18

🌹🌹🌹

Setelah kejadian pasar malam kemarin lusa, hubungan Kevia dan Natha membaik. Mereka sudah tidak pernah adu mulut atau saling melemparkan tatapan tajam. Jika berpapasan di sekolah mereka justru saling melempar senyuman manis hingga membuat Kevia tersipu sendiri.

Saat ini Kevia sedang sibuk menyiapkan kampanye besar-besaran sebelum akhirnya pemilihan Ketua OSIS dilakukan tiga hari lagi.

"Woi, sibuk amat." Mira yang baru datang dari kantin mengagetkan Kevia.

Kevia yang kaget pun menoleh sekilas kearah Mira, "Mira, ih. Dateng-dateng berisik, deh." tegur Kevia yang sudah melanjutkan kegiatan yang ia lakukan sejak tadi.

Jadi mereka sedang di kelas. Saat ini jam istirahat kedua sedang berlangsung. Kevia sedang sibuk dengan laptopnya untuk mendesain pamflet yang akan ia sebarkan saat kampanye yang akan diadakan besok.
"Lagian lo fokus banget lihatin foto mantan. Awas, ntar falling love lagi sama mas mantan." ledek Mira sambil cekikikan.

"Enak aja, nggak lah. Gimana gue nggak lihatin foto dia, orang gue disuruh bikin pamflet sama dia." elak Kevia.

Mira tertawa atas nasib sahabatnya ini. Mau-mau saja ia dikerjai oleh sepupu gilanya itu.

"Oh, iya! Nih, susu kotak rasa coklat kesukaan lo."

Kevia menghentikan kegiatannya sejenak, "Thank you. Baik, deh." Ia menerima dan langsung meminumnya.

"Kiriman dari mas mantan, tuh."

Uhuk, uhuk.

Kevia seketika tersedak mendengar ucapan Mira.

"Pelan-pelan, dong. Tenang, gue juga nggak bakal minta minuman lo." Mira menepuk-nepuk punggung Kevia.

"Lo, sih, ngagetin gue." ucap Kevia setelah batuknya mereda.

"Dih, emang bener, kok, itu dari Kak Natha. Tadi gue ketemu di kantin. Terus dia nitip itu buat di kasih ke lo. Katanya biar lo tambah semangat dan nggak baper lihat foto dia mulu." jelas Mira panjang lebar.

"Ck, nyebelin banget, sih, tuh, orang. Siapa juga yang baper." omelnya entah kepada siapa.

"Eh, dari kemarin gue perhatiin lo akur banget sama Kak Natha. Lo...." Mira memicing curiga.

"Apa'an, sih. Biasa aja, tuh. Ya mungkin karena gue sering diskusi sama dia akhir-akhir ini soal rencana kampanye, jadi kelihatan akrab." Kevia mencoba memberi alasan yang logis.

Bisa habis diejek dia jika Mira tahu kalau dirinya dan Natha sudah berbaikan.

"Diskusi apa diskusi? Kampanye jadiin alasan. Bilang aja lo mulai baper, kan?" ledek Mira yang semakin membuat Kevia salah tingkah.

"Mira, udah, deh. Sana! Jangan ganggu gue."

Mira tertawa mendengar respon Kevia. Tentu saja Mira tahu sudah sejauh mana hubungan mereka. Karena setelah pulang dari pasar malam waktu itu Natha menceritakan semua kepada kepadanya. Hanya Kevia saja yang belum mau ngaku.

"Iya, deh, gue nggak ganggu lo konsentrasi nglihatin foto mas mantan." ledek Mira semakin menjadi.

"MIRA!"

Mira tertawa semakin keras. Dasar sahabatnya ini, masih gengsi saja. Ia tahu betul jika Kevia masih punya rasa kepada Natha hanya saja sahabatnya itu belum menyadarinya.

"Mir, gue keluar dulu, ya. Mau ngasih ini ke Kak Natha." Kevia menunjukkan flashdisk yang berisi file yang akan ditunjukkan ke Natha.

"Perlu gue temenin, nggak?"

"Nggak usah. Kayaknya gue bakal lama, deh, ntar lo bosen lagi."

"Oh... Gitu. Bilang aja kalo nggak mau diganggu. Iya, deh, paham gue, paham. Masak nggak paham, sih?"

Kevia tertawa kecil sambil tersipu, "Mira, lama-lama lo makin ngawur, deh. Udah, ah. Gue pergi dulu. Bye."

"Awas... nanti jatuh cinta...."

"MIRA."

"Apaan, sih? Orang gue lagi nyanyi."

Dengan bibir manyun, Kevia berjalan keluar kelas meninggalkan Mira yang tertawa puas karena berhasil meledeknya. Dasar, sahabat kurang etika.

****

Kevia berjalan di koridor kelas sebelas. Ia menuju kelas Natha karena orang yang dicarinya ada disana. Ia tahu karena sebelumnya ia sedang chat dengan Natha. Akhir-akhir ini ia jadi sering chating atau telponan dengan Natha. Entah membahas soal kampanye atau hal lain. Misalnya Natha yang sekarang lebih suka merayunya atau sekedar melempar gombalan. Seperti saat ini, isi pesan yang baru saja masuk membuat Kevia senyum-senyum sendiri dengan jantung yang berdebar.

Natha
Aku tunggu kamu dengan sabar, kok. Jangankan lima menit, setahun aja aku sabar nunggu kamu.

Oh, satu lagi, selain suka menggombal, Natha juga mengganti panggilannya dengan 'aku kamu' begitu juga dengan Kevia. Kevia juga sudah mengganti nama kontak Natha di ponselnya.

Kevia sudah sampai di depan kelas Natha. Katanya ia disuruh langsung masuk saja.

Kevia berhenti sejenak di depan pintu kelas Natha yang terbuka. Menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Kenapa ia jadi gugup begini mau ketemu seorang Natha, padahal ia hanya ingin menunjukkan hasil kerjanya. Bahkan ia tak berani menatap kedepan. Oke Kevia tenang.

Kevia mulai melangkah dengan tersenyum manis. Ia sudah berada di ambang pintu kelas, saat mendongak ingin mencari Natha justru pemandangan di dalam sana membuat tubuhnya kaku dan senyumnya seketika menghilang. Hatinya mencelos, dadanya tiba-tiba sesak.

Kevia ingin berbalik keluar, tidak ingin melihatnya lebih lama pemandangan tidak menyenangkan itu. Saat memutar tubuhnya, Kevia merasa menubruk seseorang.

"Maaf, nggak sengaja." ucap Kevia sambil menunduk.

"Kevia?" saat ingin melanjutkan jalannya suara tak asing itu membuatnya mendongak. Ah, ternyata Reno, "Kok, kamu ada disini?"

Kevia melirik ke dalam kelas sekilas dan ternyata seseorang ah maksudnya dua orang yang membuat pemandangan tidak menyenangkan itu sedang melihat kearahnya.

"Aku nyari Kak Reno, ada yang mau aku omongin." tanpa basa-basi lagi, ia menarik Reno pergi, sebelum....

"Melodi." Suara yang tadinya membuat semangat itu kini terdengar memuakkan di telinganya. Ingin pergi namun tangannya dicekal.

"Aku bisa jelasin." ucap Natha yang berhasil mencegah Kevia pergi.

Kevia menarik tangannya dari cekalan Natha lalu tertawa kecil.

"Jelasin? Nggak perlu, Kak. Gue bukan siapa-siapa lo juga." terang Kevia, "Oh, iya, nih, permintaan lo kemaren, udah gue kerjain." Kevia menyerahkan flashdisk yang sedari tadi ia genggam.

"Mel, kita bisa bicara bentar buat...."

"Sorry! Gue ada urusan sama Kak Reno. Ayo, Kak." Kevia kembali menarik tangan Reno namun terlepas karena Natha menyambarnya terlalu kencang.

"Sebentar aja, Mel. Urusan kita lebih penting." Natha mulai terpancing emosi.

"Lepas, Kak. Sakit." Kevia mencoba melepaskan tangannya dari cekalan tangan Natha yang mulai mengencang.

"Ikut aku bentar." Bukannya melepaskan Natha malah menarik tangan Kevia.

"Nath, lo lihat, kan, Kevia kesakitan. Jangan kasar." Reno menarik tangan Kevia dari Natha dan berhasil.

"Lo nggak usah ikut campur." Natha mendorong Reno dan merebut Kevia kembali.

Reno yang tidak terima membalas mendorong Natha dan menarik Kevia kebelakangnya.

"Gue nggak akan biarin lo kasar sama Kevia."

"Brengsek." gumam Natha.

Natha yang sudah merasa kalut dan bercampur emosi pun langsung menarik kerah baju Reno. Saat Natha akan mengayunkan kepalan tangan kearah Reno, seseorang mencegahnya.

"Stop! Apa-apaan, sih, lo berdua?" Isabela seseorang yang menahan lengan Natha untuk tidak memukul Reno dan pemandangan itu membuat hati Kevia panas.

"Lo berdua itu calon Ketua OSIS. Bisa-bisanya kalian ngasih contoh yang nggak baik kayak gini." Lanjutnya, "Ayo, kita pergi Nath, jangan sampai image lo jelek sebagai calon Ketua OSIS." bisik Isabela sambil menatap sekitar yang mulai ramai.

Natha melepaskan tangannya dari kerah baju Reno. Ia menghela nafas kasar dan melirik Kevia yang juga sedang menatapnya. Mungkin bukan sekarang ia berbicara dengan Melodinya. Ia akan mencari waktu yang tepat supaya Melodinya tidak marah dan menjauhinya. Jangan sampai rencananya selama ini menjadi sia-sia.

Natha melirik sekitar yang memang lumayan ramai dan ia sudah menjadi pusat perhatian. Sekali lagi Natha menghela nafas guna menetralkan emosinya. Akhirnya ia mengalah, mengangguk menuruti perkataan Isabela. Sebelum berlalu pergi Natha sempat melihat kearah Kevia yang kini memalingkan muka tidak menatapnya.

"Ayo, Nath. Kita masih punya urusan." ucap Isabela dengan suara tenang nan lembut yang membuat telinga Kevia gatal.

Natha dan Isabela akhirnya berlalu pergi. Saat itu Kevia menoleh dan melihat Natha berlalu dengan cewek lain. Hatinya sakit sekali sekarang. Ternyata hal kemarin bukan apa-apa untuk Natha. Ia saja yang mudah baper.

"Kev, kamu nggak apa-apa?"

Teguran Reno membuat Kevia tersadar dan menoleh.

Kevia tersenyum tipis, "Nggak apa-apa, kok, Kak."

"Kita pergi dari sini." Kevia hanya mengangguk mengiyakan ajakan Reno.

Mungkin sekarang waktunya untuk meluruskan semuanya kepada Reno. Tentang pengakuan Natha di kantin saat itu dan tentang hatinya saat ini.

Reno mengajak Kevia ke kantin. Setelah kejadian tidak mengenakkan tadi mungkin Kevia butuh minum.

"Nih, diminum dulu." Reno menyerahkan air mineral dingin yang sudah dibuka tutupnya kepada Kevia.

"Makasih, Kak."

Kevia meminumnya. Suasana kantin tidak terlalu ramai, karena memang jam istirahat akan segera berakhir.

"Maaf, ya, Kak, soal tadi. Kak Reno jadi hampir di pukul gitu." ucap Kevia tidak enak.

"Kamu nggak salah kenapa minta maaf? Aku nggak apa-apa, kok."

"Kayaknya, aku udah lama nggak lihat Kak Reno." Kevia mencoba basa-basi.

"Oh, itu, aku emang ijin dua hari, ada acara keluarga soalnya."

"Oh." Kevia membenarkan duduknya sebelum mulai berbicara, "Kak, soal waktu itu, yang dibilang Kak Natha itu benar. Kalo aku mantannya Kak Natha."

Bukannya marah, Reno justru tersenyum manis, "Aku nggak peduli soal itu. Kalian cuma mantan, kan? Itu artinya, kalian udah selesai."

Hati Kevia sedikit tidak nyaman dengan ucapan terakhir Reno, namun ia tetap tersenyum.

"Dan aku masih punya kesempatan buat lebih dekat sama kamu."

Reno tersenyum manis, sedangkan Kevia terdiam. Ia bingung akan menjawab apa. Hatinya gamang. Ia sendiri tidak tahu dengan perasaannya. Bukankah ia harusnya senang karena Reno sudah memberikan sinyal menuju pacaran. Itu artinya keinginannya selama ini akan terkabul, tetapi sekarang yang ia rasakan biasa saja.

"Iya."

Kevia hanya bisa menjawab seperti itu dengan senyuman tipis.

****





Sudah mulai menuju konflik.

Jangan berharap konflik berat karena ini hanya kehidupan remaja normal yang sedang jatuh cinta.

Salam dunia halu

By : V

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top