14
🌹🌹🌹
"Lo apain sahabat gue, oncom?" tanya Mira geram.
Tadi selesai memesan makanan ia sudah mendapati Kevia pingsan dan muka panik Natha. Sekarang ia dan Natha sedang di depan UKS, sedangkan Kevia di dalam sedang diperiksa oleh petugas kesehatan sekolah.
Natha diam. Dia masih mencerna apa yang terjadi tadi.
"Heh, jawab!" Mira menyenggol lengan Natha.
Natha mengusap mukanya kasar, "Gue nggak tau, anjir. Tadi gue cuma nyapa dia doang."
Mira menatapnya curiga. Pasti terjadi sesuatu dan itu pasti ulah sepupu gilanya ini.
" Gue yakin pasti terjadi sesuatu dan itu udah jelas ulah lo." tuduh Mira, "Gue nggak mau tau, lo harus tanggung jawab. Kalo sampe Kevia kenapa-kenapa, abis lo sama gue." ancam Mira.
Mira masuk ke UKS setelah mengatakan itu. Sedangkan Natha menghela nafas gusar. Sungguh ia merasa bersalah sekarang, ia takut Melodinya kenapa-kenapa.
"Udah gue duga."
Natha menoleh ke kiri ketika mendengar ucapan tersebut.
"Hubungan lo sama Kevia nggak sesederhana itu. Apalagi saat lo manggil dia Melodi. Itu kedengeran spesial."
Reno menatap lurus dan tajam kearah mata Natha yang dibalas dengan pandangan yang sama oleh Natha.
Reno tersenyum miring, "Gue nggak nyangka lo semunafik itu, Nath."
Natha diam. Hanya pandangannya yang semakin menajam. Sama halnya dengan Reno yang sekarang sudah berdiri di depan Natha.
"Hubungan gue sama Melodi nggak ada urusannya sama lo." balas Natha tajam.
Reno tersenyum mengejek, "Lo ngomong seolah-olah lo masih punya hubungan sama dia, padahal lo cuma MANTAN."
Natha hanya bisa diam. Ingin menyangkal, namun apa yang dikatakan Reno benar adanya.
Reno maju selangkah mendekati Natha, "Sebenarnya gue nggak perlu lakuin ini, Nath. Tapi karena gue menghargai lo sebagai teman, jadi gue harus bilang ini. Nath, jauhin Kevia. Jangan ganggu hubungan gue sama dia karena lo udah nggak punya hak apapun."
Natha memalingkan muka sambil tertawa kecil, "Hubungan yang mana maksud lo? Melodi belum jadi cewek lo dan gue pastiin itu nggak akan pernah terjadi. Karena gue nggak akan tinggal diam."
"Jangan terlalu maksain, Nath. Karena lo pasti tau siapa pemenangnya."
"Jangan terlalu percaya diri. Gue akan pastiin, gue yang bakal jadi pemenangnya. Karena Melodi tipe orang yang suka sama barang lama."
Natha berlalu pergi setelah mengucapkan itu. Jujur ia pun sebenarnya tidak yakin jika Melodi akan kembali padanya, apalagi setelah kejadian tadi di kantin. Tapi ia tidak akan mundur begitu saja hanya karena Reno menggertaknya.
Natha membasuh muka di kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya. Ia memandang pantulan dirinya di cermin. Ia masih tidak tahu mengapa ia melakukan ini semua, mengejar Melodi lagi. Padahal jika ia mau banyak perempuan yang lebih dari Melodi. Tapi hanya Melodinya yang membuat dirinya gila tiba-tiba.
Getaran ponsel di saku celananya membuyarkan lamunan Natha. Ternyata telepon dari Mira.
"Heh, lo dimana, oncom. Kevia udah sadar, buruan kesini."
"Hm. Gue kesana sekarang."
Setelah mengatakan itu Natha bergegas kembali ke UKS. Ia harus segera meminta maaf kepada Melodinya.
Natha membuka pintu UKS dengan pelan. Baru saja ingin melangkah masuk namun urung karena mendengar obrolan Kevia dan Mira.
"Ini, tuh, gara-gara Kak Natha. Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ngomong begitu. Gue kan syok. Mana pas itu gue laper banget lagi."
"Jadi sebenarnya lo pingsan karena Kak Natha apa karena laper?"
"Ya...karena laper, sih. Habisnya dari semalam gue belum makan."
Natha mengulum senyum mendengar jawaban terakhir Kevia. Ternyata Melodinya lapar. Lucu sekali.
"Woi, Nath, lo ngapain ngejogrok disini?" sapa Bayu yang mengagetkan Natha.
Natha kembali menutup pintu UKS
"Kebetulan. Lo berdua buruan ke kantin beliin bubur ayam sama teh anget buat Melodi!"
"Yaelah, Nath. Ini udah mau masuk kelas kali." balas Pandu.
"Ntar gue ijinin masuk kelas telat. Buruan sono." Natha mendorong punggung kedua sahabatnya untuk cepat bergerak menuju kantin.
"Iye-iye." jawab Bayu terpaksa.
Setelah memastikan kedua sahabatnya pergi ke kantin, Natha masuk ke UKS. Ia menyibak tirai yang menutupi brankar UKS. Hal pertama yang ia lihat adalah muka pucat Kevia dan Mira yang sedang duduk di samping brankar.
Keadaan menjadi hening. Kevia diam dan tak mau membalas tatapan Natha. Sedangkan Mira memperhatikan Natha dan Kevia dalam diam juga. Ia memandang Kevia dan Natha bergantian. Gemas sekali rasanya melihat mereka saling diam begitu. Apalagi sepupu gilanya yang bodoh itu yang hanya berdiri di ujung brankar.
Mira menghela nafas, "Gue keluar beli minum sama minta ijin guru dulu, deh. Kalian ngobrol aja."
Mira beranjak keluar dari UKS meninggalkan kecanggungan diantara Natha dan Kevia.
"Ehem." Natha berdehem mencairkan suasana, "Gimana keadaan lo?" tanyanya basa basi.
"Kayak yang lo lihat." jawab Kevia jutek.
"Sorry, kalo gue tadi udah keterlaluan."
"Syukur, deh, kalo sadar diri." gumam Kevia pelan.
"Apa? Lo bilang apa?"
"Nggak papa."
"Oh." Canggung banget, astaga. Duo kampret mana lagi, lama banget cuma beli bubur doang.
"Makasih." ucap Kevia ketus.
Natha mengerutkan kening bingung.
"Kata Mira, lo yang bawa gue kesini."
"Oh, nggak papa, udah seharusnya."
Kevia menggangguk menanggapinya. Canggung banget nggak, sih?
"Makanan datang." suara Bayu memecah kecanggungan mereka.
"Lama banget, sih, lo." bisik Natha pelan.
"Sorry, bos. Ngantri tadi." balas Bayu cengengesan, "Nih, pesanannya, bos. Totalnya lima belas ribu."
Natha menerima pesanannya, " Ntar gue ganti. Sono lo pergi." usirnya.
"Beneran, ya, itu pake duit Pandu tadi."
"Oh iya, kemana, tuh anak sekarang?"
"Ke kelas duluan. Ya udah, deh, gue juga mau ke kelas. Bye, bos, semoga sukses." Bayu berlalu keluar UKS. Kata terakhir ia ucapkan dengan berbisik.
Kevia yang menjadi pendengar pun mengerutkan kening bingung.
"Nih, makan dulu." Natha memberikan bubur yang sudah ia buka kepada Kevia.
Kevia tidak langsung menerimanya. Ia masih menatap bubur itu dengan diam.
"Ini dimakan! Atau mau gue suapin?" tanyanya menggoda.
Kevia mengalihkan pandangan kearah Natha, "Gue alergi kacang kalo lo lupa."
Natha tertegun sesaat. Bagaimana ia bisa lupa jika Melodinya alergi kacang. Bodohnya ia. Saking paniknya ia jadi melupakan fakta itu.
"Sorry. Gue lupa."
"Lo emang nggak pernah ingat tentang gue, Nath."
****
"Nih, tas lo. Untung lo pingsannya pas istirahat terakhir. Jadi lo cuma ijin satu mapel."
"Pingsan, kok, untung."
Mira datang ke UKS saat jam pulang sekolah. Tadinya Mira ingin menemaninya namun dilarang oleh Kevia. Katanya ia ingin tidur jadi Mira disuruh masuk saja.
Setelah insiden tadi, Natha keluar tanpa sepatah kata pun dan menelpon Mira untuk membelikan makanan lain untuk Kevia.
"Lo pulang dijemput nyokap atau gue anter aja?" tawar Mira.
"Nyokap gue nggak bisa jemput. Lagi jagain nenek gue yang sakit. Andra juga ada latihan basket. Lo anter aja, deh."
"Cuma bilang 'lo anter aja, deh' gitu doang, kok, berbelit-belit lo ngomongnya."
Kevia cengengesan, "Biar lo kasihan sama gue. Terus lo anterin, syukur-syukur sekalian dibeliin makan."
"Ye, nawar lagi lo. Ya udah, yuk pulang." Mira membantu Kevia turun dari brankar lalu menuntunnya keluar.
Baru saja mereka membuka pintu UKS sudah di suguhkan oleh wajah tegang Natha dan Reno yang berdiri di depan pintu. Mira dan Kevia memandang mereka bingung.
"Kalian ngapain berdiri di depan pintu?" tanya Mira.
"Biar gue yang anter pulang." ucap Natha dan Reno bersamaan. Lalu mereka saling tatap.
"Mir, biar gue yang nganter Melodi."
"Nggak. Biar gue aja. Lebih aman, gue bawa mobil."
"Mau pamer, lo?" tanya Natha sengit.
"Gue nggak pamer. Tapi Kevia bakalan lebih aman kalo pulang pake mobil." jawab Reno tenang.
"Ck, belum tentu."
"Kev, pulang sama aku aja, yuk! Mir, biar gue aja." ajak Reno.
Mira jadi bingung mau jawab bagaimana. Apalagi ada sepasang mata tajam yang sedang melotot kearahnya.
"Sorry, gue pulang bareng Mir--"
"Kev, gue baru inget, kalo gue ada janji sama Randy. Duh, sorry banget gue nggak bisa nganterin lo. Lo pulang aja sama salah satu dari mereka." Mira menyela ucapan Kevia, "Oke. Bye besti. Sorry ya." Mira langsung melesat lari dari keadaan rumit itu.
"Eh, Mir." panggil Kevia yang diabaikan Mira, "Kok gue ditinggal, sih. Dasar sahabat nggak tau diri." gumamnya.
"Mel, pulang bareng gue." ajak Natha.
"Sama aku aja. Naik motor nggak aman buat kamu."
"Kayak mobil aman aja. Punya SIM juga belum."
"Nath, bisa nggak jangan egois. Kevia lagi sakit, biarin pulang sama gue."
"Nggak bisa. Gue yang bikin dia pingsan. Jadi gue yang harus tanggungjawab."
"Nath, please, lo...."
"Stop." Kevia menghentikan perdebatan Reno dan Natha, "Gue bisa pulang sendiri."
Kevia berlalu dari hadapan mereka. Sebenarnya kepalanya masih sedikit pusing dan menjadi tambah pusing mendengar perbedatan Reno dan Natha. Mending ia pergi saja.
"Mel, jangan ngeyel, deh. Biar gue anter lo pulang."
"Kev, aku anter aja. Kamu lagi sakit."
Ternyata Reno dan Natha masih belum menyerah untuk membujuk Kevia. Namun Kevia tidak peduli, ia terus berjalan sambil mendengarkan perdebatan mereka yang tak kunjung usai.
"Kev, naik kendaran umum nggak bagus buat kamu yang lagi sakit."
"Ck, sok bijak lo. Mel, motor gue parkir deket gerbang. Kita bisa langsung pulang."
Tidak sadar Kevia sudah sampai di dekat gerbang sekolah. Ia melihat sekitar masih banyak murid yang belum pulang ternyata. Matanya melebar ketika ia menangkap sesuatu yang mungkin bisa menyelamatkannya dari situasi ini. Tanpa membuang waktu lagi ia bergegas menghampirinya.
"Bara, anterin gue pulang." ucap Kevia yang langsung naik ke boncengan Bara tanpa menunggu jawaban Bara.
Bara yang baru saja mengenakan helm pun kaget karena ulah Kevia.
"Please, anterin gue. Tolong gue dari dua cowok ribet itu." bisiknya kepada Bara.
Tanpa menunggu lama Bara pun melajukan motornya keluar gerbang. Reno dan Natha hanya melongo melihatnya.
****
Maaf telat update dikarenakan ada sesuatu hal.
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top