9
🌹🌹🌹
Seminggu berlalu sejak kejadian yang menghancurkan mood seorang Kevia. Semuanya berjalan normal meskipun Kevia jarang bertemu dengan Reno bahkan Natha pun tidak muncul untuk mengganggunya. Itu dikarenakan mereka sedang sibuk menyiapkan visi misi dan wawancara kepada beberapa guru yang terlibat dalam pemilihan Ketua OSIS.
Dan hari ini adalah pengumuman resmi kandidat calon Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS terpilih. Yang katanya akan diumumkan lewat IG sekolah dan di mading utama yang berada di lobi. Hampir seluruh rakyat SMA Garuda sedang memegang ponsel untuk menantikan pengumuman paling ditunggu itu. Kecuali Kevia, ia memang sedang memegang ponsel bukan menantikan pengumumam tetapi sedang menonton drama korea.
"What? Apa-apaan, nih?" Mira yang sedari tadi juga sibuk memegang ponsel tiba-tiba memekik. Hal itu juga bersamaan dengan suasana kelas yang berubah menjadi riuh.
Kevia menoleh dan menjeda filmnya karena mendengar pekikan Mira, "Kenapa, sih, lo?"
"Nih, lo lihat!" Mira menunjukkan ponselnya kepada Kevia.
"Calon Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS terpilih periode 2022 SMA Garuda. Satu, Reno Bagaskara dan Arjuna Wirawan. Dua, Arnatha Navarro dan Isabela Fahrani." Kevia membaca pengumumam yang baru di post oleh IG sekolah di ponsel Mira, "Oh, Kak Reno pasangannya Kak Juna. Keren banget, pasti menang."
Mira menepuk jidat ketika mendengar ucapan terakhir Kevia.
"Bukan itu intinya cubby. Tapi...."
Kevia menabok lengan Mira, "Enak aja lo ngatain gue cubby. Gue tirus ya."
"Tirus dari hongkong." gumam Mira pelan sambil mengusap lengannya yang terkena tabokan, "Oke, lupain. Intinya, tuh, ini, nih." Mira menunjuk foto Natha yang berdampingan dengan Isabela.
Kevia mengerutkan kening bingung. Iya benar itu foto Natha dan cewek cantik nan manis. Lalu apa yang salah?
"Kenapa Kak Natha bisa pasangan sama Isabela, sih. Lo tau dia, kan?" Kevia menggeleng, ia tidak tau menau tentang Isabela ataupun maksud dari Mira.
"Ck, Kevia lo udah berapa lama, sih, sekolah disini sampe nggak tau apa-apa gitu?"
Kevia merotasikan bola matanya tampak berfikir, "Sekitar dua bulan lebih, mungkin."
"Nah, itu seharusnya cukup untuk lo tau gosip-gosip terhangat di SMA Garuda."
Kevia menatap Mira malas, "Emang penting banget ya si Isa-Isa itu?"
"Isabela. Penting karena ini berhubungan sama Kak Natha."
Dia lagi yang dibahas. Udah bagus beberapa hari belakangan dia tidak muncul dihadapannya, tapi malah namanya yang selalu ia dengar.
"Isabela itu cewek paling cantik diangkatan Kak Natha dan dia juga terkenal pinter. Yang paling wow, dia itu lagi berusaha deketin Kak Natha. Semua orang tau itu. Bakal menang banyak dia kalo jadi pasangan Kak Natha." jelas Mira panjang kali lebar.
"Oh."
Mira melebarkan matanya, "Kevia kok lo cuma jawab 'oh', doang?"
"Terus gue mesti gimana? Kasih selamat buat Kak Natha yang udah berpasangan sama cewek paling cantik gitu?"
Mira memandang Kevia jengah, "Terserah lo lah." Mira kembali sibuk dengan ponselnya mengabaikan Kevia yang masih memandangnya bingung.
"Lah, kok jadi marah, sih? Mir, lo marah?" tanyanya yang tidak mendapat jawaban dari Mira, "Gue salah apa ya?" gumamnya bingung.
"Melodi."
Nah, ini dia peran utama yang sejak tadi jadi bahan omongan muncul di ambang pintu sambil bersedekap.
"Ikut gue."
Ogah "Kemana?"
"Nggak usah banyak tanya. Buruan, gue tunggu di depan." katanya sambil berlalu keluar.
Dasar tukang perintah.
Dengan sangat amat terpaksa Kevia bangkit dari kursi, "Mir, jangan marah, dong. Ntar gue jajanin bakso." kata Kevia sebelum menyusul Natha.
"Bener ya ntar jajanin gue bakso?" akhirnya Mira merespon.
"Giliran gratisan aja nyaut." dumel Kevia yang berjalan keluar kelas dimana Natha sedang menunggunya.
Kehadiran Natha di kelas Kevia menjadi pusat perhatian. Dan Kevia menjadi risih karena hal itu.
"Buruan, Kak Natha ada perlu apa?" tanya Kevia sambil melirik sekitar. Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian.
"Ikut gue." kata Natha yang berjalan lebih dulu.
Kevia menghela nafas pasrah dan berjalan mengikuti Natha. Entahlah ia mau diajak kemana. Lebih baik mengikutinya daripada jadi pusat perhatian. Begini saja mereka jadi pusat perhatian. Padahal Kevia berjalan agak jauh di belakang Natha. Ini adalah jam istirahat kedua jadi wajar jika koridor ramai.
Sudah berapa kali belokan ia lalui dan belum sampai juga. Sebenarnya ia mau dibawa kemana? Jangan-jangan Natha ingin macam-macam dengannya? Duh, Kevia mikir apa, sih, lo. Ia menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir pikiran anehnya.
Kevia berjengit kaget ketika ada yang mencekal lengannya tiba-tiba di persimpangan koridor.
"Kak Reno?"
"Kev, ikut aku bentar, yuk. Ada yang mau aku omongin." Ini pertama kalinya mereka berinteraksi setelah kejadian kencan waktu itu.
"Ok--"
"Nggak bisa. Dia ada urusan sama gue." sela Natha ikut mencekal lengan Kevia yang bebas dari Reno.
"Nath, gue tau lo cuma mau ngangguin dia doang, kan? Jadi please, biar dia ikut gue."
Natha tersenyum miring mendengar penuturan Reno.
"Gue tadi, kan, udah bilang. Gue ada urusan sama dia. Siapa yang mau ngangguin? Kayak gue kurang kerjaan aja."
"Kev, kamu mau ikut aku, kan?" tanya Reno kepada Kevia yang terlihat bingung.
"Oke. Lo mau ikut gue atau dia, terserah lo." Natha melepaskan cekalan tangannya.
Natha memandang Kevia tajam. Seakan perkataannya tadi bukan sebuah pilihan tapi isyarat ia harus mengikutinya.
"Kak Reno, maaf ya, aku ada urusan sama Kak Natha." katanya tidak enak kepada Reno, "Tapi, kapan-kapan kita bisa ngobrol. Aku janji. Jadi sekarang aku ikut Kak Natha dulu." Kevia tersenyum menenangkan Reno.
Natha tersenyum penuh kemenangan, "See? Gue duluan, bro." Natha berlalu pergi setelah menepuk pundak Reno dua kali.
"Bye, Kak." Kevia ikut berlalu mengikuti Natha.
Dan Reno hanya bisa memandang kepergian mereka dalam diam. Tiba-tiba ia merasakan gemuruh di dadanya. Ia cemburu dengan Natha.
****
"Tumben lo tlaktir gue di cafe. Biasanya juga warung nasi goreng. Lagi banyak duit lo?" tanya Mira yang baru selesai memesan es coffe float.
Tadi sore, tiba-tiba saja Kevia menelponnya dan mengajaknya ketemu di cafe.
"Ya nggak papa, kan, sekali-sekali. Sekalian cuci mata, siapa tau ada cowok ganteng." jawab Kevia yang baru menyedot es susu coklatnya.
"Genit lo. Kalo ketahuan Randy bisa abis gue."
"Tapi dia nggak tau, kan?"
Kevia sibuk memperhatikan sekitar. Suasana cafe yang modern dan desaign yang dibuat warna-warni, cocok menjadi tongkrongan anak muda. Ditambah musik yang diputar menambah kesan nyaman. Di malam minggu seperti ini cafe tambah lebih ramai, karena ada live musik.
"Oh iya. Lo belum cerita kemana Kak Natha bawa lo kemarin?" Kevia mengalihkan pandangan kearah Mira setelah mendengar pertanyaan Mira.
"Males gue cerita. Asal lo tau ya, Kak Natha, tuh, bener-bener nyebelin tau nggak. Masak gue cuma dijadiin kambing congek disana." Seketika mood kevia hancur mengingat kemarin.
"Kok bisa? Emang lo dibawa kemana?"
"Kantin. Dan disana juga ada si Isa-Isa yang lo ceritain itu. Dan lo tau, mereka malah asyik ngobrol berdua."
Mira malah tersenyum mendengar penuturan Kevia.
"Eh, gue nggak cemburu ya. Gue cuma kesel aja dicuekin." kata Kevia yang tau maksud dari senyuman Mira.
"Gue nggak bilang lo cemburu. Kok lo nyimpulin begitu? Atau jangan-jangan lo emang cemburu?" tanya Mira yang semakin tersenyum lebar.
"Tuh, bener, kan, maksud lo pasti kesitu. Senyuman lo yang berbicara."
Mira tertawa menanggapinya, "Kev, gue harus pergi, nih, Randy ngajakin gue jalan. Lo gue tinggal nggak papa, kan?" katanya tidak enak.
"Yah, kok, gitu, sih. Nggak asyik, lo."
"Makanya cari pacar, biar ada yang ngajakin jalan." Mira beranjak dari duduknya, "Dah, gue duluan. Hati-hati lo pulangnya."
"Hm. Lo juga hati-hati. Awas diterkam Randy."
Mira tertawa lebar, "Enak aja. Lo pikir Randy buaya? Udah ah, gue pergi, bye." Mira melambaikan tangan.
"Bye." balas Kevia, "Yah, sendirian, deh."
Mira berjalan keluar cafe. Sesampainya di teras cafe, Mira berhenti dan membuka ponselnya.
Nath, gue sama Kevia di cafe story. Buruan lo kesini. Gue mau ngedate sama Randy.
****
Natha sedang nongkrong bersama Bayu dan Pandu. Mereka sedang bermain biliard, kecuali Natha yang hanya duduk saja sambil bermain ponsel dan menikmati minuman bersodanya
"Nath, nggak main lo?" tanya Bayu sambil membidik salah satu bola biliard.
"Nggak." jawabnya singkat.
"Gue denger kemarin lo berantem sama Reno? Kenapa? Rebutan Melodi?" Pandu ikut bertanya sambil memegang stik biliard.
"Eh. Cuma gue yang boleh manggil dia Melodi. Lo berdua nggak boleh." Pandu sok mengangkat kedua tangan menyerah.
"Lagian siapa juga yang rebutan Melodi? Dia aja yang nyolot lihat gue jalan sama Melodi."
Bayu langsung menoleh kearah Natha, "Jalan? Nath, lo...."
"Gue cabut dulu." Perkataan Bayu terpotong karena Natha sudah berlalu pergi.
"Main pergi aja, tuh, anak." Bayu masih memandang kepergian Natha.
"Udah, biarin. Mending kita main lagi."
****
Kevia keluar dari cafe. Ia masih berdiri di teras cafe, bingung mau kemana. Ini masih pukul delapan malam. Jika pulang, dirumah tidak ada siapa-siapa.
"Jalan-jalan bentar kali, ya." gumamnya.
Kevia berjalan di sepanjang trotoar. Pikirannya melayang kepada kejadian di masa lalu. Saat pertama kali ia kenal dengan Natha hingga kejadian itu. Seharusnya sekarang ia tidak bertemu lagi dengan Natha, tapi justru malah sebaliknya. Natha seakan mendekat kepadanya.
Tinnnn
Kevia berjengit kaget.
"Lo kalo jalan bisa dipinggir, kan? Kalo lo kesrempet, gue juga yang disalahin." sembur pengendara motor ninja merah tanpa melepas helmnya.
Benar. Ia berjalan terlalu ketengah. Ia benar-benar tidak fokus tadi.
"Maaf." kata Kevia singkat dan melanjutkan jalannya.
"Woi, mau kemana lo?" tanya sang pengendara motor yang sudah melepas helmnya.
Kevia menoleh ke belakang, seketika matanya melebar setelah tau siapa pengendara motor tersebut.
****
Siapa ya dia?
Tunggu di part selanjutnya.
Terima kasih buat yang masih setia membaca cerita ini.
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top