1. Between West & East
Dinasti Joseon tahun 1800,
Kemilau mentari di awal musim semi menyambut hawa nan sejuk diantara tetesan embun pagi dan kicauan burung pipit yang merdu di pelataran istana. Gerai-gerai toko di pasar raya satu per satu mulai terbuka, para warga desa memulai aktivitas harian mereka dengan penuh semangat.
Ketika matahari telah sepenggalan naik, gerbang-gerbang tinggi yang menjadi satu-satunya akses masuk ke dalam istana dibuka lebar oleh para penjaga berseragam hitam dengan tongkat di tangan dan pedang di sabuk mereka yang tampak gagah dipandang.
Sejak pagi buta, para tetamu dari distrik sebrang yang hendak mengunjungi istana telah berkumpul di depan pelataran, masing-masing dari mereka berbaris dengan tertib memasuki kediaman orang nomor satu di negeri Joseon yang makmur ini.
Nuansa istana yang senantiasa sibuk menandakan awal berjalannya roda pemerintahan hari ini. Berbagai gulungan petisi diarak ke tempat singgasana Raja untuk kemudian dievaluasi bersama. Para pejabat tinggi istana dalam balutan jubah kebesaran mereka yang disebut dalryeongpo tampak berjalan beriringan menuju bilik birokrasi.
Tatkala para pejabat fraksi telah berkumpul di bilik pemerintahan, para golongan tua berkasta tinggi dalam tatanan pemerintahan tampak berbaris di jajaran terdepan dengan jarak mereka yang begitu dekat dengan singgasana Raja, disusul dengan orang-orang berjubah biru dan hijau yang turut bergabung dalam membahas petisi hari ini.
"Ada desas-desus apa hari ini?" bisik salah seorang pejabat senior ketika pertemuan hari ini dirasa terlalu pagi dari hari-hari sebelumnya.
"Kudengar dari orang suruhanku, Jeonha (Raja) mengundang seorang tamu asing ke istana hari ini, " bisik pejabat tingkat dua di sisinya.
Pejabat senior yang tampak sangat sepuh itu sibuk berpikir, "Seorang tamu asing? Maksudmu--orang luar?" tanyanya penuh selidik.
"Nde (Iya), Daegam ( Tuan ) ," jawabnya cepat, membuat pejabat senior itu kian mengernyit.
Tak begitu lama ketika seisi ruangan tengah sibuk berbisik-bisik, seorang protokol istana mengumumkan kedatangan Raja Tae Soo yang seketika disambut penghormatan dengan tubuh mereka yang dibungkukan 90 derajat.
Dengan sangat leluasa, Raja Tae Soo melangkah masuk dan menduduki singgasananya.
Seorang kasim senior berjubah hijau tampak berjalan ringkih sambil membungkuk hormat ke arah baginda Raja tatkala ia bertugas untuk membawakan gulungan petisi-petisi yang cukup berat dalam pangkuannya untuk kemudian diletakkan di atas meja kerja sang Raja.
Raja Joseon berbalut jubah merah kebesarannya itu tersenyum ramah mengucapkan terimakasih, jubah itu tampak agung dikenakannya, dikenal dengan nama jubah Gonryongpo, yang berlambang ukiran naga dengan lima jari dan disulam rapi dengan benang-benang emas sebagai penanda kekuasaan mutlak yang diembannya.
Ketika tak ada satupun dari pejabat fraksinya yang berbicara atau hendak mengusulkan sesuatu, Raja Tae Soo pun berujar, "Sebelum membahas petisi-petisi ini, ada hal penting yang ingin kusampaikan pada kalian, "
Para pejabat fraksi silih melirik satu sama lain, wajah bingung mereka yang tua renta berharap-harap cemas menantikan ucapan Raja selanjutnya.
"Hahaha, Kalian tidak perlu merasa tegang, ini bukanlah berita buruk yang akan membuat seisi Joseon ini berada dalam bahaya," sambungnya dengan sedikit tawa diakhiri seulas senyum tipis nan misterius.
Beberapa dari pejabat fraksi mulai bisa bernapas lega, namun, ada pula sebagian dari mereka yang masih saja menaruh curiga.
"Hari ini, aku telah mengundang salah seorang teman yang kutemui di negeri China, dia seorang tentara Inggris yang hampir tewas ketika kapal Britania Raya diserang oleh armada laut Jepang,"
"Wahhhh..., "
Dalam sekejap, hura-hara di bilik pemerintahan silih bersahutan, suara-suara terkejut yang terlontar dari mulut mereka menggema di seluruh penjuru ruangan.
Beberapa dari mereka yang gemar berspekulasi mulai merasa ada yang tidak beres dengan pertemuan mendadak pagi ini, bagaimanapun juga, suatu urusan yang melibatkan bangsa barat akan berakhir dengan sia-sia, persepsi itulah yang mereka yakini tentang bangsa Barat yang perwatakannya menjadi contoh bagi masyarakat Jepang yang kian anarkis. Dalam pikiran mereka, bangsa Barat adalah barbar yang selalu menebar kebencian dan permusuhan di muka bumi, hingga akhirnya, salah seorang dari deretan menteri senior berujar,
"Jeonha...," serunya dengan intonasi tinggi penuh penekanan, seraya membungkuk dan berharap,
"Tolong pertimbangkan kembali sebelum anda menerima tamu asing itu di istana, berkaca dari sejarah peradaban nenek moyang yang telah lalu, tak satupun dari bangsa Barat dapat dipercaya jeonha, " ujarnya penuh pertimbangan.
Mendengar kekhawatiran salah satu orang kepercayaannya, sang Raja hanya tersenyum tipis, masih dengan wajah tenangnya ia menjawab,
"Dia telah menetap selama 2 tahun di negeri Joseon ini dan berdialog baik denganku yang juga mendapat begitu banyak pelajaran baru dari catatan perjalanannya mengelilingi dunia, aku juga yang telah membiarkannya hidup dan membantunya melewati kesulitan, bagaimana mungkin, jasa baikku ini terlupakan begitu saja?"
Mendengar hal itu, tak satupun dari mereka yang tidak terkejut. Semua orang tampak terheran-heran, sejak kapan Raja mereka menjadi seorang pemurah terhadap bangsa barat yang barbar? Sebagian dari mereka yang berhati dengki mulai memikirkan hal ini sebagai konspirasi, namun, masih banyak orang lainnya yang berpikiran positif mengenai fenomena tak biasa ini.
Tanpa basa-basi, sang Raja segera memberi perintah, "Kasim Choi, persilakan tamuku untuk masuk," perintah Raja yang seketika disambut pergerakan yang cepat dari para pembantu setianya.
Bersamaan dengan huru-hara yang muncul akibat reaksi dari ucapannya itu, seorang pria berjas hitam panjang dengan setelan ala barat dan rambut pirangnya yang tertutupi topi baret tampak berjalan gagah memasuki bilik pemerintahan. Seluruh pasang mata tertuju padanya, pria barat berperawakan tinggi tegap itu sontak memberikan hormat kearah sang penguasa negeri ini seraya berucap dalam bahasa Joseon yang fasih,
"Atas segala kemurahan hatimu, aku ucapkan terimakasih banyak, jasa baikmu akan selalu kukenang Jeonha, " ucap pria Barat itu dengan suara baritonnya yang mampu membuat seisi ruangan terkesan.
Raja Tae Soo tertawa keras dan begitu menunjukkan kedekatannya dengan pria asing itu, "Jadi James, kapan kiranya kau akan kembali berlayar ke Inggris?"
Mantan tentara Inggris bernama James Stuart itu seketika menjawab dalam bahasa Ibunya, "For two years, I have been waiting the replying letter from British Empire, and two weeks ago, I'd gotten the letter from them, they'll promise me to send another ship to sail, so that I'll be back to my country by the end of this month, "
Orang-orang yang iri hati di ruangan itu semakin menaruh curiga dengan perkataan seorang barbar Barat yang mereka pikir memang telah sengaja menyamarkan informasi penting dalam bahasa ibunya yang hanya dapat dimengerti oleh sang Raja dan dirinya semata. Tidak salah lagi, ini konspirasi. Begitulah asumsi mereka.
Para pejabat picik itu dengan awas mengamati raut wajah penguasa mereka yang sambil tersenyum simpul berkata dalam bahasa asing yang sama,
"I'm really interested in your country, all developments that Britain has achieved recently is really inspire me, before going, I'll give you a precious chance to return my favor," ucap sang Raja dengan senyum politisnya.
Pria asing itu seketika mulai mampu menangkap signal-signal dari maksud ucapan sang penguasa Asia tersebut, memang benar, tak ada yang gratis di dunia ini, "Oh, sure your majesty, I feel honored to be free without burden, " respon James Stuart dengan cepat dan realistis.
Raja Tae Soo menatap wajah lelaki bermata biru itu dengan lamat, dalam bahasa Joseon yang lugas, ia berujar dengan sangat tenang, "Bawa putra mahkotaku bersamamu, aku ingin dia--mengenyam pendidikan Barat, "
🌻🌾🌻🌾🌻
Hari demi hari telah berlalu setelah pertemuan itu, James Stuart pada akhirnya bisa pulang kembali ke tempat asalnya. Di senja senyap pertengahan musim semi yang anginnya begitu kencang di dekat dermaga, sebuah kapal dagang East India Company (EIC) milik Inggris tampak berlabuh di penghujung sana, membuat rasa lelah dan kantuk yang dirasakannya selama perjalanan jauh menuju dermaga ini terbayar lunas!
"Finally, I'll be back! Come on boys! Hurry up! " soraknya puas, meski bercucuran keringat, rasa lelah itu sirna begitu saja tatkala kapal dengan bendera kebesaran Britania Raya itu tampak menyambutnya dengan gagah berani setelah berbulan-bulan lamanya berlayar.
Tepat di belakangnya, tampak dua orang berjubah hitam yang berjalan menenteng gulungan-gulungan kain putih berisi benda perbekalan.
Telah terhitung lima hari 12 jam sejak mereka berkelana menyusuri kelamnya hutan perbatasan dan daratan perbukitan terjal demi bisa mencapai dermaga di ujung pulau pengasingan ini.
Seorang berbadan kurus kering dengan rupa yang agak berantakan diantara mereka tampak berjalan tergopoh-gopoh sambil bersusah payah menggendong banyak tas-tas kain berisi barang-barang perbekalan mereka.
Di sisinya, tampak seorang pemuda berjubah hitam lainnya dengan penampilan fisik yang lebih tertata rapi, kulitnya putih bersih khas ras mongoloid yang agak kekuningan, postur tubuhnya kekar dan tegap dengan tinggi badan ideal mengacu pada standar fisik sempurna dari perspektif orang Asia, wajah lelaki itu selalu tampak tenang, dan ketika angin tak sengaja menerpa jubahnya hingga sedikit menerbangkan rambut hitam legam miliknya, ia melangkah dengan ringan menuju kapal asing yang hendak membawanya pergi berkelana ke suatu tempat nan jauh di benua biru.
Pemuda itu tampak berhenti sejenak mengamati lautan berombak dari tepi pantai diantara tanaman ilalang yang bergoyang hilir mudik akibat terpaan angin laut. Aura darah biru yang tangguh tercermin jelas dari perangai lelaki muda yang terkesan angkuh setiap kali ia memandang sesuatu yang baru baginya sebagai sebuah tantangan yang akan sanggup untuk ia taklukkan.
Guratan-guratan ketampanan di wajah tirus simetrisnya itu tampak semakin rupawan dengan kedua sorot matanya yang tajam bak burung elang.
Ketika lelaki muda nan gagah itu tengah beristirahat sejenak di tempatnya berpijak, seorang pria berbaju lusuh memanggilnya dengan napas terengah-engah, "Seja jeoha! (Putera Mahkota) "
Pemuda yang merasa terpanggil itu seketika menoleh, ditatapnya wajah lelah sang pelayan setia yang sejak kecil telah bersamanya itu, tampak sangat letih dan kewalahan dalam membawa barang-barang perbekalan mereka.
Lee Yoo-Jin, pria Asia berwajah tampan yang terlahir dari garis keturunan ningrat sebagai pewaris takhta Joseon di masa depan ini seketika memberikan wadah bambu berisi air minum miliknya kepada Jung Jaemin sang pelayan setia,"Kau telah bekerja keras Jaemin-ah, " ujar pria itu sambil menepuk singkat pundak pelayan sekaligus teman terbaiknya.
Jung Jaemin tampak meneguk botol bambu berisi air pemberian tuannya itu dengan rakus, setelah puas dirinya melepas dahaga, sebuah kapal barang milik Britania Raya itu tampak kian dekat dari pelabuhan.
James Stuart dari kejauhan tampak menyeru mereka, "Come on boys! The
day is increasingly late! Palli Palli (Cepat) !!" serunya dalam bahasa Inggris dan Joseon yang bercampur aduk.
Kedua pria Asia itu segera menyambut seruan pria Barat berbadan kekar itu untuk segera naik ke atas kapal.
Seperti itulah hari berlalu begitu cepat, seolah tak rela meninggalkan tanah kelahirannya, Lee Yoo-Jin menatap sendu ke tepi pantai kala geladak kapal mulai mengapung jauh terbawa arus dan angin laut yang mengibarkan layar dan bendera kapal mereka, membuatnya melaju semakin jauh dari daratan yang pernah ia singgahi. Dan perlahan, daratan itu tampak semakin kecil dari jangkauan penglihatannya, bersamaan dengan itu, langit telah berubah gelap, hawa laut meniupkan udara nan dingin menusuk.
Ketika dirinya masih berada di luar untuk melihat apa yang tersisa, James Stuart menepuk pundak lelaki Asia itu seraya berucap,
"Jadi, apa sekarang kau merasa telah dibuang, seja jeoha?" tanyanya spontan.
Yoo-Jin tersenyum samar tanpa menoleh ke arah pria barat itu,
"Aniyo (tidak) ," jawabnya tegas.
Mantan tentara Inggris itu terus mengujinya dengan berbagai pernyataan, "Ketika seorang pembesar memutuskan untuk pergi dari wilayah kekuasaannya, itu artinya, si pembesar telah siap menjadi rakyat jelata di wilayah kekuasaan orang lain,"
Alih-alih tersinggung, Yoo-Jin hanya menunjukkan ekspresi datarnya dengan berucap, "Itu akan menjadi pengalaman terunik bagiku, aku tak sabar menunggu momen itu datang, lalu--perihal apa lagi yang harus kuketahui?"
Mendengar ucapan bernada sinis dari putra mahkota Joseon itu membuat James Stuart pada akhirnya berhenti menguji mentalitas anak itu. Seiring dengan bergantinya siang menuju malam yang semakin berkabut, pria Inggris berkumis tebal ini merangkul tamu-tamunya dengan kehangatan,
"Ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Masuklah, biar kutunjukkan caranya menghangatkan suhu tubuh dengan minuman keras ala kami, "
🌿🌾🌿🌾🌿
Britain, London, 1800
Sretttt!!!
Gorden itu dibuka lebar hingga sinar mentari pagi terpantul ke jendela kaca yang ditembusnya.
Seorang gadis mulai menggeliat dalam tidur lelapnya yang terusik, bersamaan dengan itu, para dayang istana yang berjalan hilir mudik mulai berbisik lirih ke telinga sang putri untuk menyuruhnya bersiap, "My princess , get up and get ready, the day has come, "
Gadis cantik berbalut gaun tidur kerajaan berbahan satin silk itu mengerjap lucu dalam tidurnya, bulu-bulu matanya yang lentik bergerak-gerak tidak nyaman kala bias-bias cahaya menelusup masuk ke dalam retinanya. Rambut ikal panjang kecokelatannya yang menyebar di atas tumpukan bantal bulu diusap pelayannya secara perlahan, sudah menjadi kebiasaan gadis itu setiap kali bangun tidur selalu ingin bermanja-manja kepada para pengasuhnya,
"My princess, anda harus segera bersiap, kumohon, bangunlah sayang," bisik pengasuh putri dengan lemah lembut, membuat gadis jahil itu terkekeh geli dan segera beranjak dari tempat tidurnya.
Dengan gerakan lincah, gadis cantik berambut panjang itu berlari keluar kamarnya. Sambil sesekali menoleh ke belakang ia berkata diantara gelak tawanya yang manis,
"Bibi, ayo kejar aku, " ucapnya sambil berlari-lari kecil menyusuri deretan anak tangga menuju bilik mandi yang telah dipersiapkan.
Para pelayan tua yang masih bertugas untuk mengasuh sang putri tampak terengah-engah mengejar gadis kecil kesayangan mereka yang faktanya telah tumbuh menjadi gadis perawan tercantik yang paling mempesona di Britania Raya.
"Putri Arrabella, jangan berlari-lari seperti itu sayang, itu berbahaya, kau bisa jatuh nanti, haduhh, " seru para pengasuhnya yang tampak khawatir.
Bibi Elisa, salah satu nanny yang paling dekat dengan Tuan Putri tampak terengah-engah mengejar gadis usil itu. Putri Arrabella Wilhelmina Raymond, dengan segudang aksi konyolnya selalu mampu membuat seisi istana kewalahan.
Ketika tengah berlari-lari kecil dengan perasaan riang di sepanjang koridor istana, aksi Arrabella harus terhenti kala dirinya tak sengaja menabrak Ratu Anneth yang tengah berjalan-jalan santai menyusuri istana bersama seorang bangsawan.
"Arrabella! What are you doing here?" tegurnya tampak marah ketika putri kesayangannya belum juga bersiap dan masih berkeliaran dengan gaun tidur tipisnya itu.
Arrabella tampak terkejut karena tak menyangka akan bertemu dengan ibundanya yang perfeksionis di sekitar sini, sama halnya dengan putra bangsawan kaya yang kebetulan berpapasan dengan sang putri dan tampak salah tingkah memandangi siluet tubuh molek dan belahan dada montok sang perawan cantik ini di balik gaun tidur tipisnya dengan tatapan memuja.
"Puji Tuhan, Engkaulah yang Maha baik perangainya, " gumam bangsawan mesum itu tanpa sedikitpun berkedip apalagi mengalihkan pandangannya dari sosok cantik putri Arrabella yang membuatnya begitu bernafsu pagi ini.
Menyadari situasi itu, Ratu Anneth berdehem penuh amarah yang mana hal itu menjadi tanda peringatan bagi lelaki manapun yang berani melihat putrinya dengan tatapan ingin menelanjangi.
Arrabella yang menyadarinya segera berbalik dan pergi, disusul oleh para dayang setianya yang tampak sigap mengekori sang putri dengan langkah tergesa-gesa.
Ratu Anneth menatap sekilas ke arah tamunya yang masih juga tak berkedip memperhatikan anak gadis sematawayangnya itu, "Jadi, sampai di mana kita tadi?" tukas sang Ratu penguasa Britania Raya dengan nada angkuh bercampur sinis.
Bangsawan mesum yang tertangkap basah telah memperhatikan putrinya itu seketika menunduk malu karena takut menghadapi murka sang Ratu, dengan terbata-bata, pria itu mencari cari alasan untuk membenarkan setiap tindak-tanduknya yang tidak bermoral, namun, sang Ratu dengan sangat dingin berkata, "Jangan pernah datang kemari lagi, keluar kau dari istanaku, badebah!"
Dan dengan begitu, bangsawan mesum ini diseret keluar oleh para pengawalnya.
To Be Continued....
____________________
Holaa yg di rumahnya pd mati lampu wkwk. Gmna nih first impression-nya menurut kalian? Terhibur ga? Latar suasananya dapet kan? Ayoi dungss speak up guys, ku excited sekali ingin mendengar kesan pesan dari kalian wkwk, klo bnyk yg support ni story, Insyaalloh ku fast update hehe, thank you all yg udh mampir huhu, I purple U 💜
Made by
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top