20
🌹🌹🌹
Kevia baru saja sampai di gerbang sekolah. Bohong jika ia di jemput oleh Andra, pasalnya Ia masih menimang apakah ia benar-benar akan meminta jemput Andra atau tidak.
Sesaat kemudian sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Dahinya mengkerut karena ia tak tahu mobil ini milik siapa. Saat sang pengemudi turun, Kevia menghembuskan nafas lelah. Oke, Kevia harus bersikap biasa saja. Ia mulai memasang senyum termanisnya.
"Ada apa ya, Kak?" tanyanya ketika Natha sudah sampai di hadapannya.
"Pulang bareng aku sekarang!" ucap Natha dengan nada lembut.
"Maaf, Kak. Aku udah ada yang jemput." balas Kevia yang berusaha bersikap biasa saja.
"Aku tau kamu bohong. Buktinya orangnya nggak ada disini."
"Siapa juga yang bohong, orang lagi jalan kesini. Kalo nggak percaya, nih, gue telpon." Muncul sudah kekesalannya terhadap manusia di depannya ini.
Sedetik setelah Kevia berucap seperti itu, ponsel di tangannya sudah berpindah di tangan Natha.
"Ih, apaan, sih. Balikin!" Kevia mencoba mengambil ponselnya kembali namun Natha menyembunyikannya di belakang tubuhnya.
Kevia menghela nafas kasar, "Balikin, Kak." mintanya dengan rasa sabar yang mulai menipis.
"Nggak." ucap Natha sambil memasukkan ponsel Kevia ke dalam saku celananya.
Kevia menahan kesal sehingga wajahnya cemberut lucu.
"Nyebelin banget, sih, jadi manusia. Ya udah, ambil sana HP nya." ucapnya dengan nada kesal tak terkira.
Setelah itu Kevia berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya meninggalkan Natha. Tentu saja Natha tidak tinggal diam. Ia mengikuti Kevia dan berjalan di belakangnya.
Tiba-tiba Kevia berhenti dan berbalik, "Stop ngikutin gue."
"Nggak." Rasa kesal semakin menjadi saat mendengar jawaban santai Natha.
Kevia lanjut berjalan. Ia akan menuju halte untuk menunggu angkot atau bus saja. Karena jika meminta jemput Andra sudah tidak mungkin karena ponselnya berada di tangan Natha.
Ketika sudah sampai di halte, Kevia berhenti dan berbalik. Menatap Natha dengan tajam sebelum berucap, "Mau lo apa, sih, Nath?"
"Gue mau lo pulang bareng gue." ucap Natha santai padahal Kevia sudah kesal setengah mati.
Kevia menghembuskan nafas kasar, "Terserah." ucapnya yang sudah tidak mempedulikan Natha lagi.
Kevia duduk di halte yang diikuti oleh Natha. Hari sudah sore dan halte sekolah sudah sepi, hanya ada mereka berdua disana.
"Ck, cowok apaan, tuh, bikin cewek nunggu lama." ucap Natha tiba-tiba setelah hening beberapa saat. Kevia hanya meliriknya saja.
"Kayaknya dia nggak bakal jemput, deh. Pulang bareng aku aja." Natha masih berusaha membujuk.
Kevia diam saja. Ia masih setia duduk dan menatap jalanan, berharap angkot akan segera lewat.
"Nggak pegel apa nunggu? Udah sore, lho."
Kevia memutar bola matanya malas, "Berisik banget, sih. Lagian lo ngapain ikut disini? Pulang sana sama Isabel." ucap Kevia dengan nada ketus.
Natha mengulum senyum mendengar respon Kevia, "Cemburu, ya?" tanyanya jahil.
Kevia menoleh cepat kearah Natha yang memandangnya jahil. Kevia membalasnya dengan tatapan tajam.
"Nggak." ucapnya tegas.
"Masak?" tanya Natha.
Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kevia yang membuat Kevia reflek menjauh dan mengalihkan pandangan.
"Ngapain juga cemburu. Kayak kurang kerjaan." gerutu Kevia.
"Oh... Gitu. Oke, deh, gue pulang aja, bareng Isabel." ucap Natha penuh tekanan di akhir kalimat, "Yakin, nih, nggak mau bareng aku?" Kevia diam menatap lurus ke jalan, "Udah sore, lho. Kalo lo nggak di jemput, angkot juga udah nggak ada yang lewat."
Kevia berdecak, "Bawel, deh. Kalo mau pulang, yaudah sana! Gue bisa bareng Mira"
"Mira udah pulang. Masak lo nggak sadar mobilnya baru aja lewat." Tentu saja itu kerjaan Natha jika Mira tidak menunggu Kevia pulang, "Kalo gitu, gue pulang dulu, ya. Hati-hati, di deket-deket sini suka ada preman.
Natha mulai beranjak berdiri namun belum melangkah sedikit pun. Berharap Kevia berubah pikiran dan ikut pulang dengannya. Lama Natha hanya berdiri dan tidak kunjung pergi membuat Kevia jengah. Sepertinya ini tidak akan berakhir cepat jika ia tidak ikut dengan Natha.
Kevia bangkit berdiri dan berucap, "Mobil lo parkir dimana?"
Natha melebarkan senyumnya. Akhirnya dia menang, "Kamu tunggu disini, bentar aku ambil mobil dulu."
Kevia bersedekap, "Cepetan. Satu menit nggak muncul, gue nggak jadi pulang bar--"
Belum selesai Kevia berucap Natha sudah berlari secepat kilat menuju mobilnya yang masih berada di depan gerbang.
Kevia mengulum senyum melihat tingkah Natha yang tumben sekali menurut dengan perintahnya. Seru juga bisa mengancam Natha seperti itu. Mungkin lain kali ia bisa melakukannya lagi.
Tidak sampai satu menit, mobil BMW Sport warna hitam berhenti di depan Kevia. Natha turun dan membukakan pintu untuk Kevia. Baru kali ini Kevia melihat Natha membawa mobil ke sekolah.
"Silahkan, tuan putri."
"Apaan, sih. Lebay." ucap Kevia sambil menyembunyikan pipinya yang memerah.
Setelah memastikan Kevia duduk dengan nyaman, Natha menutup pintu. Dengan segera ia pun ikut naik ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Keheningan menghiasi perjalanan Kevia dan Natha. Kevia menatap keluar jendela, sedangkan Natha berkali-kali melirik kearah Kevia. Ia sedang memikirkan cara untuk menjelaskan tentang kejadian tadi siang.
Natha berdehem sebelum berucap, "Aku udah lihat pamflet bikinan kamu. Bagus, aku suka."
"Oh." jawab Kevia singkat tanpa menoleh.
Keadaan kembali hening. Natha harus memutar otak untuk berbicara dengan Kevia. Ia takut salah dan membuat Melodinya lebih marah.
"Sorry."
Kevia menoleh dengan kening mengerinyit. Ia tak paham dengan kata yang diucapkan Natha.
"Aku minta maaf soal tadi siang, kalo itu yang bikin kamu marah dan ngindarin aku."
Kevia mengalihkan pandangan ke depan.
"Aku sama Isabel nggak ada apa-apa. Tadi itu dia nggak sengaja kesandung. Kebetulan ada di deket aku, jadi aku reflek nolongin dia." Natha mencoba menjelaskan dengan perlahan, "Kamu... percaya, kan?"
Kevia tidak mengalihkan pandangan sedikit pun. Ia masih tetap diam dan menatap jalanan di depan sana. Jika dipikir lagi, kenapa juga ia harus merasa kesal dan marah? Itu hak Natha untuk dekat dengan siapapun.
"Aku juga nggak tahu kenapa harus jelasin ini ke kamu, padahal kita bukan apa-apa." lanjut Natha karena tidak mendapat respon dari Kevia, "Tapi, entah kenapa hati aku nyuruh aku buat jelasin ke kamu. Rasanya... nggak nyaman waktu kamu marah dan jauhin aku."
Kevia mendengarkan dengan seksama. Ia merasa sifatnya tadi terlalu kekanak-kanakan.
"Aku talut, kalo aku nggak jelasin ke kamu, bakalan sama kayak dulu." Natha menoleh kearah Kevia yang ternyata juga sedang menatapnya, "Kehilangan kamu."
Untung saja lampu trafic menyala merah. Jadi ia bisa menatap Melodinya lebih lama.
"Pasti kedengeran lucu. Bukan milik aku tapi aku takut kehilangan." lanjut Natha dengan tertawa.
Tawa yang terdengar terpaksa di telinga Kevia yang membuat hatinya berdenyut tidak nyaman.
Natha mengalihkan pandangan ke depan karena sebentar lagi lampu trafic akan berubah hijau. Ia sudah bersiap menjalankan mobilnya lagi ketika Kevia berbicara...
"Kamu nggak laper apa ngomong mulu dari tadi. Aku laper. Tlaktir aku makan bakso sama es susu coklat." ucap Kevia dengan nada ketus namun dengan suara yang lembut.
Ia mengalihkan pandangan ke kaca jendela mobil saat Natha menoleh kearahnya dengan mengulum senyum.
"Siap tuan putri. Kita meluncur." ucap Natha dengan semangat.
Kevia menoleh dan tertawa, "Apaan, sih. Garing tau nggak." Natha pun ikut tertawa.
Selama perjalanan menuju warung bakso, Natha menyetir dengan senyum yang selalu menghiasi. Rencananya berhasil. Ternyata tidak sia-sia ia meminta bantuan Mira meskipun tadi hampir saja gagal.
Kevia tidak tau saja jika ajakan Mira ke cafe hingga ponsel Mira yang tertinggal di sekolah adalah rencana Natha. Ia tidak tahan jika Melodinya marah kepadanya lama-lama.
Ia tidak ingin kejadian dulu terulang kembali, yaitu kehilangan Melodinya. Mungkin dulu ia terlalu egois dan gengsi namun sekarang ia akan melalukan apapun supaya Melodinya tetap bersamanya.
Maaf, Mel.
Sebenarnya Natha merasa sedikit bersalah kepada Kevia, tetapi ia tak punya cara lain supaya Kevia bisa berada didekatnya.
"Mel, kamu masih ingat bakso langganan kita dulu?" tanya Natha setelah hening beberapa saat.
Kevia sedikit mengingat-ingat, "Masih, kenapa? Kita mau kesana?" tanyanya dengan nada semangat.
Natha mengangguk, "Hm. Dan kamu harus tau kalo rasanya masih seenak dulu, aku sering kesana."
"Oh, ya? Jadi nggak sabar pengen makan bakso itu lagi."
Natha tertawa melihat Kevia yang semangat sekali. Lucu. Persis seperti anak kecil yang dijanjikan permen gulali.
Setelah beberapa saat mereka sampai di warung bakso. Kevia turun lebih dulu dan Natha harus memarkirkan mobilnya. Saat sudah turun Kevia melihat sosok yang sangat dikenalinya berada di depan minimarket disamping warung bakso tersebut. Tanpa menunggu Natha ia menghampiri sosok tersebut.
"Kak Reno?" Reno menoleh dan terkejut melihat Kevia didepannya.
"Kak Reno ngapain disini? Tadi aku lihat Kakak sama cewek, deh." tanya Kevia sambil melirik ke dalam minimarket. Pasalnya ia tadi melihat cewek yang berbicara dengan Reno masuk ke dalam.
"Emm... aku nganter adik sepupu aku. Dia lagi belanja." jawab Reno sambil menoleh kedalam minimarket memastikan apakah Tasya sudah selesai belanja atau belum. Ya. Cewek yang bersama Reno bernama Tasya arumi.
"Oh."
Kevia sedang berfikir sesuatu. Sepertinya ia pernah melihat cewek tersebut tapi ia lupa dimana.
"Kamu ngapain disini? Sama siapa?" tanya Reno.
"Ak--"
"Sama gue." sela Natha, ia sudah berdiri disamping Kevia, "Kamu aku cariin malah disini. Baksonya udah siap." ucapnya sambil menatap Kevia.
Kevia cengengesan, "Sorry, aku lihat Kak Reno jadi aku samperin."
"Aku, kamu?" tanya Reno heran, "Sejak kapan kalian jadi akur?"
"Sejak lama. Lo aja yang nggak sadar." jawab Natha, "Bakso kamu keburu dingin, ayo. Kamu nggak suka, kan, bakso dingin?"
"Iya. Kak, aku duluan, ya."
Setelah mendapat anggukan dari Reno, Kevia berlari kecil ke warung bakso.
"See, lo pasti tahu siapa pemenangnya?" ucap Natha sedikit mengejek, "Gue saranin mending lo mundur dari sekarang."
Natha melirik seseorang dibelakang Reno yang baru saja keluar dari mini market sebelum beranjak pergi menyusul Kevia.
****
Natha, tuh, licik. Tapi sweet.
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top