Prolog

Jakarta, 22 Mei 2012.

"Kamu yakin mau nerima perjodohan ini padahal kamu tahu pernikahan kita bukan didasari dengan cinta?" Pertanyaan yang dilontarkan Mas Juan membuatku mengangguk sembari melempar tatap penuh keyakinan.

"Iya, yakin. Aku juga percaya cinta akan tumbuh karena terbiasa. Dan aku juga percaya, selama aku masih mencintai kamu, kamu pasti juga akan mencintai aku." Meskipun jawabanku terdengar naif, tapi itu sudah menjadi keputusanku. Mungkin aku menikah dengan Mas Juan karena keluargaku butuh uang dan Mas Juan butuh aku untuk mendapatkan warisannya. Namun, meski begitu aku tetap akan menikah dengan Mas Juan karena aku benar-benar mencintainya.

"Kalau begitu ... kamu bisa baca ini." Mas Juan menyodorkan map berwarna biru ke arahku.

"Ini apa?" Aku mengambil berkas yang baru saja disodorkan oleh Mas Juan dan membacanya. "Aturan di keluarga Abraham?"

"Baca aja dulu. Hidup di keluarga Abraham itu enggak mudah, Alea. Kamu harus menghadapi keluarga saya yang super perfeksionis dalam segala hal. Keluarga saya juga enggak pernah mentolerir perceraian apa pun alasannya. Kalau pun perceraian tetap terjadi, saya dan kamu akan diusir dari keluarga Abraham. Bukan hanya kamu yang enggak dapat harta, tapi saya juga kehilangan kekuasaan dan warisan." Mas Juan menjelaskan. Sementara aku membaca pelan-pelan aturan yang ada di keluarga Mas Juan.

Cukup ketat. Namun, tidak masalah. Lagi pula aku yang ingin menikah dengan Mas Juan, aku yang jatuh cinta padanya. Tidak boleh bercerai? Bukankah harusnya aku bersyukur? Karena dengan adanya aturan ini, Mas Juan tidak akan berani macam-macam. Dia tidak akan menceraikanku.

"Oke, aku paham." Aku meletakkan kertas yang berisi aturan keluarga itu di meja.

Mas Juan tersenyum simpul sebelum mengeluarkan berkas lain lagi dan menyodorkannya ke hadapanku. "Tanda tangan di sini kalau kamu enggak keberatan."

"Baik." Dengan senang hati aku menandatangani surat perjanjian pra nikah itu.

Siapa, sih, yang tidak senang jika mengetahui sebentar lagi dirinya akan bersanding dengan laki-laki yang diidam-idamkannya selama ini? Kebaikan Mas Juan yang selalu membantu bisnis orang tuakulah yang berhasil membuat aku jatuh cinta padanya. Dia juga sosok yang lembut dan perhatian.

"Sudah." Aku menyerahkan surat perjanjian itu pada Mas Juan.

"Selamat datang di keluarga saya, Alea. Saya harap kamu enggak pernah menyesali keputusan kamu hari ini." Mas Juan berdiri sambil merentangkan kedua tangannya. Lesung pipit laki-laki itu terlihat kala senyumnya mengambang sempurna.

Dua sudut bibirku terangkat ke atas sebelum aku beranjak dari duduk dan masuk ke dalam pelukan Mas Juan yang terasa sangat nyaman.

"Aku enggak akan nyesal, Mas. Meskipun suatu saat terjadi masalah, aku tetap enggak akan minta pisah dari kamu."

***

Selesai ditulis tanggal 12 Mei 2024.

Prolog ini ... buat mempermudah kalian untuk membaca bab selanjutnya. Jujur, sih, awalnya takde niat buat prolog. Tapi setelah kupikir-pikir, ya, sudahlah, buat aja.

Jadi, gimana? Ada yang sudah bisa menyimpulkan akan dibawa ke mana cerita ini? #mau dibawa ke mana hubungan kita~ #gubrak!

Semoga suka, ya, seperti biasa, aja, sisipkan komentar di sela-sela kalimatnya. See u gessss!

Luv, Zea❤🔥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top