---43. Bubble Tea (2)--
"Mas, rumahmu bagus banget. Aku suka di sini," puji Ina. Tangannya tanpa sengaja mengelus permukaan sofa. Astaga, gesekan itu lembut sekali. Ina menjadi semakin berdebar saja.
"Kamu kelihatan bahagia banget," komentar Dika.
Ina meringis. Suasana hatinya tiba-tiba membaik tanpa tahu penyebabnya. Ia seperti sanggup melakukan apa saja. "Mungkin Mas Dika yang bikin aku begini," ucap Ina tanpa rasa malu.
"Ah, kamu ini bisa aja." Jari Dika terulur, mengelus pipi Ina perlahan. Ina sampai mematung karena badannya mendadak panas dingin.
Dika kemudian bangkit mengambil gitar. Ia kembali duduk di samping Ina sambil memainkan jemari di dawainya. Petikan demi petikan melantun dari alat musik itu.
"Ke manakah ku 'kan melangkah
Jalan kita tak tentu arah
Hidup yang pernah kupahami
Terjaga di sampingmu ...."
Lirik lagu "Kupeluk Hatimu" milik grup band Noah mengalir indah saat diiringi dentingan gitar. Suara bas Dika sangat pas menyanyikan lagu itu. Di mata Ina, wajah berhidung mancung itu semakin berkilau saja. Ah, tubuh Ina meliuk-liuk sendiri mengikuti irama lagu. Entah mengapa, darahnya bergolak sehingga ia ingin terus bergerak.
"Andaikan waktu memihakku
Jangan cepat semua berlalu
Apa yang pernah kita lalui
Mulai terurai sepi ...."
Ina tergugah. Bukankah dulu mereka sering duet saat masih aktif sebagai anggota grup vokal kampus? Dika menoleh, meluncurkan tatapan syahdu yang sulit dilawan. Ina tak dapat menahan diri. Saat ini, semua terasa menggairahkan. Ia segera mengiringi Dika dengan suara kedua saat lagu memasuki refren.
"Menepilah sejenak kekasihku
Berikan ruang ruang untuk rindu
Sehingga reda deru ragumu
'Kan kupeluk hatimu ...."
Suara mereka berpadu apik. Getarannya benar-benar membuat Ina gerah. Dika kemudian memetik gitar lebih intens, memainkan musik instrumental tanpa lirik.
"Mas Dikaaa! Lagunya romantiiiis!" seru Ina, tak dapat menahan getaran kalbu yang nyaris meledak. Dika hanya manggut-manggut dan tersenyum. Mereka melanjutkan duet hingga lagu berakhir.
"Kembalilah ke masa itu
Ketika pertama bertemu
Di mana cinta hentikan waktu
Dan kaupeluk hatiku ...."
Suasana romantis yang dibawa oleh lagu itu menyeret dua insan yang jelas-jelas saling jatuh cinta. Tatapan Dika melembut. Ina membalasnya dengan berbisik, "Mas Dika ...."
Dika meletakkan gitar, lalu menggeser duduk mendekat. Tanpa mengalihkan tatapan, ia meraih tangan Ina dan mengelusnya lembut. Ina kontan melayang. Padahal tadi ia berjanji dalam hati hanya akan mengobrol saja. Namun, mengapa sekarang bara api ragawinya tersulut? Apalagi saat tangannya ditumpangkan di pangkal paha Dika. Oh, apa itu gundukan di balik ritsleting?
Ina, sadar! Singkirkan otak syahwatmu!
Sebuah suara nyaring berteriak dari sudut kalbu. Ina mendengar sejenak, namun detik berikutnya, suara itu lenyap, hangus ditelan bara api. Tangannya telah ditumpangkan di atas gundukan ritsleting milik Dika! Seluruh ototnya seketika melemas. Segenap selnya sepakat untuk berkhianat, meronta, ingin menghambur ke kehangatan tubuh Dika.
"Mas Dika ...," desis Ina lirih. Wajahnya seperti memohon. Entah memohon apa, ia sendiri tidak bisa menjelaskan.
"Ya, In?" balas Dika di telinga Ina.
Seluruh bulu halus Ina meremang. "Mas Dika .... tolong?"
"Aku milikmu, In," bisik Dika lagi.
Wajah yang sangat dekat itu membuat Ina lupa tengah berada di mana. Ia menautkan bibir ke wajah Dika dengan membabi buta. Melihat wanita di sisinya telah terbakar sempurna, Dika meraih tubuh mungil itu ke dalam gendongan. Ia terkekeh dalam hati. Biar saja Ina cuma mau mengobrol. Ia telah membuat jurus jitu untuk menundukkan niat itu. Obat yang ia gerus lalu dicampur ke dalam bubble tea tadi ternyata sangat manjur.
☆---Bersambung---☆
Ada yang curiga sama Dika nggak?
Komen please ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top