---51. Suami Bodoh (2)---
"Iya, Mas. Aku emang sejahat itu. Maaf banget. Mas Dika boleh marah, aku rela. Cari aja cewek lain yang baik-baik, Mas."
"Woy, In! Kok gitu ngomongnya? Lihat mukaku. Kamu pikir ini apa? Aku belain kamu di depan mama dan papa biar kita dibolehin nikah!"
Ina semakin kesal dicecar begitu. "Aku nggak mau mau bahas ini lagi. Udah, Mas, aku tutup teleponnya. Jangan hubungi aku lagi."
Ina mematikan telepon, namun Dika belum menyerah. Pemuda itu mengirim pesan teks.
-------------------
Dini: In, jangan kek gini, dong? Aku beneran mau serius sama kamu.
Ina: Nggak, Mas. Udah cukup sampai di sini aja.
Dini: Aku sayang kamu. Aku bisa bahagiain kamu lebih dari Mas Ir. Kenapa kamu mau bertahan sama orang yang bikin kamu nangis terus?
Ina: Mas, jangan ikut campur urusan aku sama Mas Ir. Maaf, ini yang terakhir kali kita komunikasi. Mas Dika jangan hubungi aku lagi.
--------------------
Percakapan teks itu berakhir. Ina memblokir kontak Dika.
Di rukonya, Irham yang tengah mengamati aktivitas ponsel Ina terheran. Ina memblokir Dika? Sempat secuil harapan mengembang, namun segera surut tertimpa keraguan.
Paling kalau nafsu syahwatmu kambuh, kamu buka blokirnya, In.
☆☆☆
Hari-hari berlalu dengan lambat. Tanpa kehadiran Ina, Irham merasakan rumahnya sangat hampa. Ia tidak mau tidur di kamar utama, malah lebih sering terlelap di sofa ruang tengah setelah tak sanggup begadang dengan istri-istrinya. Setelah Ina pergi, hanya Diana, Mulan, Elektra dan Joan yang menemani. Istri komputer memang tidak pernah mengeluh. Mereka selalu siap diajak bekerja kapan pun dibutuhkan. Namun, mereka tidak bisa tersenyum dan tidak bakal bermanja-manja. Mereka juga tidak punya tubuh hangat yang ndusel-ndusel bila dipeluk.
Orang tua Dika datang sehari setelah kejadian. Mereka membawa serta anggota TNI yang katanya masih ada hubungan kekerabatan. Irham semakin kesal. Tahu begini, ia membawa pengacara. Siapa yang salah? Mengapa ia yang seolah-olah ditekan dan diintimidasi?
"Mas Irham, kami tahu Mas sangat terluka. Tidak mudah mengalami hal seperti itu, apalagi melihatnya dengan mata kepala sendiri," kata ayah Dika, lelaki paruh baya yang berambut keriting. Di sampingnya duduk ibu Dika. Wajah perempuan itulah yang diwariskan kepada putranya. "Untuk itu, kami sekeluarga memohon maaf yang sedalam-dalamnya."
Irham hanya mengangguk dan menunggu tamu-tamunya mengutarakan maksud mereka.
"Sekarang bagaimana, Mas? Apakah kita bisa berdamai saja?" tanya ayah Dika.
Irham tentu saja tidak mau memperpanjang persoalan. "Boleh, kalau itu yang terbaik."
"Oh, terima kasih. Kalau begitu, mari kita tinggalkan masa lalu untuk membuka lembaran baru."
Irham mengangguk. Ayah Dika melirik tangan Irham dan tidak menemukan cincin kawin, hanya bekas belang keputihan di jari manis kanan. Ia menjadi percaya diri.
"Lantas mengenai Dik Ina gimana?"
Irham mengerutkan kening. "Maksud Bapak?"
"Begini, kami merasa bersalah atas perbuatan anak kami, Dika. Kalau memang ada konsekuensinya, kami bersedia bertanggung jawab atas Dik Ina."
"Maksud Bapak, Dika mau menikahi Ina?"
"Hm, ya seperti itulah."
Irham geram sekali. Ia memang sangat marah karena perbuatan tidak senonoh istrinya, namun belum terpikir untuk menggugat cerai. Apalagi ditantang seperti ini, gengsi Irham meronta tidak terima.
Enggak bakalan anakmu bisa dengan mudah merebut istriku!
Irham tersenyum tipis. "Ina istri saya. Langkahi dulu mayat saya kalau mau menikahi dia," ujarnya dengan kalem, namun sinis.
Ayah Dika terlihat lega. Ia juga tidak rela putra satu-satunya harus menikahi bekas istri orang. "Oh, kalau begitu apa bisa kita anggap masalah ini selesai?"
"Ya. Asal anak Bapak tidak coba-coba mendekati istri saya lagi."
Kamu pikir istrimu secantik apa? Dika bisa cari yang lebih dari itu! geram ayah Dika dalam hati. Namun, ia masih berusaha tersenyum demi sopan santun.
"Kalau itu, saya berani menjaminnya, Mas."
Pertemuan itu berakhir dengan aman, damai, dan melegakan bagi keluarga Dika. Putra mereka terbebas dari tuntutan dan tanggung jawab. Beruntung ada suami bodoh yang dibutakan oleh cinta yang masih mau mempertahankan istri yang sudah ternoda.
////////////////////////
Hiyaaah, komen please ....
Jangan lupa beri "bintang" ... ngarep yak
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top