⭐1. Begin⭐
"The day that i want to run to that place, when my heart taking me to."
*
****
***
*
____________
Aku Jungkook, saat ini aku bersama kursi rodaku sedang menyusuri sebuah jalan dimana aku banyak membuat kenangan. Tempat yang dulu membuatku bermimpi besar dan membuatku berjuang untuk mendapatkan mimpi itu. Impianku tak besar, hanya agar aku bisa bernyanyi satu dari beberapa hal yang aku sukai.
Tempat ini belum banyak berubah bahkan setelah 3 tahun lamanya. Bukit dengan ilalang yang tinggi, kedai tteokboki yang sering aku lewati setelah pulang sekolah. Taman dimana aku sering berlari kearah area perkebunan keluarga bersama kedua kakakku, Jimin dan Taehyung.
Aku suka bernyanyi, maka mereka akan mendukungku, ketika bernyanyi di panggung sekolah. Mereka berada di barisan paling depan dan bersorak. Aku sangat menyayangi mereka. Tentu saja karena mereka adalah hal berharga yang aku miliki.
Bukan hanya mereka ada seorang gadis ia lebih tua dariku, teman sekolah Jimin Hyung, ia sering juga membantuku. Namanya Reina. Ia mempunyai seorang sahabat laki-laki yang sesekali datang dan mengajariku bernyanyi. Ia memiliki suara yang bagus. Hanya saja yang karena pengucapan lafalnya tak bagus. Ia tak bisa melangkah lebih jauh lagi.
Aku suka bernyanyi dan aku masih sering melakukannya. Aku bernyanyi untuk acara gereja, kebaktian atau sekedar menghibur diri. Ya, bukankah memang terkadang kita perlu menghibur diri kita sendiri?
Aku juga suka menari, tapi saat ini aku hanya bisa memejamkan mata dan membayangkan kakiku menapaki rerumputan sambil bergerak mengikuti lagu yang kunyanyikan. Aku hanya bisa berharap dan berkhayal bisa kembali menari, menghentak kaki mengikuti alunan musik. Dan hanya bisa sebatas itu, karena ...
Aku lumpuh.
.
.
.
3 tahun lalu
Hari ini aku berlatih bernyanyi bersama Reina nunna. Aku selalu menyukai ekspresinya saat ia mendengarkanku bernyanyi. Ia akan memejamkan matanya dan mendengarkan dengan teliti. Sesekali ia menghentikanku, dan mengoreksi pengambilan nada yang tidak pas pada nada seharusnya.
Ia akan bertepuk tangan jika aku menyanyikan dengan lancar. Aku benar-benar merasa dihargai.
"Kau benar-benar hebat Jungkook aa," pujinya seraya mengusap pucuk kepalaku.
"Tentu saja, ia adikku," puji kakakku Jimin. Ia duduk di kursi yang tak jauh berada di sisi kami.
Aku tersenyum senang tentu saja, karena pujian mereka akan menjadi semangat lain bagiku.
Hari ini aku melihat wajahnya yang terluka. Siapa yang tega memukul gadis seperti itu? Benar-benar seorang pecundang menurutku.
"Nunna wajahmu?" tanyaku.
Reina nunna memegangi pelipis mata kanannya yang sedikit memar. Jimin hyeong bergerak cepat mendekatinya setelah mendengar aku bertanya. Ia menyamakan tubuhnya dan menatap gadis yang aku rasa ia sukai itu. Aku bisa melihat kakak laki-lakiku itu memiliki perasaan lebih padanya.
"Ada apa?" tanya Taehyung hyeong yang baru saja tiba. Ia berdiri di ambang pintu menatap kami bertiga.
Reina nunna berdiri dan meninggalkan ruangan itu. "Aku baik-baik saja," ucapnya sambil berlalu.
Taehyung hyeong menatapku, seolah bertanya ada apa.
"Aku melihat wajah Reina nunna memar,"
Saat aku memberitahu itu Taehyung hyeong berlari mengejar Reina nunna. Sementara, Jimin hyeong hanya menatap kemudian kembali duduk di sofa dan terlihat cemas. Aku tau Jimin hyeong menyukai Reina nunna. Dan sepertinya ia mengalah pada Taehyung hyeong. Kakak tertua yang memang luar biasa. Bahkan bisa mengorbankan perasannya seperti itu.
"Kau kalah cepat hyeong?" kekehku.
"Apa kau menyukainya?" tanyanya tiba-tiba.
"Tentu saja, saanggaaat menyukainya," ledekku.
Jimin hyeong hanya tersenyum kemudian terdiam. Apa ia cemburu?
***
Aku melangkahkan kakiku ke kamar, melihat Taehyung hyeong yang sedang membaca buku di sana. Aku berjalan mendekatinya. Ia tersenyum dan memberikanku sebuah lembar formulir. Aku menerima dan membacanya. Itu adalah formulir pendaftaran untuk audisi di Seoul.
"Ikutlah, aku yakin kau bisa melakukannya, Jungkook aa," ucapnya seraya menatapku dan tersenyum. Menunjukan senyum kotaknya yang selalu membuat gadis di SMU-nya dulu menggila. Hanya saja, ia selalu bersikap dingin dan mengacuhkan mereka.
Aku menatap formulir itu banyak yang aku pikirkan termasuk, apa aku bisa melakukannya?
"Jungkook ah, apa kau menyukai Reina?" tanya Taehyung hyeong.
"Ani, aku hanya menyukainya sebagai nunna, dan bukan sebagai seorang gadis." jawabku.
"Ah, begitu."
Taehyung hyeong menarikku kemudian ia mengapit kepalaku.
"Hahahahahaha, lepaskan hyeong." Aku memberontak berusaha melepaskan tangannya yang berada di leherku.
"Kau harus rajin latihan. Aku akan mendukungmu dan bersorak di barisan paling depan." Ia menyemangatiku kemudian melepaskan apitannya.
"Baiklah hyeong,"
Dan lagi-lagi Taehyung hyeong mengapit kepalaku dan membuat gerakan membanting tubuhku ke kasur. Tapi, tak menyakitkan sama sekali. Kami sering melakukannya. Aku sangat senang karena aku merasakan jika kakakku benar-benar menyayangiku.
"Kalian mau pizza?"
Suara Jimin Hyeong mengagetkanku. Aku segera melepaskan diri dan bangkit dari tempat tidur. Setelahnya, berlari keluar sementara Jimin hyeong mengelitikku dari belakang.
"Hahahahhahaha, hentikan hyeong!"
Jimin hyeong merangkulku dan kami berjalan untuk segera menikmati pizza yang dibelinya.
***
Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Seoul aku menunggu Jimin hyeong di halte bersama Reina nunna. Ia sesekali menatapku dan merapikan rambut dan bajuku.
"Aah, kenapa aku yang merasa gugup." ucapnya.
Aku melihat dari kejauhan Jimin hyeong berlari menghampiri kami. Aku melambai kepadanya. Aku melihat sebuah mobil melaju cepat. Tunggu ... bukankah lampu merah? Mobil seharusnya berhenti?
Aku mengarahkan tanganku agar Jimin hyeong kembali ke arah sebaliknya. Tapi ia sepertinya ia tak memahaminya. Aku berlari menghampirinya tak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Dan
Braaaaaakkkk
Aku tak merasakan apapun. Semua terjadi begitu cepat aku mendengar teriakan Jimin hyeong dan Reina nunna. Sesaat sebelum aku benar-benar merasakan kehilangan kesadaranku.
***
Aku terbangun satu mingu kemudian. Dan aku mengetahui kakiku tak dapat lagi digunakan. Yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana aku bisa meraih mimpi?
Aku menangis dan mengutuk diriku entah berapa lama. Aku tak menyalahkan Jimin hyeong karena memang tak ada yang salah.
Tapi ia merasa bersalah, dan pada akhirnya tak pernah berani menemuiku. Aku yakin ia sangat terluka. Juga Taehyung hyeong, ia juga berbeda. Apa mereka kasihan terhadapku? Aku tak butuh itu aku hanya butuh mereka. Aku ingin mereka mendukungku dan bersikap seperti kakakku seperti biasanya.
Aku beruntung Reina Nunna masih ada disisi dan mendukungku.
"Jungkook aa, aku tau kau masih ingin berlari mengejar tempat tujuanmu dan meletakkan semua mimpi dan hatimu. tapi ... kau tau masih banyak tempat untuk berlari. Dan kau akan menemukan hati dan mimpimu yang baru." Ucapnya menjadi salah satu penyemangat hidupku.
***
Reina nunna pergi setelah hampir satu tahun menjagaku. Dan ini tahun keduanya ia benar-benar menghilang. Dan aku sangat merindukan kebersamaan kami. Aku juga rindu kakakku Jimin. Aku sudah berbicara dengan Tae hyeong. Tapi Jimin hyeong masih memendam rasa bersalahnya. Ia tak pernah tau jika aku tak pernah sekalipun menyalahkannya.
"Jungkook aa,"
Sebuah suara yang sangat kukenal menyapaku. Aku menatap dengan diikuti senyuman termanisku.
***
T
H
E
E
N
D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top