🌙 Bab 3: Tetangga Baru
Jangan menarik perhatian yang tidak perlu dan jangan pula mencari masalah dengan orang yang tidak penting.
Begitulah nasehat Eyang setelah beliau puas memarahi Una, kemudian ditambah ledekan Oza yang membuat orang reflek mengelus dada. Akhirnya, Denada bisa bernafas lega, saat Una pulang ke rumah sambil berderai air mata, siapa suruh dia mencari masalah dengannya.
Eyang berkata sambil bersungut-sungut kesal, "Cantik-cantik gitu hobinya kok cari perhatian, mana cucuku pula yang dia jadikan kambing hitamnya."
Lalu Eyang ganti berkata, "Ehh, tapi semuanya gegara Nada juga sih, kalau tidak gitu si Una tidak akan bisa membuat masalah dengan cucu kesayanganku. Kamu nih yang sebenarnya hobi banget cari masalah. Iyah, kan, Nad?"
Senakal-nakalnya dia, Eyang tidak akan pernah tega memarahinya lama-lama, kalau mata gadis tersebut sudah mulai berkaca-kaca sekaligus dengan wajah yang memelas.
Namun, terkadang trik kecil tersebut tidak selalu berguna dan berhasil terhadap Eyang, malahan trik tersebut berujung pahit dengan dirinya yang dimarahi abis-abisan oleh Eyang.
Akibatnya, jangan ditanya. Denada seharian mendapatkan hukuman disuruh membersihkan rumah dan menggosok kamar mandi sampai kinclong, bersih seperti tanpa kaca. Ehh, salah maksudnya itu noda.
"Gimana rasanya, Nad? Dihukum seharian membersihkan rumah dan kamar mandi?" tanya Oza berlagak seperti wartawan yang sedang mewawancarai narasumbernya.
Denada hanya diam saja tidak merespon apa yang dikatakan oleh Oza, ia sibuk menyikat kamar mandi sampai benar-benar bersih.
Adakalanya, Nada beruntung punya teman masa kecil seperti Oza, yang kadang sering main ke rumah untuk membantu tugas-tugasnya. Terkadang adakalanya dia juga dibuat jengkel setengah mati sama si Kunyuk yang satu itu, ingin rasanya Denada melempar makhluk yang bernama Oza itu ke kerak neraka. Namun, dirinya tak berdaya karena hanya manusia biasa bukan manusia super seperti ultraman dan badman.
"Yeyeye... Nada dihukum lagi, hore! Hore, hatiku gembira."
Oza bernyanyi sambil bersandar di pintu kamar mandi. Denada pun dengan iseng menyiramkan seember air kobokan ke arah pemuda tersebut, sehingga membuat nyanyiannya seketika terhenti.
"Upss, maaf gak sengaja, tangan gue licin soalnya!" ucap gadis tersebut sambil tertawa puas melihat temannya basah kuyup.
"Eyang... Nada berulah lagi nih, Eyang! Aku disiram pake air kobokan mana bau banget lagiii...."
Oza kemudian segera ngebirit lari pulang untuk membersihkan pakaian dan tubuhnya yang terkena air kobokan, sebelum pulang ia berkata, "Awas kamu ya, Nad! Nanti aku balas kamunya."
"Balas aja kalau kamu bisa, bweekk!" balas Denada sambil menjulurkan lidahnya.
Setelah itu, suasana kembali tenang dan damai, telinga gadis yang akrab disapa Nada itu pun terbebas dari nyanyian sumbang Oza. Tidak apa-apa Eyang nanti memarahinya karena menyiram teman dengan air kobokan.
Eyang selalu menasehati Denada untuk tidak bertengkar dengan Oza, sesama teman harus rukun dan saling menjaga, apalagi mereka tetangga. Tapi kalau si Kunyuk yang satu itu yang cari gara-gara duluan, tentu dirinya tidak akan tinggal diam.
"Nad, kamu sudah selesai membersihkan kamar mandinya?" Eyang bertanya sambil membawa sebuah bungkusan. "Loh, Oza mana? Tadi perasaan dia main ke rumah, deh?"
"Udah pulang, Eyang!" jawab Nada sekenanya tanpa memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Tumben, dia cepat banget pulangnya? Biasanya kalau mau pulang dia pamit dulu sama Eyang!"
"Katanya tadi ada perlu, Eyang! Terus dia juga perginya terburu-buru gak sempat pamit sama Eyang," jawab Denada mengarang alasan. "Eyang, itu isinya apa?" Denada menujuk bungkusan yang sedari tadi dipegang oleh Eyangnya.
"Aaah, ini makanan buat tetangga baru kita. Kamu yang antar, ya!" Eyang menyerahkan bungkusan tersebut ke tangan Denada.
"Tetangga baru yang mana, Eyang?"
"Kamu tau kan rumah sebelah yang kosong dan sudah lama ditinggal penghuninya itu, Nad!"
"Tau, Eyang! Rumah yang katanya angker dan ada hantunya itu ya?"
Eyang mengetok kepala Denada karena berkata sembarangan, sehingga yang punya kepala mengaduh kesakitan.
"Jangan berkata sembarangan, sekarang rumah tersebut sudah ditempati. Jadi, kamu antar makanan ini untuk mereka sebagai basa-basi karena kita tetanggaan."
"Okeh siap laksanakan, Bosku!"
Perintah Eyang tidak bisa ditolak, kalau ditolak sama dengan mencari masalah untuk dirinya sendiri, karena itu bisa membuat Eyang marah dan melipat gandakan hukumannya.
Sesampainya di rumah yang dituju, Denada langsung mengetok pintu dan membaca salam beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban dari dalam rumah.
"Ini beneran ada orang atau enggak, sih? Atau mereka budeg kali masa udah diketok berkali-kali gak ada yang bukain pintu," omel Denada kesal dan sialnya ia kebelet buang air kecil lagi.
"Yuhuuu, ada orang di rumah!" Akhirnya, Denada putuskan untuk berteriak memanggil orang yang ada di dalam rumah.
Namun lagi-lagi tidak ada jawaban dan karena panggilan alam tidak bisa ia tahan lagi. Terpaksa Denada memutar knop pintu dan menerobos masuk ke rumah tersebut.
"Permisi, maaf menggangu! Aku mau numpang kamar mandi," ucap Denada sambil meletakkan bungkusan di atas meja, lalu ngebirit lari ke kamar mandi.
Sesampainya di depan kamar mandi, Denada tidak menduga bahwa ada seseorang di dslamnya. Sehingga, ia reflek berteriak saat melihat seorang pemuda yang sedang bertelanjang dada di dalam kamar mandi.
'Oh! Nada, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan,' jerit batin Denada sambil menutup matanya saat tidak sengaja melihat perut six pack pemuda tersebut.
"Keluar!" usir pemuda tersebut dengan nada ketus dibarengi dengan tatapan tajamnya. Sehingga, membuat Denada menggigil kedinginan.
"Maaf, aku gak tau kalau ada orang di kamar mandi." Denada berkata sambil menutup matanya dan sekali lagi ia mencoba untuk mencuri pandangan. Akan tetapi, gagal karena pemuda tersebut sudah memakai kembali bajunya. "Oh ya, aku ke sini cuma mau mengantarkan bungkusan itu aja. Salam kenal tetangga baru!"
Setelah mengatakan itu, Denada langsung berlari keluar dengan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
Derrys tidak menduga bahwa seseorang, nekat masuk ke rumahnya tanpa izin dan ia juga menyesal tidak mengunci pintu kamar mandi, sehingga hal yang memalukan hampir saja terjadi.
Sementara itu, dua orang yang tidur seperti kebo terbangun karena terkejut mendengar teriakan Denada. Buru-buru mereka keluar dari kamar dan tidak sengaja melihat siluet seorang gadis berlari keluar dari rumah yang baru saja mereka tempati.
"Ar, yang tadi itu manusia, kan, bukan hantu?" tanya Faresta sambil memegang tangan Arsen.
"Aaais! Lepasin tangan aku, Res! Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku segala." Arsen melepaskan tangan Faresta dari tangannya, ia pun berjalan ke ruang tamu dan melihat sebuah bungkusan terletak di atas meja.
"Kamu tenang, aja! Yang kita liat tadi itu manusia, kok. Ini buktinya," kata Arsen membuka bungkusan tersebut, ternyata isinya makanan seperti kue-kue kering dan gorengan.
"Aaah, syukurlah kalau itu memang manusia!" ucap Faresta lebay. "Oh, iyah Derrys ada dimana?"
"Apa?" tanya Derrys keluar dari kamar mandi dengan wajah cemberut. Hari ini, adalah hari yang paling sial di dalam hidupnya.
"Tidak, ada!" jawab Faresta sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak tahu apa penyebab wajah pemuda tersebut menjadi cemberut, demi kedamaian dunia dirinya lebih memilih untuk diam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top