16

🌹🌹🌹

Sudah tiga hari Kevia di rawat di rumah sakit dan sekarang ia sudah masuk sekolah lagi. Saat itu, Andra tidak kembali ke ruang rawat adik kembarnya, karena ada rapat klub basket penting yang harus ia hadiri. Dan betapa senangnya Natha saat itu, ia bisa menemani Kevia seharian tanpa gangguan siapapun, ia juga berbohong soal acara keluarga yang ia katakan itu, buktinya ia tidak kemana-mana hingga sore hari sampai saat Mira datang, setelah itu hari-hari berikutnya Natha tidak datang lagi untuk menjenguknya, namun ia selalu mengirimkan makanan lewat go food, perhatian Natha yang tanpa sadar membuat Kevia sedikit luluh. Mira selalu mengunjunginya setelah pulang sekolah sedangkan Reno hanya mengunjunginya sekali itu pun hanya sebentar.

Kevia tidak tahu apakah Reno marah dengannya atau tidak, tapi dari kejadian saat Natha mengumbar statusnya sebagai mantan cowok itu hingga saat ini Reno jadi jarang menghubunginya bahkan hampir tidak pernah. Jadi hari ini ia memutuskan untuk menemui Reno dan menjelaskan semuanya.

Jam istirahat pertama ini, Kevia memberanikan diri untuk mencari Reno ke kelasnya, karena pesannya tidak dibalas.

"Permisi, Kak, mau tanya, Kak Reno nya ada?" Kevia bertanya kepada seseorang yang berada di depan kelas Reno, mungkin teman sekelasnya.

Orang itu melongok ke dalam kelas guna melihat apakah ada Reno atau tidak.

"Woi, ada Reno nggak di dalam? Nih, ada yang nyariin." ucap cowok yang ditanyai Kevia tadi.

"Nggak ada, keluar dia." sahut seseorang dari dalam.

"Nggak ada katanya." ucap cowok tersebut kepada Kevia.

"Oh, yaudah. Makasih, Kak."

"Eh, tunggu." Baru saja Kevia akan berbalik namun urung karena cowok itu mencegahnya, "Lo ceweknya Reno? Bukannya lo mantannya Natha ya? Yang di kantin waktu itu. Hebat lo, dari Natha terus Reno. Habis itu ke gue bisa kali."

Ucapan cowok tersebut mengundang tawa teman-temannya. Kevia mulai tidak nyaman disana.

"Maaf, Kak saya harus pergi." Kevia masih berusaha untuk sopan.

"Tunggu, dong. Buru-buru, amat." Cowok tersebut mulai kurang ajar dengan memegang tangan Kevia.

"Lepas, Kak."

"Makanya, disini dulu."

Kevia mulai risih karena ia menjadi pusat perhatian sekarang. Ada berbagai macam pandangan yang ditujukan kepadanya. Tapi yang ia tahu itu pandangan sinis dan mengejek. Kevia mencoba menarik tangannya dari cekalan cowok tersebut.

"Lepasin tangan gue." desis Kevia. Hilang sudah kesopanannya kepada cowok kurang ajar ini.

"Ck, sombong banget, sih. Sini dulu, lah, kita ngob--"

"Lepasin tangan lo, anjing."

Natha?

Natha yang entah dari mana menarik tangan Kevia hingga terlepas dari cekalan cowok bername tag Angga tersebut. Dengan wajah emosi ia memberikan tatapan tajam kepada cowok kurang ajar yang sialnya adalah teman satu kelasnya.

Kevia mengerutkan kening bingung, darimana datangnya Natha. Ah, sepertinya Kevia lupa jika kelas Reno adalah kelas Natha juga. Sudah dipastikan ia juga akan bertemu dengan Natha.

"Santai, dong, Nath. Lo udah nggak ada apa-apa, kan, sama dia? Kok marah, sih?" ejek cowok kurang ajar tersebut, "Gue cuma mau kenalan aja sama cewek yang bikin lo ribut sama temen sendiri itu."

"Diem lo, anjing. Itu bukan urusan lo." bentak Natha emosi.

Natha menarik Kevia untuk pergi dari sana. Masih ada waktu istirahat sepuluh menit lagi, jadi Natha akan memanfaatkannya untuk berbicara berdua dengan Kevia.

"Lo kecentilan banget, sih, jadi cewek. Pake nyamperin cowok segala. Seneng lo digodain kayak tadi?" Sembur Natha saat mereka sudah berada di taman belakang.

Kevia menganga tidak percaya jika Natha akan menyemburnya hingga seperti itu.

Kevia mendengus kesal, "Itu juga karena salah lo. Kalo lo waktu itu nggak koar-koar di kantin juga nggak akan kayak gini." Kevia menghembuskan napas lelah, "Gue cuma mau nyari Kak Reno tadi."

Kini giliran Natha yang mendengus sinis, "Reno lagi Reno lagi. Kayaknya yang ada di mata lo tuh cuma Reno. Kenapa bukan gue? Lo benci sama gue?"

Kevia memandang Natha tak percaya, "Lo kenapa, sih, kok jadi marah-marah nggak jelas?"

"Gue udah bilang, kan waktu itu kalo gue mau ngejar lo lagi. Tapi lo nggak ngasih gue kesempatan...."

"Siapa yang nggak ngasih?" sela Kevia cepat dan saat sadar ia membekap mulutnya sendiri. Dasar mulut, nggak ada remnya banget, sih.

Natha mengulum senyum dan menatap Kevia dengan tatapan menggoda.

"Ow...jadi gue punya kesempatan, gitu maksudnya?"

"Nggak. Maksud gue tadi nggak gitu." elak Kevia.

"Terus, maksudnya gimana? Langsung balikan aja gitu?" Natha semakin gencar menggoda Kevia.

"Ih, apaan, sih. Nggak jelas." Kevia memalingkan wajah karena sekarang entah kenapa pipinya panas. Ada rasa aneh di dadanya hingga perutnya terasa mulas, "Udah, ah. Mending gue pergi daripada lo makin ngawur."

Kevia langsung pergi begitu saja meninggalkan Natha yang masih senyum-senyum sendiri. Kini ia jadi yakin jika Melodinya masih memiliki rasa yang sama sepertinya. Jadi ia akan berusaha lebih keras untuk mendekati Melodinya.

"Dasar gengsi."

****

Mira memandang Kevia aneh. Karena sejak tadi masuk kelas setelah istirahat pertama hingga sekarang sudah menjelang jam pulang sekolah Kevia terlihat senyum-senyum tidak jelas.

"Woi, kemaren pas lo sakit, lo nggak sekalian periksain kepala lo? Siapa tahu ikutan sakit." ucap Mira sambil menyenggol lengan Kevia yang sedang menulis.

"Ah, Mira, kan jadi kecoret." keluh Kevia.

Jam pelajaran terakhir tidak ada guru dan hanya diberi tugas dan mencatat.

"Lagian dari tadi lo kayak orang nggak waras, sih. Emang yang lo tulis ada kata-kata yang lucu? Senyum-senyum sendiri. Jadi ngeri gue." Mira berdigik ngeri.

"Jahat lo, sahabat lagi bahagia di katain nggak waras." balas Kevia yang sedang membenarkan tulisannya.

Mira menunjuk Kevia dengan jarinya dan memandang curiga, "Ada yang lo sembunyiin ya dari gue?" tuduhnya, "Lagian, nih, ya, ini adalah pertama kali lo kelihatan cerah semenjak masuk SMA. Ada apaan, sih? Cerita, dong!"

"Emang kelihatan beda banget, ya?" tanya Kevia sambil menangkup kedua pipinya.

Ia juga bingung kenapa ia tidak bisa berhenti tersenyum hari ini. Ia hanya merasa hatinya menghangat dan ada yang menggelitik perutnya. Jangan bilang ini karena Natha? Atau pesan yang Natha kirim kan tadi? Ah Kevia jadi ingat pesan yang masuk ke ponselnya tadi saat ia sedang makan di kantin.

Dedemit

Nggak usah genit lirik sana sini.
Lo udah gue tandain.

Reflek Kevia jadi melirik kearah Natha yang saat itu berada di kantin juga. Kenapa juga ia jadi terkesan posesif? Padahal bukan siapa-siapa. Tapi Kevia justru merasa senang dengan pesan tersebut, jantungnya jadi berdebar kencang.

"Tuh, kan, tuh, kan, senyum-senyum nggak jelas lagi. Lama-lama gue takut, deh, sama lo."

Seketika Kevia berhenti tersenyum saat mendengar teguran Mira.

"Ck, apaan, sih, lo. Sahabat lo lagi bahagia harusnya lo ikut bahagia, dong."

"Males, ah, lo nggak cerita, sih, sama gue."

Kevia memeluk Mira yang mulai ngambek dari samping, "Uh, jangan marah, dong, ntar kapan-kapan gue ceritain, oke. Sekarang mending kita pulang. Bentar lagi bel."

Kevia melepaskan pelukannya dan mulai membereskan tasnya.

"Awas lo, ya, nggak cerita." ancam Mira yang ikut membereskan tasnya.

"Iya-iya, Mira cantik." ucap Kevia bertepatan dengan bel pulang berbunyi, "Nah, udah bel. Gue pulang dulu, ya, dah." tanpa menunggu jawaban Mira, Kevia sudah beranjak keluar kelas.

"Eh...dasar. Sangat-sangat mencurigakan." gumamnya yang masih memperhatikan kepergian Kevia.

Sedangkan Kevia sedang berjalan cepat bahkan hampir berlari kecil menuju halte. Sesampainya di halte ia celingukan seperti mencari seseorang, namun hanya ada dirinya disana dan beberapa murid SMA Garuda yang baru keluar gerbang dan berjalan menuju halte.

Ia menghela napas dan duduk di halte. Apa ia terlalu cepat? Berkali-kali ia mengecek ponselnya dengan gusar. Sesekali pun ia menengok kearah gerbang sekolah yang ramai dengan murid-murid yang baru keluar.

Apa ia kirim pesan saja jika ia sudah di halte? Atau ia tunggu saja. Ah, ia jadi galau. Lagi pula kenapa juga dia lama sekali munculnya.

"Ehem!" suara deheman mengalihkan perhatian Kevia dari ponsel yang sejak tadi ia buka tutup kuncinya.

Kevia memutar bola matanya malas. Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat ia tak sadar jika makhluk menyebalkan ini udah berdiri di sampingnya.

"Lagi nungguin siapa, neng?" Natha berkata dengan nada menggoda.

"Lagi nungguin ojek." jawab Kevia.

"Oh, kirain nungguin pacar." ucap Natha sambil mengulum senyum.

"Saya jomblo, bang." balas Kevia yang ikut mengulum senyum.

"Kebetulan. kalo gitu sama saya aja, neng."

"Apaan, sih, lo. Garing tahu nggak." Kevia tidak bisa menahan senyumnya.

Natha tertawa kecil melihat wajah menggemaskan Kevia jika sedang malu seperti itu.

"Sorry, ya, lama. Tadi motor gue parkirnya susah keluar." ucap Natha yang mulai serius, "Yuk!"

Natha berjalan kearah motornya yang terparkir di pinggir jalan, Kevia mengikutinya dari belakang. Tadi saat di kantin, Natha juga mengirimi pesan, jika ia akan mengajak Kevia ke suatu tempat setelah pulang sekolah dan Kevia mengiyakan ajakannya. Karena Kevia tidak ingin Mira tahu jika ia jalan dengan Natha, maka itulah Kevia menunggu Natha di halte.

"Kita mau kemana, sih?" tanya Kevia sambil memasangkan pengait helm, "Duh, ini susah banget, sih."

"Sini, biar gue aja." Natha mengambil alih dang mengaitkannya.

Jantung Kevia tidak bisa dikontrol. Ia sangat gugup sekarang. Tatapan mata Natha sekarang semakin tajam jika dibandingkan saat SMP dulu. Bulu matanya semakin lentik dan Kevia suka mata itu.

"Udah."

Kevia tersadar dan memalingkan wajahnya yang terasa panas.

"Ma-makasih." duh, kenapa jadi gagap, sih?

Natha tersenyum dari balik helm full face nya. Ia tahu jika Melodinya sedang gugup.

Setelah memastikan Melodinya duduk dengan benar, ia pun mulai melajukan motornya dengan kescepatan sedang.

Ah, ini sepertinya akan menjadi hari paling menyenangkan sejak pertemuannya kembali dengan Melodinya setelah satu tahun tidak bertemu.

I will get you back, girl.

****








Gas terus, Nath.

Terima kasih buat yang masih setia baca cerita ini.

Sebentar lagi menuju konflik.
Tidak ada konflik berat, ya. Karena ini cerita anak remaja SMA yang sedang jatuh cinta.

Salam dunia halu

By : V

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top