4

Dirimu ibarat kumbang pengganggu yang membuatku takut, takut jika rasanya akan seperti dulu

~Kevia Melodi~


🌹🌹🌹

"Sekarang lo percaya, kan, sama omongan gue. Bukti udah terpampang jelas di depan lo."

Mira menunjukkan kalo apa yang ia bicarakan kemarin adalah benar. Sekarang mereka sedang berdiri di depan mading yang berisi pengumuman resmi calon Ketua Osis. Dan di sana terpampang jelas foto beserta tanda pengenal mereka. Reno Bagaskara dan Arnatha Navarro.

Kevia melongo melihatnya. Jadi ternyata benar, yang melawan Kak Reno adalah seorang Arnatha Navarro.

"Kev, coba lo lihat foto Kak Natha disitu, ganteng banget kan aura pemimpin gitu."

Kevia memutar bola matanya malas. Tampang songong begitu dibilang pemimpin.

"Mana ada. Tuh, lihat! Kak Reno mukanya lebih ramah, manis lagi. Cocok jadi Ketua Osis." Kevia menunjuk foto Reno yang terpampang.

"Justru itu, muka-muka ramah gitu tuh nggak meyakinkan. Mending Kak Natha tuh mukanya tegas, pasti nanti pada tertib semua kalo dia yang jadi Ketua Osis." Mira masih mencoba membela Natha.

Kevia memicing curiga menatap Mira "Mir, perasaan lo bela Kak Natha terus. Jangan-jangan...." Tiba-tiba Kevia membelalakkan mata kaget yang terlihat sekali ia buat-buat, "Lo naksir sama Kak Natha."

"Sembarang aja kalo ngomong. Ya nggak lah." sela Mira cepat, "Lagian gue udah punya pacar." Mira berkata sambil senyum-senyum mengingat kekasihnya, "Bisa diamuk Randy gue kalo selingkuh." tambah Mira sambil memasang muka cemberut.

"Lagi ngomongin apaan, nih, kok bawa-bawa nama gue?" Randy Arsakala, kekasih Mira sejak kelas dua SMP itu tiba-tiba muncul diantara mereka.

"Nah, panjang umur lo. Nih, cewek lo bela-bela cowok lain." adu Kevia.

"Ih, nggak ya." elak Mira

"Buktinya lo bilang Kak Natha ganteng."

Randy langsung memicingkan mata kearah Mira setelah mendengar pernyataan Kevia.

"Nggak gitu ya maksud gue. Ran, sini deh." Mira menarik tangan Randy mendekat ke mading, "Aku tuh lagi ngomongin ini. Menurut kamu Kak Natha cocok kan jadi Ketua Osis? Dia kan pernah jadi Ketua Osis waktu SMP."

"Hm, kalo menurut aku cocok-cocok aja, sih, sayang." Randy sependapat dengan kekasihnya.

"Tuh kan, apa kata gue."

"Mir, lo minta pendapat sama Randy, jelaslah dia bakal setuju. Dia aja bucin lo. Ah, bodo amat deh, yang penting gue pasti pilih Kak Reno."

"Lo nggak boleh pilih Reno."

Ais, suara nyebelin itu lagi. Natha yang datang entah dari mana tiba-tiba menyahut.

Kevia menatap penuh permusuhan "Kenapa emangnya? Kak Reno cocok, kok, berkompeten juga."

"Menurut lo, gue nggak cocok gitu? Bahkan lo tau banget kalo gue berhasil jadi Ketua Osis dulu."

Kevia terdiam. Itu memang benar. Faktanya memang seperti itu.

"Diem kan lo. Oke, karena gue baik hati, lo gue pilih jadi ketua tim sukses gue."

"WHAT?"

"Kevia suara lo." Mira mengusap-usap telinganya yang terasa pengang karena Kevia berteriak tepat di sampingnya.

"Sorry, kayaknya gue salah denger, deh, tadi lo ngomong apa, Kak?" Kevia tidak mempedulikan Mira yang protes.

"Lo.jadi.tim sukses.gue."

Seketika hening beberapa detik, setelahnya terdengar suara tawa keras dari Kevia. Lucu sekali kakak kelasnya ini, becanda sampai membuat perut Kevia sakit karena tertawa. Sedangkan Natha hanya memandangnya malas.

"Becanda lo lucu banget, sumpah. Aduh...perut gue sampe sakit." Kevia masih berusaha menghentikan tawanya. Mira dan Randy hanya memandang Kevia bingung. Apa yang lucu coba?

"Gue serius." Wajah serius Natha membuat tawa Kevia menghilang dan tergantikan muka datar.

"Dan lo harus mau. Jadi lo harus siap-siap buat kampanye gue nanti. Kalo lo nolak." Natha tiba-tiba mendekat kearah Kevia dan berbisik, "Gue bakal kasih tau Reno kalo lo mantan gue dan gue bakal kasih tau pas SMP lo...."
Mata Kevia tiba-tiba membelalak. GAWAT.

Natha menjauh dari Kevia " Jadi, gue tunggu lo pulang sekolah nanti. Bye adik manis." Natha mengusap pucuk kepala Kevia sebelum melangkah pergi meninggalkan Kevia yang masih terdiam.

"Kev, Kak Natha tadi bisikin apaan, sih?" tanya Mira penasaran.

"KAK NATHA GUE BELUM BILANG SETUJU YA DAN GUE NGGAK MAU." triak Kevia marah setelah sadar dari keterkejutannya.

"Kevia, astaga kuping gue."

"Sayang, temen kamu makan apaan, sih, suaranya bisa begitu?" tanya Randy yang telinganya juga terkena imbas.

"Makan lo." jawab Kevia kesal, "Ih...nyebelin banget, sih, tuh orang. Bener-demer demitttt." tambahnya sambil berlalu pergi dari sana.

"Eh, Kevia, mau kemana lo, tungguin gue. Sayang aku nyusul dia dulu ya, takut ngamukin orang ntar."

Randy terkekeh kecil, lucu sekali adegan tadi, "Ya udah sana. Nanti pulang bareng."

"Oke. Bye." Mira berlali menyusul sahabatnya yang entah akan kemana itu, "Kepia tungguin gue."

****

"Udahan kali meratapi nasibnya. Bel pulang udah bunyi sepuluh menit yang lalu tau."

Mira berbicara kepada Kevia yang masih menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Huaaaa...Mira sembunyiin gue dimana pun, biar nggak ketemu Kak Natha." Kevia tiba-tiba menegakkan kepala dan berbicara nglantur.

"Udah ya, udah dulu meratapnya. Hari ini kita ada kerja kelompok dan kelompok kita ngajak ngerjain di cafe Bintang." Mira mulai memberesi buku Kevia yang masih berserakan di meja.

Kevia mengerutkan dahi, "Emang ada tugas kelompok?"

"Astaga ni anak, makanya jangan mikirin Kak Natha mulu." Mira mendapat toyoran dari Kevia setelah bicara seperti itu, "Tugasnya Bu Risti hari selasa kemaren. Udah, ah, ayo. Orangnya udah nunggu di parkiran."

"Siapa?"

"Orang yang satu kelompok sama kita."

Mira memakai tasnya di punggung dan menarik Kevia berdiri mengikutinya dan bergegas menuju parkiran.

Sampai di parkiran, ternyata sudah ada Randy yang sudah nangkring di motornya dan orang disampingnya yang juga duduk diatas motor yang sibuk memainkan ponsel dalam mode lanscape.

"Randy." panggil Mira.

"Hai, kok lama, sih?"

"Tuh, sedang sibuk meratapi nasib." Mira menunjuk Kevia yang tak semangat itu menggunakan dagunya.

"Mir, ayo, ah. Gue pengen cepet-cepet pulang, nih."

"Iya. Bara, woi. Buruan." panggil Mira kepada orang di samping Randy yang memainkan ponselnya itu.

"Hm." jawabnya singkat sambil memasukkan ponsel kedalam saku celananya.

Kevia mendekat ke arah Mira dan berbisik, "Mir, kok ada Bara?"

"Dia satu kelompok sama kita." jawab Mira ikut berbisik juga.

"What?" Kali ini Kevia bisa mengontrol suaranya, "Astaga, Mira, emang nggak ada yang lain ya untuk satu kelompok sama kita?" pasalnya Bara habis diskor karena mematahkan kaki murid sekolah sebelah yang katanya saat tawuran. Kevia kan jadi takut.

"Masalahnya cuma dia yang belum dapat kelompok. Lo tau kan, jumlah murid di kelas kita itu ganjil."

"Kalian berdua ngomongin apaan, sih?" tanya Randy yang sudah mengenakan helm, "Ayo buruan! Kev, lo bonceng Bara, ya. Mir, ayo naik" perintah Bara yang langsung dituruti oleh Mira.

"Ha? Em, gue naik ojek aja, deh, Ran." Kevia melirik Bara yang baru saja mengenakan helm.

"Kelamaan, Kev. Katanya pengen cepet selesai terus pulang. Bar, nggak papa kan lo boncengin Kevia?"

"Nggak papa." jawabnya singkat sambil melihat Kevia yang masih diam ditempat.

"Woi, Kepia, malah bengong, buruan "
"Ck, iya-iya, Mir." jawab Kevia yang mulai berjalan menuju motor Bara.

"Melodi."

Baru saja Kevia mau naik ke boncengan Bara, sebuah suara menyebalkan itu terdengar, lagi. Sepertinya yang dijalani Kevia hari ini berat sekali.

"Bisa nggak Kak Natha panggil Kevia aja jangan Melodi?"

"Kenapa emangnya? Bagus Melodi dan gue suka manggil lo begitu." Natha berkata dengan memasang muka tengilnya, "Eh, mau kemana lo? Tadi, kan, gue bilang bakal gue tunggu nanti pulang sekolah. Lo malah mau pergi sama cowok." katanya sambil melirik Bara yang menatapnya.

"Kak, please hari ini aja, lo jangan ganggu gue dulu, ya. Gue mau keja kelompok, Kak." mohon Kevia, "Lagian juga gue belum bilang setuju." tambahnya.

Natha tampak berfikir sejenak

"Oke. Lo boleh kerja kelompok dulu." Kevia berubah jadi ceria, "Tapi, gue ikut sama lo. Dan lo bonceng gue."

Seandainya mencekik orang tidak dosa, mungkin udah Kevia lakukan sekarang. Sabar.

"Kak, gue kan mau kerja kelompok dan Kak Natha bukan kelompok kita, jadi nggak ada hubungannya Kak Natha ikut."

"Nggak masalah, kan? Gue bisa ngawasin lo, siapa tau lo bohong, nggak kerja kelompok." Keras kepala adalah sifatnya.

Kevia menghela nafas kasar, "Terserah Kak Natha, deh, mau ikut apa nggak, yang jelas jangan ganggu kita kerja kelompok, terutama gue. Dan gue pergi bareng Bara." Kevia mulai naik keboncengan Bara dan mengenakan helm, "Ayo, Bar, buruan jalan!" perintah Kevia sambil menepuk pundak Bara. Bara pun langsung melajukan motornya yang diikuti motor Randy.

"Sialan gue ditinggal." kata Natha kesal, "lihat aja lo ntar." Natha tersenyum miring dan berbalik pergi menuju dimana motornya parkir.

Sekarang Kevia berbeda dari yang dulu. Jika dulu ia selalu nurut dan terlihat manis. Namun, sekarang terlihat galak di mata Natha. Justru hal itu yang membuat Natha tertantang dan penasaran kepada Kevia.

Tidak lama mereka sampai di cafe Bintang. Karena memang cafe itu dekat dengan sekolah. Mereka sudah duduk di meja pojok dan Natha tidak jadi ikut.

Cafe berdesaign modern dan seperti memang di desaign khusus untuk para remaja ini sangat nyaman dengan tempat duduk berupa sofa dan ada bantal-bantal kecil disana.

"Oke, gue bakal nyari bahan dari internet dan lo tolong tandain hal yang penting di buku ini. Lo juga, Bar." Mira mulai membuka laptop dan membagi tugas serta menyerahkan buku paket kepada Kevia dan Bara.

"Mir, pesen minum dulu kali. Haus, nih, gue habis berantem sama Kak Natha."

"Yaudah kita pesen dulu. Gue orange jus aja." Mira mulai menulis menu di kertas yang sudah di serahkan waiters tadi saat mereka baru datang, "Kalian pesan apa?"

"Aku samain aja, sayang." jawab Randy.

"Ran, bisa nggak jangan bunci dulu buat sekarang, sayang-sayang pret." protes Kevia.

"Iri bilang, bos."

Kevia memutar bola matanya malas, "Gue pesen es susu coklat."

"Lo, Bar?" tanya Mira kepada Bara yang sudah sibuk dengan bukunya.

"Air mineral." jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan.

"Mir, kok gue ngrasa dingin banget ya. Sampe merinding." Kevia mengusap-usap lengannya sambil menatap Bara, "Dia emang sedingin itu ya?"

****





Semoga masih ada yang baca cerita ini. Jangan lupa dukungannya, biat makin semangat nulisnya.

Salam dunia halu-halu

By V


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top