---11. Adelia (2)---
Matahari mulai bergeser ke barat saat mobil Irham parkir di depan ruko. Di seberang, dekat dengan Taman Mundu, sebuah mobil lain menepi, lalu parkir di pinggir jalan. Baik Ina maupun Irham hafal, itu mobil Adel.
"Kayaknya itu Mbak Adel," kata Ina, lirih. Ia tidak perlu jawaban, karena sang pemilik nama keluar dari mobil tak lama kemudian.
Adelia Santy, wanita jangkung yang memiliki kulit eksotis dan wajah bulat berahang indah itu turun berjalan menuju mobil mereka. Rambut lurus yang diatur bergelombang di bagian bawah membuat penampilannya semakin anggun. Seragam ASN putih hitam standar yang dikenakan wanita itu tidak sanggup meredam pesona tubuh seksi di atas rata-rata dan kaki jenjang yang indah. Di usia yang sudah mencapai 35 tahun dan memiliki satu putra, Adel masih sangat mampu mengguncang jantung lelaki dan perempuan. Ina langsung berkeringat dingin. Refleks ia menoleh ke suaminya. Irham tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap ke arah Adel dengan sorot mata tajam.
"Kita nggak ngundang Mbak Adel waktu nikahan kemarin," ujar Ina lirih.
"Ah, nggak perlu," jawab Irham singkat. "Yuk, turun. Barang-barangnya biar diangkatin Tono dan Heru."
Ina menurut dan langsung turun. Irham tidak membuka pintu untuknya, dan memang Ina tidak berharap Irham akan melakukannya karena sama sekali bukan kebiasaan lelaki itu. Ia sempat melihat Adel bergegas ke arah mereka. Dari dalam toko, muncul dua orang pegawai Irham.
"Ir!" panggil Adel.
Irham hanya tersenyum sepantasnya. "Tunggu di dalam," ujarnya. Setelah itu, ia bergerak ke belakang mobil untuk menunjuk barang-barang yang harus diangkat Tono dan Heru.
Adel tidak segera masuk, tapi malah ikut berdiri di belakang mobil. "Kamu belanja banyak banget. Buat di mana?"
"Buat dapur di atas." Irham mengambil tas laptop, lalu menyerahkan kunci mobil ke Tono. "Nanti jangan lupa dikunci," katanya.
Adel menoleh, seperti hendak bertanya. Tapi melihat wajah datar Irham, ia mengurungkan niat. Ina mengamati interaksi keduanya dari samping pintu mobil bagian depan. Ia hampir yakin, Adel belum tahu tentang pernikahannya.
Tahu-tahu Irham berjalan ke arah Ina, lalu meraih tangannya dalam genggaman. Dengan menarik tangan itu, Irham mengajak istrinya masuk ke ruko. Ina kontan berdebar. Ia sempat melirik Adel yang tertinggal di belakang. Wanita itu terlihat terpaku sejenak, tapi kemudian membuntuti mereka tanpa berkata-kata.
Jarak dari tempat parkir mobil hingga ke bagian dalam ruko hanya beberapa meter, tapi terasa panjang bagi Ina. Mungkin karena ia yakin Adel mengamati mereka dari belakang.
"Kamu mandi dulu di kamar mandi belakang, ganti baju, baru naik ke atas," ujar Irham saat mereka sampai di dalam. "Nanti aku nyusul habis ini."
Ina menurut. Saat bergerak menjauh, ia masih bisa mendengar percakapan Irham dan Adel.
"Ada perlu apa? Semua syarat lelang udah aku serahin. Ada yang masih kurang?" tanya Irham.
"Iya. Tapi itu ... kamu ...."
"Oh, Ina? Aku sama dia udah nikah."
Sejenak ada jeda. "Oh, kapan?"
"Dua hari lalu."
"Oh, selamat! Kok nggak undang aku?"
"Covid. Yang datang cuma keluarga dekat."
"Ooo, gitu."
Suara Adel terdengar lirih. Ina tidak mendengar apa-apa lagi karena telah jauh. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi ia merasa urusan antara Adel dan suaminya belum selesai. Kalau tidak, mana mungkin keduanya sama-sama canggung seperti tadi?
☆---Bersambung---☆
Adelia Santy
Cucok nggak cast Adel?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top