2

Hadirmu yang tak terduga membuat hatiku terpana, sejenak.
~Kevia Melodi~
~Love You Back~


🌹🌹🌹


Bertemu Arnatha Navarro tidak ada dalam rencana hidup seorang Kevia Melodi. Entah di masa lalu atau di masa sekarang. Karena jika ia tidak bertemu seorang Natha dulu pasti sekarang juga ia tidak akan mengenalnya. Sayangnya takdir berkata lain.

Tidak ada yang salah dari seorang Arnatha sebernarnya. Wajahnya sudah jelas pacarable sekali, dengan garis rahang tegas, mata tajam yang teduh, hidung mancung dan bibir tipisnya yang mungil membuat para kaum hawa akan menoleh dua kali jika berpapasan. Kevia akui Natha memang tampan. Tapi Kevia benci jika Natha sudah mode tengil dan memasang senyum miring yang menyebalkan.

Seperti saat ini, mereka sedang berada di koridor yang lumayan sepi dan berdiri berhadapan.

Kevia baru keluar dari toilet, namun terlahang sesosok makhluk menyebalkan ini.

"Kak Natha kok bisa ada disini?"

"Lo lupa, kita kan sekolah ditempat yang sama. Jelas gue disini."

Kevia memutar bola matanya malas, "Maksud gue, kok bisa ada di depan toilet cewek, lo ngikutin gue ya, Kak?"

"Dih, pede. Gue cuma lewat doang. Noh, mau ke taman belakang." Natha menunjuk kearah belakang Kevia.

"Yaudah sana."

"Yaudah, ini juga mau kesana. Awas-awas ngalangin jalan aja lo." Natha mengibaskan tangan dan mulai melangkah pergi.

"Dih, kenapa jadi gue yang ngalangin, dia aja yang salah jalur." Gumam Kevia kesal sambil berjalan kembali ke kantin, karena Mira menunggunya disana.

Ini adalah jam istirahat kedua. Tadi Mira mengajaknya makan bakso di kantin yang katanya enak itu.

"Lama banget, sih, lo." Cerca Mira kepada Kevia yang baru saja duduk di depannya.

"Ada kumbang lewat tadi." Mira memandang sahabatnya aneh, kumbang?

"Thanks lo udah pesenin gue sekalian." Kevia tersenyum kepada Mira.

"Lo lama, sih. Gue keburu laper. Tapi lo bayar sendiri itu makanan."

"Iya, pelit banget, sih."

"Hai, boleh gabung?" Kevia baru saja ingin menyuapkan makanan ke mulutnya saat suara merdu itu menyapa telinganya, Kak Reno, "Soalnya meja lain penuh."

Kevia meletakkan kembali sendoknya, "Boleh banget, Kak."

"Thanks."

Baru saja Reno ingin duduk di sebelah Kevia, seseorang menyerobot duluan.

"Haus banget gue." Kata seseorang itu sambil menyambar es lemon tea milik Kevia.

"Kak Natha, itu punya gue." Triak Kevia kesal, "Nggak sopan banget, sih, lo, Kak."

"Yaelah, minta dikit doang. Pelit amat." Yang dibilang sedikit adalah Natha menghabiskan es lemon tea Kevia hingga tersisa es batunya saja.

"Ya tapi itu punya gue, Kak."

"Ntar gue beliin, sewarungnya kalau perlu."

"Lo, tuh, nyebelin bang--"

"Udah-udah. Biar aku beliin lagi ya esnya." Reno menghentikan perdebatan Kevia dan Natha, karena mereka mulai menjadi pusat pethatian, "Tunggu, biar aku beliin lagi minuman kamu."

"Makasih, Kak Reno." Jawab Kevia sambil tersenyum ramah.

"Ren, pesenin gue sekalian mie ayam sama es teh satu. Thanks." Natha berkata saat Reno mulai beranjak pergi.

"Lo kan punya kaki sama tangan, Kak. Kenapa nggak pesen sendiri, sih? Nggak sopan nyuruh-nyuruh.

"Kok lo yang sewot, sahabat gue aja santai."

"Tapi itu namanya ngrepotin."

"Kalau gitu, lo bantuin aja sana bawain pesenan gue."

"Ogah, lo pikir gue babu."

"Stop! Duh, lo berdua bisa nggak, sih, nggak usah berantem disini." Mira yang mendengarkan pertengkaran dua orang itu menjadi pusing sendiri.

"Dia yang mulai duluan." Kevia menunjuk Natha yang duduk disebelahnya.

"Lo aja yang sensi sama gue."

"Udah-udah. Pusing gue dengerin lo berdua." Mira mulai jengah dengan pertengkaran nggak jelas itu.

Pertengkaran mereka berhenti tepat saat Reno datang dengan nampan penuh makanan dan minuman yang dibawakan dua orang temannya.

"Weh, Nat, kok lo udah disini aja. Lo bilang tadi mau ke toilet dulu." Tanya cowok berambut agak ikal bernama Bayu Ardana.

"Iye, kok cepet amat nyampe sininya. Bohong lo, ya?" Tambah cowok berlesung pipi yang bernama Pandu wijaya.

Mereka berdua sahabat Natha dan Reno juga. Mereka berada di kelas yang sama.

"Berisik lo berdua." jawab Natha singkat.

"Eh, siapa, nih, yang cantik-cantik?" tanya Bayu saat menyadari ada cewek di antara mereka.

"Oh iya, kenalin ini Bayu namanya, dan yang itu Pandu." Reno mengenalkan dua temannya kepada Kevia.

"Misi-misi, gue mau kenalan sendiri." Bayu menyerobot maju duluan sambil mengulurkan tangan kearah Kevia, "Kenalin, nama gue Bayu Ardana. Cowok ganteng nomor dua setelah Natha."

"Najis, lo." hadiah toyoran dari Pandu untuk Bayu, membuat Bayu mengaduh, "Jangan percaya dia. Gue Pandu." Katanya sambil menjabat tangan Kevia. Belum ada lima detik, Pandu sudah merasakan geplakan di tangannya.

"Nggak usah lama-lama, ntar dia gatel-gatel."

"Yaelah, Nat, lo pikir gue ulet bulu."

"Udah, sesi perkenalan sampai disini mending sekarang kita makan aja, bentar lagi bel masuk." Kata Reno yang sudah duduk di depan Kevia.

"Bentar dulu kenapa, Ren. Yang satunya belum kenalan." Bayu yang mau mengulurkan tangan merakan tarikan di kerah baju belakangnya.

"Namanya Mira. Kalau lo kenalan sendiri ntar modus lagi, lo."

"Lo kenapa, sih, Nat? Sewot mulu perasaan."

Jelas ia sewot, ia melihat adegan senyum-senyuman antara Reno dan Kevia. Dasar susu coklat, giliran kepadanya nggak ada manis-manisnya. Eh, kenapa dia kesal, ya?

****

"Oke, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Sebagai penutupnya, kalian bentuk kelompok yang berisi empat orang, bebas ya. Untuk tugasnya nanti Ibu kirim linknya di grup. Sampai jumpa dan selamat siang."

Bu Risti berjalan keluar kelas tepat bel pulang berbunyi. Dan kelas yang tadi hening berubah ramai oleh siswa yang ingin cepat-cepat pulang.

"Lo dijemput nyokap?" Tanya Mira sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Nggak, gue pulang bareng Kak Reno." Jawab Kevia sambil menyampirkan tas ke punggung.

"Cye... Pulang bareng. Seneng, tuh."

"Pa'an, sih. Udah, ah, Kak Reno udah nunggu di parkiran. Bye." Kevia kabur duluan sebelum mendapat ledekan dari Mira karena pipinya sudah pasti merah seperti tomat.

"Hati-hati lo, ntar meleleh." triak Mira karena Kevia sudah berlari keluar.

"Mira jangan ledekin gue." Kevia muncul lagi di pintu untuk memperingatkan sahabatnya itu.

Di parkiran Reno sudah menunggunya, ia bersandar di motor sambil memainkan ponselnya.

"Kak Reno." Panggil Kevia yang sudah berada di dekat Reno.

"Hai, yuk, langsung pulang aja." Reno menyodorkan helm kepada Kevia.

"Ren." Suara itu menghentikan Kevia yang baru saja ingin menerima helm dari Reno.

"Kenapa, Nat?"

Natha berjalan kearah Reno, " Lo dipanggil sama Pak Haris, katanya, sih mau bahas apa gitu gue lupa."

"Ck, sekarang banget emang?"

"Banget, mukanya Pak Haris udah nggak enak banget dilihatnya. Cepetan, deh, lo kesana."

"Yaelah, kenapa harus sekarang, sih." Gumam Reno kesal, lalu pandangannya jatuh ke arah Kevia, "hmm, sorry, Kev, kayaknya aku nggak bisa nganter kamu pulang."

"Nggak apa-apa, kok, Kak. Aku pulang sendiri aja." Jawab Kevia sambil tersenyum, beda sekali dengan hatinya yang kesal.

"Eh, jangan. Ini udah sore, kendaraan umun juga pasti udah nggak ada. Gini aja...." Reno mengalihkan pandangan ke arah Natha, " Nat, tolong lo anterin Kevia, ya! Bisa kan lo?"

"Eh, nggak usah, Kak." Sela Kevia cepat. Yang benar saja ia pulang dengan si menyebalkan ini.

"Udah, nggak apa-apa. Bisa kan lo, Nat?"

"Hmm, gimana ya? Gue ada janji, sih, sama anak-anak, tapi ya udah deh, biar gue aja yang nganterin. Kasihan kalau pulang sendiri."

"Nah, tuh, Nata mau, kok. Kamu pulang bareng Natha ya, dia baik, kok. Yaudah, aku nemuin Pak Haris dulu. Nat, nitip Kevia ya. Jagain!"

"Santai, lo nggak usah khawatir."

"Oke, gue duluan." Reno berlalu pergi setelah menepuk dua kali bahu Natha.
"Eh, mau kemana?" Natha mencekal lengan Kevia, ketika Kevia ingin beranjak pergi.

"Pulang, lah."

"Lo pulang bareng gue."

"Nggak mau."

"Lo dengerkan Reno bilang apa. Lo itu dititipin ke gue, jadi lo harus pulang bareng gue."

"Ck, nyebelin banget, sih. Ini pasti rencana lo kan, Kak?"

"Kurang kerjaan amat. Lo denger sendirikan, Pak Haris mau bahas sesuatu sama Reno, ya kali gue yang ngrencanain. Udah, ayo buruan pulang. Nggak usah bawel."

Dengan sangat amat terpaksa Kevia naik ke boncengan Natha setelah memasang helm dengan benar.

"Pegangan, ntar jatuh."

"Ogah."

"Yaudah, jangan salahin gue kalau lo jatuh."

Natha mulai menjalanlan motornya keluar gerbang sekolah. Lewat kaca spion ia bisa melihat muka cemberut Kevia yang terlihat lucu, terlihat sekali kalau tidak suka pulang dengannya. Natha justru malah menikmati muka cemberut Kevia.

"Rumah lo masih yang dulu, kan?"

"Hmm." Jawab Kevia malas. Rencananya gagal total. Padahal ia sudah membayangkan berboncengan dengan Kak Reno, pasti romantis. Ia malah terjebak sama si menyebalkan ini. Ini juga kenapa perasaan motornya pelan sekali.

"Kak, bisa cepetan dikit nggak? Pelan banget bawa mot-- Aaarrhh!" Reflek Kevia melingkarkan lengannya ke pinggang Natha, "Pelan-pelan, dong. Ntar kalau gue jatuh gimana?" triak Kevia kesal karena kaget tiba-tiba Natha menarik gas kencang.

Natha tertawa terbahak, "Tadi disuruh cepet, sekarang suruh pelan. Gimana, sih."

"Ya bilang-bilang dulu, dong, biar gue siap-siap."

"Yaudah, kalau gitu lo pegangan yang kenceng, gue mau ngebut." Natha semakin mengencangkan gas motornya.

"KAK NATHAAAA."

****

Tok

Tok

Tok

"Masuk"

"Permisi, Pak."

"Oh, Reno. Ada perlu apa?"

"Loh, katanya tadi Bapak manggil saya karena mau bahas sesuatu."

Pak Haris mengerutkan kening. Kapan ia memanggil siswa ini? Kenapa ia tidak ingat?

"Saya tidak memanggil kamu dan saya juga tidak ada yang ingin dibahas sama kamu."

Sekarang giliran Reno yang bingung. Bukannya tadi Natha bilang, ia dipanggil Pak Haris? Apa Natha salah info atau Natha mengerjainya? Masa iya? Untuk apa?

"Mungkin saya yang salah info, Pak. Kalau gitu saya permisi, Pak."

"Silahkan. Oh, Reno. Bapak lupa, ini Formulir pendaftaran Ketua OSIS, tadi Natha juga sudah mengambilnya. Kamu jadi, kan, mencalonkan diri? Bapak harap kamu ikut, kamu kandidat yang cocok untuk menjadi Ketua OSIS."

"Terima kasih, Pak. Saya pasti ikut, Pak."

"Kalau gitu kamu melawan Natha. Karena yang mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS hanya kamu dan Natha."

"Baik, Pak. Kalau gitu, saya permisi dulu."

"Silahkan, Reno."

****

"Udah nyampe"

Kevia turun dari motor Natha, ketika sudah berhenti di depan gerbang rumah Kevia.

"Makasih, Kak." ucap Kevia setelah melepas dan menyerahkannya kepada Natha.

"Sama-sama. Rumah lo nggak berubah, masih sama kayak dulu. Udah berapa lama, ya, gue nggak kesini? Jadi kangen."

****



Semoga masih ada yang mau baca cerita ini.

Salam dunia halu halu

By V

Find me on IG @vivisusan93

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top