3b. Lebih Buruk (2)


"Kamu pernah kelahi sama Khandra. Takutnya kamu masuk daftar orang yang punya motif buat mencelakai dia."

Jody mendengkus keras. "Sial! Dulu dia bikin hancur nama baikku. Sekarang dia celaka karena nasibnya sendiri, tetep aja aku kena ampasnya!"

Sesuatu menggelitik rasa curiga dalam diri Asha. Benarkah Jody tidak terlibat? Bila ditelusuri, lelaki itu memang bisa mempunyai segudang motif untuk melukai suaminya. Atau jangan-jangan ....

"Kok diam? Kamu juga ikutan ... Astaga! Jangan bilang kamu juga curiga!"

"Enggak, enggak. Bukan gitu. Kok kamu malah nuduh aku?"

"Kamu jadi aneh."

"Aku pikir ... ah! Aku pikir polisi pasti akan nelusuri hubungan kita. Kamu siap-siap aja kalau sewaktu-waktu ditanya-tanya."

Jody mengumpat. "Aku nggak tahu apa-apa soal ini. Oke! Kalau polisi mau minta keterangan, aku akan jawab apa adanya. Dan kalau terpaksa hubungan kita dikait-kaitkan, aku malah seneng. Toh kamu udah rencana ngajuin gugatan cerai. Sekalian aja diumumin kalau kita mau nikah."

Omelan panjang Jody membuat Asha menghela napas panjang pula. "Kayaknya jangan ngomongin hubungan dulu, deh. Nggak enak banget didengar orang," Asha berkata dengan lirih, takut semakin melukai hati kekasihnya.

Sebenarnya, Jody adalah lelaki yang cukup pengertian. Pemilik kantor kontraktor di mana Asha bekerja itu bisa memahami situasi yang dihadapi kekasihnya. Ia terdiam sejenak, kemudian kembali bertanya dengan lembut, "Khandra kenapa, Sha? Parah banget?"

"Kayaknya gitu."

"Apanya yang luka?"

Asha menggigit bibir. Ia tidak sanggup menjelaskan kondisi Khandra secara detail. "Banyak."

Jody kembali terdiam, seperti tahu Asha tidak ingin menjawab. "Bener dia baik-baik aja? Kamu nggak nyembunyiin sesuatu?"

"Dokter akan jelasin detailnya setelah operasi. Mudah-mudahan nggak segawat yang kupikir."

Asha kembali berbohong. Matanya menerawang ke luar melalui jendela. Warna langit telah berubah dari hitam menjadi kebiruan, mengiringi deru aktivitas penghuni kota metropolitan. Sebentar lagi fajar. Asha gamang menghadapi hari baru. Dalam sekejap hidupnya dan Khandra berubah. Tiba-tiba masa depan menjadi gelap.

"Sha!" Suara teguran Jody mengingatkan Asha bahwa mereka masih terhubung melalui telepon.

"Ya?"

"Jujur, deh. Khandra sebenarnya kritis apa gimana, sih?"

Asha mendesah panjang.

Lebih buruk dari kematian. Dia cacat seumur hidup, Jody.


~~~Bersambung~~~

Naaah, looh? Khandra kenapa?

Mau double up? Beri emoticon love2 yang banyak dulu, donk....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top