaluan perempuan ini! Bahkan Jody saja masih mengerti sopan santun, tidak mau datang dan memberikan ruang bagi Asha untuk merawat suaminya.

"Pergiiiii!" bentak Khandra sambil meringkuk memunggungi.

"Loooh, jangan gitu! Kamu luka apa, sih? Sakit banget, ya?" Krisan terus saja mengoceh. Tangan tanpa bulu, berjari lentik, yang kukunya berwarna putih susu hasil manicure merambah bahu Khandra dan mengelus lembut.

"Ssssh! Ah!" Dengan kasar, lelaki itu menepisnya.


Krisan Artana

☆Bersambung☆

Cerita ini akan up di WP sampai tamat. Tapi buat yang nggak sabar tunggu apdetan, langsng cuuus aja ke KBM atau Karya Karsa. Di sana udah tamat.

Buat pengguna Karya Karsa, ada paket murah meriah.

Cukup dengan Rp22.000,- Sobat dapat membaca Love You Still sampai tamat.

Tunggu apa lagi, yuk cuuuus ke sana!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top