---21. Ilmu Neraka (1)---

Ina sesenggukan seorang diri di kamar. Kata-kata Irham tadi sungguh nyelekit, seperti cubitan kecil di hati. Masa iya dirinya cabul? Menciumi suami sendiri masa nafsu berlebihan? Ia berbuat seperti itu karena Irham menggemaskan, seperti punya magnet yang membuatnya kepingin melengket terus. Ia harus bagaimana? Diam menunggu, menelan sendiri hasrat itu?

Oh, tidak masuk akal bagi Ina! Buat apa menikah kalau menahan-nahan? Padahal kalau dirunut, bukankah Irham sendiri yang membuatnya mengenal permainan seks? Kalau sekarang ia ketagihan, itu karena siapa?

Tangan Ina merayap ke bibir. Ada sensasi di sana yang menimbulkan gemuruh. Jemarinya menyusur ke bawah, ke dua harta. Ada pula gemuruh yang tercipta saat disentuh. Ia bergerak ke bawah, ke ceruk di antara kedua pangkal paha. Di sana ada benda yang membakar bara.

Ina merintih. Badannya ternyata diciptakan untuk bergairah. Seperti ada mesin yang beroperasi secara otomatis begitu ada pemicu. Hasrat ini lebih kuat dari sekadar dorongan ingin makan atau minum. Dirinya terbakar dan tidak tahu bagaimana cara meredakannya.

"Aniiiiiin ...!" panggilnya melalui video call. Hanya Anin yang terbayang saat ini untuk diajak bicara. Sebenarnya ia tidak yakin bisa menumpahkan persoalan, tapi daripada dipendam dan membuat galau, lebih baik disalurkan ke seseorang.

"Loh, loh, In? Kenapa mewek?" tanya Anin begitu menemukan mata Ina sembab.

"Enggak, enggak kenapa-napa," jawab Ina serak. "Aku cuma pingin denger suaramu aja."

"Iya, Say, aku dengerin. Cerita aja ada apa. Mas Ir jahat? Kamu dikekang-kekang?" tanya Anin.

Ina sedikit kaget, tebakan Anin nyaris benar. "Kok ke situ sih larinya?"

"Habis Mas Dika cerita nganterin kamu ketemu Mar Ir di restoran. Pulang dari sana kamu bete berat."

"Oh, itu. Aku cuma kesel karena dikurung di rumah. Padahal dia sendiri bisa pergi-pergi bebas." Ina terpaksa mengarang jawaban yang masul akal.

"Oooo, gitu. Bukan yang lain? Nggak usah malu, In. Kita kan udah kenal luar dalam. Nggak perlu ada rahasia, cerita aja."

"Enggak papa kok. Mas Ir baik," sahut Ina sembari berharap Anin tidak mendesak terus.

"Iya, deh. Aku percaya aja. Tapi kamu kok juga marah sama Mas Dika? Dia sampai kalang kabut, loh, nelponin aku sama Mas Nicko."

Ini menggigit bibir. Anin tahu soal kejadian di mobil dengan Dika? "Mas Dika emang bilang apa?"

"Cieeeeeee! Nggak bilang apa-apa. Aku nggak denger kok kalau ada cewek yang ngambek waktu dicium pertama kali sama cowok."

Mata Ina mendelik seketika. "Aniiiiiiiiinnnn! Mas Dika bilang apaaah?"

Anin dengan sangat nakal bergaya mengingat-ingat. Telunjuknya diketuk-ketukkan di bibir. "Bibir ... anget ... harum ...."

Ina merengek nyaring. Wajahnya memerah. "Aniiiiiiin! Awaasss kamu!"

"Hilih hiliiih! Santuy ajah, keles!" Anin mencibir. "Cuma ciuman ajaaah, siapa yang larang? Lain kali, kalau Mas Dika cium lagi, dibales yak. Yang semangat balesnya!"

"Iiiih! Kayak kamu pernah aja!" balas Ina. Sang sahabat malah terkikik-kikik. Tawa itu membuat Ina curiga. "Jangan-jangan Mas Nicko juga udah ...."

"Ya udah dong, In! Masa pacaran cuma pandang-pandangan? Garing!"

Mata Ina membulat dan melebar. "Kalian udah ...."

Anin terbahak. "Udaaah! Mau minta gaya apa? Aku kasih tips deh, biar jos!"

Ina semakin gelagapan mendengar kabar itu. Seketika ia paham mengapa sewaktu di warung bakso itu Dika berkata banyak yang telah terjadi selama ia dikarantina. "Kamu udah nikah sama Mas Nicko? Kok nggak bilang-bilang, sih?"

"Beluuuum! Belum lulus, ngapain nikah cepet-cepet?"

Sekarang kepala Ina berdenyut. "Loh, kamu bilang udah pernah coba segala posisi? Maksudmu posisi naena, kan?"

"Hadeeeeh, Say. Kalau cuma kepingin naena aja nggak perlu nikah juga keles."

"Ohmaigaaat!" Ina menepuk kepala dengan kedua tangan. "Kamu nggak ... aduh ... aku mau ngomong apa coba, Nin? Aku syok!"

Anin meletakkan ibu jari di bibir, lalu mendekat ke layar. "Sssstttt! Sekarang yang begitu udah banyak. Mau aku sebutin teman-teman kita yang udah gituan?"

"Haaa?"

"Dita, Yani, Selina, Dito, Ratna, Hendi, Wulan, Hanif."

"Apaaah? Wulan juga?"

"Eeh, jangan terkecoh sama penampilan santun bin alim. Wulan itu sugar baby loh, In. Kelas atas! Makanya bening banget kan mukanya? Branded semua yang nempel di badan dia. Mahal ongkosnya!"

"Awowowok! Aku ketinggalan berita!"

"Ya kamu sih, kalau ngobrol nggak dengerin orang, malah nyerocos nawarin dagangan aja."

"Yey, kalau nggak gitu, makan apa akuuuh? Aku bukan anak sultan, hellow!"

"Tapi kamu sekarang kan dibiayain Mas Ir. Jadi adik sultan, dong?"

Ina kembali mencebik, walau dalam hati tidak menampik bahwa jumlah transferan pertama Irham membuatnya kaget. Anin terbahak melihat ekspresi salah tingkah itu.

"Eh, iya. Yang aku omongin tadi jangan dibilang-bilang ke orang lain, ya. Kalo emakku tahu, aku bisa digantung di pohon kecambah!" pesan Anin.

Ina cuma bisa berkedip-kedip saja. Anin memang bukan cewek lemah lembut yang penurut pada orang tua, tapi ia sama sekali tidak menduga sahabatnya itu bisa melakukan hubungan terlarang.

"Nin, kalau mamamu tahu, emang nggak bakal marah?"

"Wah, kali aku udah diusir dari rumah atau langsung dinikahin. Yakin banget deh, aku bakal disumpahi masuk neraka."

"Ya emang dosa, kan?" bantah Ina. "Kayaknya kamu perlu baca ayat-ayat suci, biar kembali ke jalan yang benar!" ujarnya menirukan perkataan Irham. "Tuuuh di kepalamu udah tumbuh dua tanduk merah." Ina membuat tanda tanduk di kepala dengan dua jari sembari meringis lebar.

"Eeeeh, dosa itu kan buat yang meyakini. Kalau yang nggak meyakini ya nggak dosa," sahut Anin enteng, kemudian terbahak kembali. "Lagian kalau emang berdosa, aku udah tak terselamatkan!"

"Kok lebih pinter kamu dari pak ustadz, yak!" tukas Ina sambil mencibir. "Kamu bisa gantiin beliau kuliah tentang dosa."

"Ya deeeh. Kamu kan beda aliran, ya nggak usah ikutan aku. Tapi tahu nggak, separuh penduduk bumi itu naena tanpa nikah. Dan mereka baik-baik aja, kok."

"Itu teori dari manaaa?"

"Teori Profesor Anindita Wulandari."

Ina kontan manyun. "S1 aja blom lulus, udah ngaku profesor."

"Gini, ya, In. Kamu tahu kan kenapa kita punya mulut dan bisa lapar?"

"Kenapa Prof?"

"Karena tubuh kita butuh makanan. Maka diciptakan mulut dan rasa lapar. Kalau nggak dipenuhi, tubuh bisa kacau dan akhirnya sakit."

Ina mulai menangkap arah pembicaraan Anin. "Trus kalo naena?"

"Naaah, manusia itu diciptakan punya onderdil unik. Cowok punya lingga, cewek dikasih yoni, betul?"

"Betuuul! Seratus buat Ibuk Profesor!"

"Naaah, onderdil itu gunanya buat naena. Badan kita juga memproduksi hormon-hormon seks, termasuk zat yang namanya feromon[1]. Itu gunanya apa coba kalau bukan agar kita tertarik satu sama lain?"

"Jadi nafsu itu juga diciptakan dari sononya?"

"Ya iyalah! Sama kayak nafsu makan, nafsu seks itu juga alamiah sifatnya, In!"

Ina garuk-garuk kepala. "Trus kalau organ-organ itu nggak dipakai naena efeknya apa?"

Anin kembali mendekatkan mulut ke kamera. "Kamu tahu nggak, salah satu yang bikin orang dewasa sehat dan awet muda itu seks?"

"Heh? Itu ilmunya Profesor Anin juga?"

"Hmm, kalau ini ada penelitiannya. Kapan-kapan aku share ke kamu, deh."

"Jadi kalau enggak dipakai naena, orang bakalan sakit-sakitan gitu?"

"Hmm, bukan sakit fisik langsung, sih. Tapi sakit jiwa, terus merembet ke fisik."

Ina termangu. Apakah kegalauannya selama ini akibat seks? Penjelasan Anin, walau terdengar konyol, tapi masuk akal. "Tapi kan ada orang-orang yang sengaja nggak kawin. Emang mereka sakit jiwa semua?"

"Ya nggak bisa dibalik segampang itu. Mereka yang milih nggak nikah itu pasti punya kekuatan batin buat melawan hawa nafsu. Makanya yang sanggup selibat itu nggak banyak, kan?"

"Nggak tahu ya, Nin. Kayaknya kamu bawa ilmu neraka, deh. Bertobat sana, gih!"

__________

[1] Feromon merupakan zat kimia yang dikeluarkan dari tubuh individu, yang dapat memengaruhi respons sosial dan seksual orang lain. Feromon bersifat mudah menguap, dan merupakan senyawa kimia alami tubuh yang mungkin memiliki aroma tertentu namun tidak selalu bisa terdeteksi oleh indera penciuman. Penelitian yang dilakukan mengungkap bahwa pada manusia feromon berperan terhadap daya tarik seksual. Sumber: https://www.alodokter.com/benarkah-jatuh-cinta-dipengaruhi-feromon

---Bersambung---

Readers, apa yang salah salah pada cerita di bab ini?

Yuk berikan pendapatmu😊

Mau hemat baca Love You Still sampai tamat nggak pake nungguin apdetan?

Ada 2 cara buat Sobat yang punya akun Karya Karsa:

1. Pastikan Sobat semua menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- untuk pembelian "PAKET LOVE YOU STILL 30 HARI". KODE VOUCHER: love112023

2. Mau menyimpan Ina-Irham buat dibaca selamanya? Gunakan "PAKET LOVE YOU STILL SELAMANYA". Sementara nggak ada voucher untuk paket ini, ya, karena udah murah banget.

Pastikan beli koinnya lewat website Karya Karsa, ya, biar dapat harga paling murah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top