---58. Calon Keluarga (2)---

Ina bangun kesiangan dengan kepala pening dan seluruh badan ngilu. Kejadian sepanjang hari kemarin sangat mengguncang jiwa. Berkali-kali ia terbangun karena mimpi buruk. Baru setelah menjelang subuh, ia terlelap.

Ina membuka gorden. Sinar matahari pagi menerobos masuk. Di luar, tanah terlihat basah. Hujan semalam membuat suasana pagi ini sejuk.

Indah!

Ina keluar ke teras, menghirup udara pagi yang segar. Pasti udara ini juga titipan sayang dari-Nya. Hatinya menjadi lebih tenang. Ia tahu ia tidak sendiri. Ada kasih sayang Sang Pemberi Hidup yang selalu menyertai.

Ina meletakkan ember air sabun di teras. Siapa tahu ia harus keluar, atau Irham datang. Ah, Ina masih remuk redam bila mengingat Irham. Setelah kejadian kemarin, masihkah lelaki itu mau bertemu dengannya?

Ina menguatkan hati untuk menghubungi Irham, walau tidak yakin lelaki itu akan menerima panggilannya. Bagaimanapun, ia merasa menjadi penyebab sakitnya Kartini.

"Ya?"

Ternyata Irham menyambut panggilan Ina setelah dering pertama. Suara bariton dari seberang itu membuat hati Ina menghangat. "Mas, gimana kondisi Mama?"

"Udah baik. Tensinya udah turun. Siang ini boleh pulang."

"Nanti Mama pulang ke Malang atau singgah dulu di ruko?"

"Hmm, belum tahu. Mungkin aku ajak ke ruko dulu beberapa hari."

"Aku boleh jenguk?" Ina menggigit bibir.

Terdengar desahan. "Jangan. Mama emosi banget sama kamu. Takutnya tensinya naik lagi kalau lihat kamu."

Walau hati Ina serasa kram mendengar penolakan itu, ia harus tahu diri. Sebenarnya Ina ingin mengakhiri panggilan itu karena sudah tidak ada lagi yang ingin dibicarakan. Tapi, ia masih berhutang penjelasan kepada Irham.

"Mas, aku kemarin terpaksa bilang apa adanya. Soalnya aku takut sama Mama," ujar Ina.

Irham tidak langsung menjawab. Hati Ina menciut.

"Mas Ir marah sama aku?"

"Menurutmu?" sahut Irham dingin.

"Maaf, Mas."

Sekali lagi, Ina hanya mendengar desahan berat dari seberang.

"Mas, aku salah ...."

"Udah telanjur. Mau apa lagi?"

"Mama bilang apa? Apa Mama minta Mas Ir ceraikan aku?" tanya Ina.

"Nanti kita omongin itu kalau ketemu."

Ina langsung tersedu. "Mas Ir ... mau ... mau ce-ceraikan aku?"

"Udah aku bilang ngomongnya nanti! Jangan nangis melulu! Kamu nggak membantu sama sekali kalau cuma bisa nangis," tukas Irham.

Ina buru-buru mengeringkan air mata dengan punggung tangan. Sementara di seberang, Irham merasa bersalah telah memarahi Ina lagi.

"Kamu kuliah hari ini?" tanya Irham, berusaha mencairkan suasana. Ia frustrasi bila Ina selalu meneteskan air mata karena dirinya.

"Iya. Cuma pagi sama siang."

"Kamu jualan lagi hari ini?" tanya Irham.

"Enggak. Kata Mas Ir nggak boleh."

Irham mulai terbayang Ina yang bengong di kos setelah kuliahnya selesai. Ia tahu, Ina orang yang aktif. Bagaimana kalau istrinya itu malah stres karena tidak punya kegiatan? Padahal Ina baru saja dimarahi oleh Kartini. Pasti sekarang jiwanya sedang kacau. Irham kontan ngeri membayangkan seandainya Ina nekat melakukan hal-hal menyeramkan seperti kata Kartini, bunuh diri misalnya. Oh, jangan sampai itu terjadi!

"In, aku larang kamu jualan di trotoar itu karena aku khawatir kamu kena Covid lagi. Kita kan nggak tahu orang yang lalu lalang itu positif atau enggak. Siapa tahu dia habis kontak sama orang yang positif lalu membawa virusnya ke mana-mana. Ada nggak jualan yang nggak perlu harus banyak keluar rumah?"

Ina memutar otak. "Mmm, ada sih. Bikin rajutan, lalu dijual online."

"Emang kamu bisa bikin rajutan?"

"Bisa. Waktu semester satu aku kan jualan itu, Mas. Aku bikin tas, dompet, gantungan kunci, boneka-boneka kecil."

Irham harus mengakui, istri kecil itu ulet luar biasa. "Terus kenapa berhenti?"

Wajah Ina memanas. Ia berhenti membuat rajutan karena mulai tertarik pada Dika sehingga rela mengikuti organisasi apa pun asal bisa bersama pemuda itu. "Hmm, karena waktu itu aku sibuk kegiatan mahasiswa, jadi nggak punya waktu. Aku ganti jualan barang jadi."

"Ya udah, kamu jualan rajutan aja. Kurangi pergi-perginya. Sekarang ini udah ada Covid varian delta. Nularnya cepet banget. Cuma papasan lima sampai sepuluh detik aja bisa nular. Jangan lepas masker lebih dari lima detik. Kamu harus pakai masker dobel kalau ke mana-mana. Yang dalam, pakai masker bedah. Yang luar boleh masker kain. Kamu masih punya persediaan masker bedah, nggak? Masker kain punya berapa?" Irham mengoceh sepanjang gerbong kereta Argo Bromo.

Ina terenyuh. Ternyata Irham masih peduli padanya. Apakah itu juga tanda sayang dari Sang Pemberi Hidup? Air matanya menggenang lagi.

"In? Kamu dengar enggak?" tukas Irham.

"I-iya, dengar. Masker bedahnya masih dua dus. Masker kain ada selusin," sahut Ina sambil mengusap air mata.

"Kamu nangis lagi? Ampun, In! Aku bisa frustrasi ngomong sama kamu kalau dikit-dikit nangis!"

Irham memutus sambungan telepon. Ia duduk dan memijat kepala yang pening. Kartini yang semula pura-pura tidur demi menguping pembicaraan anaknya, menoleh.

"Pusing, kan? Makanya, cerai aja!" komentar Kartini dengan santai.

Irham melengos.

"Dia udah menginjak kepala kamu, udah menusuk kamu dari belakang. Apa pun alasannya, selingkuh apalagi berzina itu salah! Kamu masih mau mempertahankan istri semacam itu? Mama nggak pernah mendidik kamu menjadi lelaki bodoh dan lemah seperti ini!"

"Ma, aku nggak mau berantem." Irham pun bangkit, hendak menuju pintu. "Aku keluar bentar."

"Mau ke mana?"

"Mau cari sarapan."

"Cari sarapan apa ngerokok?"

Irham menjawab dengan decakan. Kartini membalas dengan dengkusan.

"Kamu belum berhenti juga? Rokok itu nggak bagus buat stamina. Sainganmu aja anak kuliahan. Ya jelas lebih memuaskan dia genjotannya. Sadar nggak kamu?"

Sumpah, andai Kartini adalah lelaki dan tidak punya hubungan kekeluargaan, barangkali Irham sudah lepas kendali dan mencekiknya.

"Aku impoten kalau diomeli terus, Ma!"

☆---Bersambung---☆

Kira kira Irham mau cerai nggak yaaaa?

Komen pleasee

Mau baca Love You Still sampai tamat dan nggak pake nungguin apdetan sampai belasan purnama? Langsung aja meluncur ke KBM atau Karya Karsa.

Ada 2 cara buat Sobat yang punya akun Karya Karsa:

1. Paket 30 hari: Cukup dengan Rp25.900,- Sobat dapat membaca LYS sampai tamat. Caranya: Pastikan Sobat semua menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- untuk pembelian "PAKET LOVE YOU STILL 30 HARI". KODE VOUCHER: love112023

2. Mau menyimpan Ina-Irham buat dibaca selamanya? Gunakan "PAKET LOVE YOU STILL SELAMANYA". Dengan hanya Rp49.900,- Sobat bisa baca LYS bolak-baik sampai bosen 😁😁😁 Sementara nggak ada voucher untuk paket ini, ya, karena udah murah banget. Paket ini bisa discroll di Tab PAKET di Karya Karsa.

Pastikan beli koinnya lewat website Karya Karsa, ya, biar dapat harga paling murah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top