🌙 Bab 2: Derrys si Pangeran Kutub
Beberapa jam setelah live streaming di YouTube selesai.
Selama satu jam penuh, Derrys direpotkan menyusun berbagai macam jadwal kegiatannya. Pada siang hari, ia harus mengatur jadwal streaming agar tidak bertabrakan dengan jadwal sekolahnya yang padat. Di malam harinya, dia akan memilih dan memilah barang-barang yang dibawa saat pindah rumah.
Lagian dalam dua hari lagi ia akan berangkat untuk pindah dari rumahnya yang sekarang, orang tua angkatnya berkata tidak lagi membutuhkan dirinya. Semenjak anak kandung mereka lahir, Derrys seperti dibuang dan diabaikan. Walaupun begitu ia masih termasuk ke dalam keluarga Anggara yang kaya raya. Hanya saja dirinya dikirim ke rekan bisnisnya sebagai bentuk jaminan kerja sama antara kedua belah pihak.
Saat itu, ia tengah asyik menciptakan sebuah lagu yang akan dijadikan hadiah atas kelahiran adiknya.
"Derrys, kamu akan kami kirim ke sebuah kota dan dirawat oleh kenalan saya." Ayah angkatnya berkata datar tanpa menatap ke arah pemuda tersebut.
"Iyah, kami tidak membutuhkan kamu lagi," timpal ibu angkanya tanpa perasaan sambil menggendong seorang bayi laki-laki di pangkuannya.
Hal tersebut membuat tangan Derrys terkepal dengan erat, ia hanya menatap kedua orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua kandungnya itu. Setelah adiknya lahir mereka langsung membuang anak yang tidak dibutuhkan lagi.
Begitulah cara dunia bekerja, saat dibutuhkan ia disayang dan dielu-elukan dan saat tidak dibutuhkan dirinya dibuang seperti barang rongsokan.
Makanya Derrys mencoba untuk tidak bergantung dengan kedua orang tua angkatnya dengan memilih menjadi youtuber. Untungnya, Derrys dari lahir sudah memiliki wajah yang tampan dengan suara yang bagus. Oleh karena itu, ia tidak membutuhkan banyak usaha untuk membuat namanya dikenal banyak orang.
Derrys memberi nama akun youtubenya tiga angka dari nama depannya, Rys. Lagu pertama yang ia cover dan upload di akun youtubenya adalah lagu Inggris yang berjudul 'Until I Found You' yang dinyanyikan oleh Stephen Sanchez.
Lagu coveran yang ia upload tersebut langsung menarik banyak penonton, bahkan ada beberapa komentar yang mengatakan bahwa suara yang dimiliki oleh Rys sangat merdu dan sangat unik.
"Derrys, kamu lagi bikin apaan sih sampai termenung lama begitu?" Arsenio yang memperhatikan Derrys sedari tadi bertanya sambil menarik kertas yang dicoret-coret oleh pemuda tersebut dengan penanya. "Bukannya, kamu beberapa hari lagi mau pindah rumah sama sekolah? Kenapa masih pake jadwal yang lama, Rys?"
Arsen menatap wajah Derrys yang menggelap langsung menutup mulutnya, sepertinya ia sudah salah bertanya membuat pemuda tersebut marah. Arsen kembali meletakkan kertas yang ia rebut dari Derrys tadi dengan hati-hati sambil mengangkat kedua tangannya berbentuk huruf V.
"Hehehe, maaf!" ucapnya.
"Berisik!" umpat Derrys dengan wajah datarnya sambil menatap tajam sambil mengeluarkan aura dingin ke arah Arsen. Sementara itu, Arsen yang sudah terbiasa menghadapi Derrys cuma balas dengan cengengesan.
Faresta yang sedari tadi mengamati interaksi kedua temannya itu menepuk kening kemudian menggosokan kedua tangannya, aura dingin yang dikeluarkan Derrys membuat seluruh tubuhnya kedinginan. "Situasi macam apa ini? Kenapa hawa dinginnya gak mau hilang, jangan-jangan ada hantu lagi."
Arsen dan Derrys kompak mengalihkan perhatian sambil menatap Faresta dengan tatapan datar.
"Kumat lagi penyakit nih, anak! Siang-siang gini mana ada hantu, Res! Yang ada noh Derrys si Pangeran Es dari Kutub Utara yang nyasar di sini." Arsen berkata sambil menunjuk Derrys yang sedari tadi diam, sambil kembali menulis di kertas.
"Tapi, Derrys itu manusia bukan hantu, Ar," balas Faresta dengan wajah polosnya.
Mendengar hal itu, Arsen menepuk jidatnya, sedangkan Derrys menghembuskan nafas lelah. "Berisik! Kalian berdua bisa diam gak sih? Kalau kagak keluar sana!" ucap pemuda tersebut dengan ketus.
"Ucapanmu menyakiti hatiku, Mas!" Faresta memegang dadanya dramatis seperti sedang syuting ala film-film. "Hatiku ini terbuat dari kaca yang rapuh dan mudah retak. Jika kau tidak membutuhkan aku lagi katakan saja, biar aku yang pergi."
Arsen melirik Derrys yang membuat ekspresi jijik saat mendengar kata-kata lebay Faresta, ia tidak bisa menahan tawa. Jarang-jarang, pemuda tersebut memberikan ekspresi yang lain selain wajah datarnya yang dingin.
"Gak lucu!" ucap Derrys sambil beranjak dari duduknya.
"Eeeeeh! Rys, mau kemana?" tanya kedua temannya dengan kompak. Akan tetapi, Derrys berlalu pergi tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Tuh, Res! Gegara kamu Derrys jadi marah, kan!" Arsen memukul dan mendorong pelan bahu Faresta.
"Enak aja, ini salah kamu juga, Ar!" balas Faresta tidak terima membalas mendorong dah memukul bahu Arsenio. "Aiih, ngapain kita ribut di sini mending nyusul Derrys, keburu dia pergi jauh."
Faresta dan Arsen pun langsung bergegas menyusul Derrys yang sudah lebih dulu keluar dari ruang studionya, mereka ingin mengatakan sesuatu kepada Derrys.
Terkadang Derrys heran kenapa dua orang ini mau berteman dengan dirinya. Meskipun diketusin atau dibentak sekali pun mereka tidak akan menjauh seberapa kasar kata-katanya pun juga tidak berhasil menjauhkan kedua orang absur ini dari dirinya.
Walaupun begitu Derrys bersyukur bahwa masih ada beberapa orang yang tetap mau berteman dengannya, tanpa ada niat atau maksud tertentu.
Sering kali beberapa anak yang seumuran dengan Derrys, mendekati pemuda tersebut karena paksaan dari orang tua mereka. Dengan maksud agar bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan keluarga Anggara.
Awalnya Derrys sangat senang dengan hal tersebut, tapi sejak mereka tahu dirinya hanya anak angkat orang-orang tersebut satu persatu menunjukkan sifat asli mereka dan mengabaikannya. Sejak saat itu, Derrys memilih untuk bersikap dingin dan ketus kepada siapa pun yang mendekat.
"Ternyata kamu duduk di sini, Rys! Aku sama Resta nyariin kamu ke sana kemari, nyatanya kamu duduk di sini!" Resta berkata sambil mengelap keringat yang ada di dahinya. "Ada yang mau aku omongin sama kamu."
"Aku juga punya sesuatu untuk diomongin sama kamu, Derrys," ucap Faresta sambil terduduk di tepi jalan.
"Hhmm, apa?" Derrys hanya memberikan respon singkat sambil menatap kedua temannya itu.
"Kabar gembira buat kamu! Aku juga ikut kamu pindah ke tempat yang baru, Rys! Semua hal diperlukan sudah diurus sama ayah dan ibu aku," ucap Faresta bersemangat.
"Tumben banget orang tua kamu ngizinin?" tanya Arsen menatap Faresta heran.
"Kata mereka aku sudah besar dan harus mencoba untuk hidup mandiri," jawab pemuda tersebut dengan bangga. Padahal, sebenarnya kedua orang tua Faresta hanya ingin menyingkirkan roda ketiga atau penganggu di rumah, agar mereka bebas bermesraan. Terlalu aneh memang, tapi begitulah kenyataannya. "Kalau kamu, Ar?"
"Aku ikutan, lah! Semua berkasnya sudah diurus sama asistenku, aku juga gak perlu minta izin sama orang tua toh mereka gak peduli anaknya masih hidup atau enggak, " balas Arsen tersenyum, namun senyuman tersebut terasa hambar. Kedua orang tua Arsen adalah orang yang gila kerja, dipikiran mereka hanya ada kerja dan kerja, sampai-sampai anak satu-satunya mereka abaikan.
"Bagus! Kita bertiga akan selalu bersama dan tak akan terpisahkan dan hanya maut yang bisa memisahkan kita," ucap Faresta sambil merangkul pundak Arsen dan Derrys.
"Res, kalau kamu bilang kek gitu kedengarannya kok agak lain, ya?" tanya Arsen membebaskan diri dari rangkulan Faresta. "Iyah kan, Rys?"
"Huh, membosankan," ucap Derrys sambil tersenyum tipis nyaris tidak terlihat saat menatap raut wajah Faresta yang kebingungan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top