---23. Ilmu Neraka(3)---

Makasih buat Sobat yang udah memberi spam komen kemarin. ❤️❤️❤️❤️❤️

===


Sekali lagi Ina syok dengan isi otak Anin. Agaknya Nicko telah mengubah gadis itu 180 derajat. Ia sampai ragu, apakah Anin yang ini masih Anin sahabatnya yang dulu.

Sadar akan kegalauan sahabatnya, Anin langsung tancap gas. "Gini, In. Pada waktu semua makhluk diciptakan, apa Yang Maha Kuasa menciptakan hal-hal buruk, hal-hal yang bikin dosa?"

"Hmmm, mestinya enggak. Dia kan Yang Maha Suci."

"Naaah! Kita emang diciptakan punya onderdil seks dan nafsu seks. Lantas apa itu dosa?"

Ina menggaruk kepala. "Sepertinya enggak, sih. Netral aja, ya, kayak bagian tubuh yang lain? Tapi kok aku merasa salah, ya?"

"Ya enggak nyalahin kamu, sih. Kita emang dikit banget dikasih tahu soal ini. Curhat sama teman juga jarang. Kita lebih banyak malu karena rasanya tabu kalau perempuan ngebahas seks blak-blakan kayak kita sekarang."

"Iya, sih. Aku syok sebenernya."

"Kamu bener. Cewek diatur-atur dan dibatesin dengan banyak ketabuan. Beda sama cowok. Mereka bisa lebih bebas buat eksplorasi. Ngobrolin soal burung pun kayak nggak tabu-tabunya."

"Eh, iya ya. Kamu bener banget, tuh."

"Nah, gimana kita mau pakai badan dengan bener kalau isinya apa, gimana fungsinya, dan gimana cara kerjanya kita nggak tahu."

"Gitu, ya?"

"Belajar, Say, belajar! Yuk lanjut dulu. Ntar kamu paham. Sekarang ulangi yang terakhir tadi."

Ina segera mengikuti Anin, membuang jauh-jauh rasa bersalah. Nafsu ingin tahu telah menutup segala ajaran tentang kesopanan dan dosa. Bahkan konsep surga dan neraka pun mengabur, hancur dalam bara hasrat.

"Yak, bener. Sekarang turun. Rasain ada apa aja di situ," ujar Anin. "Mmm, di bawah tulang kemaluan ada tonjolan kecil yang kenyal. Letaknya di bagian atas lubang yoni. Imut-imut, tapi rasanya dahsyat. Dapat?"

Ina meraba sejenak. "Dapat." Detik berikutnya ia menghela napas dalam karena sentakan sengat nikmat yang terjadi saat benda itu diusap.

"Yup. Enak kan di situ? Padahal tiap hari kita cebokin, tapi nggak paham kalau bisa bikin rasa enak," ujar Anin.

Ina mengangguk. Ia sudah semakin gelisah. Anin tak menyiakan waktu, segera memberi instruksi lanjutan.

"Sekarang, usap bibir luar, bibir dalam, lalu tonjolan imut tadi. Ulang-ulang. Cari gerakan yang paling bikin enak. Dapat?"

"Nggak ngeh. Gerakannya gimana?"

"Usap dulu bagian bibir luar. Yang itu, gundukan lemak di kiri dan kanan."

Ina meraba tempat yang area yang dimaksud Anin. Sebuah area luas di kiri dan kanan liang yoni. Ia belum pernah memperhatikan tempat itu. Dipikirnya hanya bagian dari kulit saja. Ternyata saat sedang on begini, daerah itu ada 'rasanya' juga. "Oh ini."

"Yak. Usap muter boleh, mau arah depan-belakang juga boleh. Mana yang kamu suka aja. Habis itu, usap bibir dalam. Yang tipis, dua buah di kiri dan kanan. Usap-usap lagi. Habis itu balik ke tonjolan imut, ulang lagi dari awal. Atau terserah kamu. Ikuti naluri juga boleh."

Ina menurut. Gerakan itu membuat rasa nikmat semakin kuat sehingga dadanya naik turun dan tubuhnya menggeliat tidak karuan.

"Yak, bener banget. Nanti kalau kamu udah nikah, lanjut masuk ke yoni, tapi hati-hati, jangan sampai lecet. Di dekat muara itu, di bagian depan ada titik namanya G-spot. Itu titik rangsang seksual yang paling kuat. Kamu harus cari sendiri tempatnya. Ntar kasih tahu tempat itu ke suami kalau kamu udah nikah.

"Tapi sekarang kamu main di luar aja. Takut salah masukin jari, nggak nemu G-spot malah merobek selaput dara. Aku diselepet calon suamimu ntar."

Ina mengangguk. Nggak papa. Udah robek juga.

Diam-diam ia memasukkan jari ke liang yoni. G-spot itu pun ditemukan. Saat disentuh, Ina kontan menggeliat keras di kursi.

Anin justru melebarkan mata. "Loh, kamu masukin ke dalam? Heeey! Jangaaaan!"

"Ah, nggak pa-pa. Selaput daraku udah robek dari kecil," ujar Ina, berbohong. Pikirnya, sudah kepalang tanggung membuat sandiwara, langsung saja diteruskan.

Anin semakin was-was. "Hah? Kamu ... kamu pernah di—"

"Enggak! Aku jatuh dari sepeda."

Sudah pasti Anin semakin mengerutkan kening. Siapa yang percaya jatuh dari sepeda membuat selaput dara robek? "Gimana jatuhnya kok sampai gitu?"

"Aaaah! Udah deh! Kamu bikin hilang konsentrasi!"

Anin pun diam. Mereka melanjutkan kegiatan tadi. Ina kembali merasakan gelombang aneh yang memanaskan darah. Geliatnya semakin tak beraturan.

"Nin, Niiiiiiiinn!" desisnya tertahan.

"Hmmm? Apa rasanya, In?"

"Kok gini, Nin? Kok giniiiiiiiihhh?"

"Enak?"

"Aduuh, adududuh! Bukan enak lagiiih. Ini sih ... ini sih ... adududuuuuh!"

"Yak, lanjut, makin keras, makin cepet."

"Niiiiin, Niiiiiiin!"

"Lanjuuuut! Yeaaah, yeaaah! Terus In, teruuuus nikmati!"

Ina melakukannya. Semakin lama semakin cepat dan keras. Di satu titik, otot-otot panggulnya bergerak sendiri, kuat dan berirama.

"Yak, yak, bener! Jangan ditahan!" seru Anin, memberikan semangat.

Wajah Ina mengerut, mengendor, mengerut lagi. Lenguhan lirih keluar dari mulut. Otot-otot panggulnya menegang maksimal, mencengkeram kuat. Ia ingin berteriak, tapi takut ketahuan Irham di kamar sebelah, sehingga ditahan saja, menjadi desisan panjang.

Beberapa saat kemudian, puncak itu tercapai. Ada letupan yang memberikan rasa lega. Ina seperti dilempar ke langit, lalu mendarat di awan. Nyaman, nikmat, puas! Dunia sekitar langsung terlihat terang benderang dan penuh warna. Benar kata Anin, seks mendatangkan rasa bahagia. Pantas bisa membuat badan sehat.

"Niiiiiin ... kok gini rasanya?" desisnya sembari menyeka peluh yang menetes dari kening.

"Gimana? Puas?"

Ina masih mendesis sambil mengangguk-angguk. "Banget, banget! Warbyasah rasanya, Niiiinnn!"

"Nah, udah ngerti, kan? Itu baru main sendiri, In. Kalau ada pasangan, makin hoooot! Yang penting, ntar kalau kamu udah nikah, minta suamimu merangsang G-spotnya."

"Pakai jari?"

Anin menggaruk-garuk kepala melihat keluguan Ina. "Pakai jari? Suamimu kan punya lingga. Tapi pakai apa aja boleh, kok. Yang penting puas!"

Ina langsung terbayang Irham. Proses raba-meraba itu ternyata membutuhkan waktu. Bisa-bisa ia ditinggal tidur lagi. Lagipula, bagaimana cara memberitahu Irham tentang tempat-tempat yang ingin diraba? Ia takut dicap cabul. Nyinyiran lelaki itu masih membekas.

Anin terkekeh melihat sahabatnya cuma berkedip-kedip. "Mau lagi, In? Kita perempuan bisa, loh, orgasme berkali-kali dalam sekali waktu."

"Masih bisa enak kayak tadi?"

"Bisa banget! Lanjut?"

"Lanjut!"

Ina baru mulai menyusupkan tangan ke selangkangan, terdengar handel pintu digerakkan dari luar.

"Iiiiiin?" Suara Irham berkumandang, memanggil dari balik pintu. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan.

"Nin, udahan dulu! Mas Ir datang!" ujar Ina dengan gugup. Ia cepat-cepat mematikan video call dan mengenakan baju. Sementara itu, ketukan di pintu kembali terdengar dan semakin keras.

"Iiiiiiin? Kenapa pintunya dikunci? Kamu marah?"

---Bersambung---

Yuk, spam komen. Ina salah apa bener?

Buat pengguna Karya Karsa, ada paket murah meriah.

Cukup dengan Rp25.900,- Sobat dapat membaca LYS sampai tamat. Caranya:

Pastikan Sobat menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- untuk pembelian "PAKET LOVE YOU STILL 30 HARI". KODE VOUCHER: love112023

Tunggu apa lagi, yuk cuuuus ke sana!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top