4a. Hujan
= Sekitar enam tahun yang lalu =
Asha adalah mahasiswa teknik arsitektur yang berambisi lulus secepatnya. Ia mati-matian mengejar SKS hingga tiada hari tanpa belajar dan mengerjakan tugas. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk kuliah. Bukan apa-apa. Ayahnya yang pegawai rendahan sebuah perusahaan swasta, tahun ini juga akan memasuki masa pensiun. Ibunya hanyalah ibu rumah tangga biasa yang mencari penghasilan dengan berjualan makanan kecil. Bila tidak segera lulus dan mendapatkan pekerjaan, beban sang ayah akan semakin berat karena masih ada satu adik yang perlu dibiayai kuliah. Itulah nasib orang yang terlambat menikah dan terlambat memiliki anak. Saat rekan-rekan lain telah menimang cucu dan mendapat bantuan dana dari anak-anak yang telah bekerja, ayahnya masih harus membanting tulang untuk membiayai kuliah kedua putrinya.
Hasil kerja keras yang mengorbankan kehidupan sosial itu akhirnya membuahkan hasil. Di saat rekan lain masih sibuk dengan SKS, ia telah mengajukan proposal untuk tugas akhir. Ia sama sekali tidak terpengaruh oleh teman-teman yang sibuk berdandan dan pacaran. Semakin cepat meninggalkan kampus, semakin baik.
Kantor Prof. Bambang terasa lengang. Dosen senior itu belum datang sehingga Asha terpaksa menunggu. Baru membuka ponsel untuk mengecek pesan masuk, seseorang membuka pintu lalu duduk di bangku seberang Asha.
"Oh, kamu?" sapa pemuda itu.
Asha mengangkat wajah untuk melihat siapa yang menyapa. Seketika rasa kesalnya terkembang. Ia tahu benar kelakuan pemuda bernama Khandra tersebut.
"Ngapain di sini?" tanya pemuda yang dikenal ganas saat menjadi panitia orientasi Maba dahulu.
"Kamu sendiri ngapain?"
"Nunggu Prof. Bambang buat bimbingan."
Asha mengerutkan kening. "Kamu udah sampai mana?"
"Ngajuin judul buat proposal."
Seketika, rasa tak enak merayapi hati Asha. Apakah ia akan bimbingan berdua dengan kakak kelas yang senang menjadi mahasiswa abadi ini?
"Kenapa melongo? Heran?" tanya Khandra lagi.
Asha melengos. Malas menanggapi. Pemuda ini sudah membuat hari-harinya selama orientasi Maba bagai neraka dengan tugas-tugas dan hukuman aneh.
"Bilang saja demen, jangan cari perhatian dengan menyiksa!" Asha dengan sengit melawan ketika hukuman Khandra datang lagi.
"Heh, besar kepala! Kamu pikir kamu cukup cantik buat dilihat?" Kandra dengan galak mendelik dan berkacak pinggang. Tak ayal, Asha semakin menjadi bulan-bulanan hukuman.
Hih!
Rasanya Asha bisa membenci pemuda ini sampai tujuh turunan. Setiap mengingat percakapan itu, jiwa pemberontaknya meronta-ronta. Bahkan sampai sekarang, setelah hampir empat tahun berlalu.
"Kamu Asya, 'kan?" tanya Khandra tanpa rasa bersalah.
"Asha, bukan Asya!" tegur Asha.
Khandra menggerakkan tangan untuk mencegahnya berdebat. Belum sempat menjawab, Prof . Bambang muncul di depan mereka.
"Oh, kalian sudah datang. Mari masuk."
"Siapa dulu, Prof?" tanya Khandra.
"Berdua aja. Kalian sama-sama bimbingan untuk proposal, 'kan? Nah, supaya saya tidak mengoceh dua kali, saya jelaskan sekaligus karena judul kalian mirip."
Akhirnya dengan berat hati, Asha duduk berdampingan dengan Khandra di hadapan Prof. Bambang. Tidak ada yang aneh selama bimbingan. Justru Khandra terlihat akrab dengan dosen senior itu. Tidak seperti penampilannya yang awut-awutan, Khandra ternyata dapat menjawab pertanyaan Prof dengan lancar. Makin lama, Asha semakin bingung mengapa lelaki ini sampai terlambat empat semester bila ternyata pandai. Seiring dengan itu, rasa jengkelnya berkurang.
Selesai bimbingan, Prof. Bambang memberi tawaran yang tidak dapat ditolak.
"Kalian masih ada mata kuliah?"
Asha dan Khandra menggeleng bersamaan.
"Nah, kebetulan! Datang ke kantor saya. Saya baru banyak proyek dan keteteran. Mau tambahan penghasilan, nggak?"
Khandra langsung mengiyakan. Asha masih berpikir. Ia pun memerlukan pengalaman dan tambahan uang saku.
"Kamu gimana, bisa Sha?" tanya Prof.
"Bisa Prof."
"Bagus. Datang nanti malam jam tujuh. Kami sedang lembur untuk mengejar target."
"Siap, Prof."
"Kamu jemput Asha aja, Ndra. Biar pulangnya nanti ada yang nemenin."
"Siap, Prof!"
Asha tidak mengira proyek dadakan itu menghasilkan kedekatan. Bahkan terlalu dekat.
~~~~~~~@@TBC@@~~~~~~~
Komen pleasee ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top