---33. Mana Istriku (2)---

Mata berpengalaman Irham dapat menangkap kecanggungan Anin. Jangan-jangan istrinya mengadu macam-macam pada gadis ini.

Irham membalas dengan senyuman. Bagaimanapun, ia berusaha sopan karena berada di rumah orang. "Sore, Nin," sapanya. "Istriku mana?"

Istri? batin Anin. Mulutnya sontak ternganga. Irham menanyakan istri? Satu-satunya kerabat Irham di rumah ini adalah Ina. Berarti Ina adalah ....

Anin segera tersadar, situasi saat ini sangat membingungkan. Ia harus berhati-hati dan berusaha menahan keterkejutan. Sayang, mata Irham telanjur menangkap ekspresi kaget itu. Ia menduga, Ina belum menceritakan status barunya.

"Ina sekarang istriku, Nin," ujar Irham. "Kami nikah dua bulan yang lalu."

"Oh, iya, Mas. Silakan masuk. Saya panggilin Ina di kamar." Anin segera menghambur ke dalam, menuju kamar di mana Ina dan Dika sedang berduaan. Tanpa ba-bi-bu, ia membuka pintu. Matanya seketika melebar. Kepalanya langsung pening. Ina dan Dika tengah berpelukan! Oh, tidak. Mereka berpagutan!

"In! Mas Dika!" ujarnya setengah berbisik, lalu mendekati pasangan yang terkaget karena diinterupsi. Kata-kata "Ada suamimu, In" nyaris terlontar dari mulut Anin. Untung ia segera menyadari situasi. "Ada Mas Ir di depan!"

Ina segera melepaskan diri dari rengkuhan Dika, lalu berdiri dengan panik. "Ma-Mas Ir datang?"

Dika ikut berdiri. Diraihnya tangan Ina kembali. "Nggak pa-pa. Ada aku. Yuk, aku temani ke depan."

Ina dan Anin langsung menoleh pada pemuda itu. "Jangaaaan!" teriak mereka bersamaan.

"Loh, gimana, sih? Kalau masmu tahu kamu punya ... ehm punya aku, dia nggak akan semena-mena sama kamu, In."

"Kalian jadian?" tanya Anin dengan mata mendelik. "In, serius kamu nerima Mas Dika?"

Ina kelimpungan sendiri. Dika belum bicara apa-apa, tapi buktinya mereka sudah berciuman.

"Penting banget bahas itu sekarang, Nin? Pikirin keselamatan Ina dulu, dong," tegur Dika.

Anin menjadi serba salah. Ia tadi meminta Dika datang karena mengira Ina diperlakukan tidak senonoh oleh Irham. Terus terang ia sekarang jengkel karena Ina menutupi statusnya. "Mas, jangan nuduh orang sembarangan, deh. Ina dan Mas Ir itu satu keluarga. Sebaiknya Mas Dika jangan muncul di depan Mas Ir, ntar bikin ruwet urusan rum ... eh ... keluarga mereka."

Setelah berkata begitu, Anin menyeret Ina ke ruang tamu. Dika tidak mau tahu. Ia nekat membuntuti kedua cewek itu. Terpaksa Anin memutar otak. Begitu sampai di depan Irham, ia segera menggamit lengan Dika.

"Mas, kenalin, ini cowokku," ujarnya dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Sudah pasti, Dika menoleh dengan keheranan. Ia dibalas dengan tatapan ganas Anin. Terpaksa Dika menyambut uluran tangan Irham.

"Dika," ujar Dika sembari mengamati sosok Irham. Jujur, ia tidak menyangka lelaki itu berbuat tidak senonoh seperti dugaan Anin saat menelepon tadi. Ia terlihat sopan dan tenang.

Dika? batin Irham. Ia seperti pernah mendengar nama itu. "Irham," ujarnya. Mulutnya terbuka, hendak mengatakan siapa dirinya. Namun, Ina lebih cepat tanggap, segera menyambar.

"Mas Ir ngapain ke sini?" tanya Ina.

Irham menoleh, lalu menarik tangan Ina. "Kamu ngapain pergi nggak bilang-bilang? Aku kepikiran."

Ina risih dipegang. Ia segera menarik tangannya. "Ya udah. Aku pulang sekarang!" Ia menyambar kunci sepeda motor di meja tamu.

"Bentar! Mana maskermu?" tanya Irham. Ia merogoh saku kemeja, mengambil masker. Diberikannya benda itu pada sang istri sambil menatap tajam.

Ina menggigit bibir, lalu mengenakan masker tersebut tanpa perlawanan. Ia tahu Irham kesal karena ia tidak patuh pada protokol kesehatan.

"Nin, aku pulang!" pamit Ina. Sesudah itu, ia menderap keluar rumah.

Irham segera menyusul setelah melempar senyum dan isyarat tangan pada Anin dan Dika. Di halaman, ditangkapnya tangan Ina yang tengah mengambil helm dari atas motor. "Ikut aku aja!"

Ina menoleh dengan cemberut. "Aku bawa motor, Mas!"

"Ikut aku aja!" Irham ngotot sambil tetap mencengkeram tangan Ina.

"Tapi ...."

"Motormu biar diambilin Tono." Helm di tangan Ina diambil oleh Irham, lalu digantung di spion sepeda motor. "Ayo!" perintahnya sembari menarik tangan istrinya.

Ina terpaksa menurut. Irham tidak bisa dilawan kalau sudah keluar taring seperti ini. Ia terpaksa membuntuti lelaki yang tetap menggandeng tangannya hingga ke mobil. Dari sudut mata, ia melihat Anin susah payah menahan Dika di teras agar tidak menyusul.


///////////////////

Cerita ini akan up di WP sampai tamat. Tapi buat yang nggak sabar tunggu apdetan, langsung cuuus aja ke KBM atau Karya Karsa. Di sana udah tamat.

Buat pengguna Karya Karsa, ada paket murah meriah.

Cukup dengan Rp25.900,- Sobat dapat membaca Love You Still sampai tamat.

Tunggu apa lagi, yuk cuuuus ke sana!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top