19.02
Shingeki no Kyojin milik
Hajime isayama
Warning!
OOC, typo, Gaje, dll
Judul: fakta(1)
Note: jangan lupa vote dan komen nya ya~
_______________
Happy reading
_______________
.
.
Bella kini menatap malas orang-orang di depannya. Ia tidak menyangka kalau akan seramai ini.
Kalau tau akan seramai ini.. lebih baik ia gak ikut ayah dan ibunya tadi.
Flashback on.
Setalah Riven Dan Rien selesai dengan kegiatan menghapus air matanya. Kini para orang dewasa ikut berkumpul di tempat duduk itu.
Bella duduk di antara kedua orangtuanya begitupun dengan Riven Dan Rien yang duduk diantara Levi dan Eren.
10 menit kemudian pintu kembali terbuka menampilkan Erwin, Armin, Hanji, Mike, Arvin, Maine, Jean, Mikasa, dan Jermi.
Bella yang melihat dua orang tidak dikenal tentu bingung. Tapi ia lebih baik diam dari pada bertanya.
Dan setalah orang-orang itu duduk suasana pun hening.
Flashback off.
Bella kesal dalam hati.. ini sudah lebih dari 20 menit mereka semua saling diam. Bahkan para anak-anak juga ikut diam.
Karena kesal tanpa sadar Bella menghela nafas dan karena itu Bella jadi pusat perhatian saat ini.
"Ano.. jika mau diam-diaman saja... Boleh kah aku pergi? Aku lebih baik duduk di taman dari pada duduk di sini. Setidaknya taman sejuk dan menenangkan tidak seperti disini yang dingin mencengkram." Ujar Bella benar-benar kesal dengan situasi disini.
"Kau berani juga nak." Ucap Erwin pada Bella.
"Ya kurasa kita mulai saja pembicaraan ini." Ucap Farlan.
Bella entah kenapa merasa kalau percakapan ini akan membuat dia kesal. Tapi dia harus menahan nya. Ia tidak ingin keluar dari ruangan ini dan tersesat di kantor ini.
"Baiklah, apa ada yang ingin kau sampaikan Levi? Mikasa?" Tanya Hanji pada kedua orang yang hanya diam.
"Sebelumnya.. anak-anak main sama Armin lah terlebih dahulu." Ucap Isabel yang diangguki setuju oleh semuanya dan mereka pun pergi keluar ruangan.
Kini hening kembali melanda.
Levi berdiri dan tanpa berbicara dia pergi menuju ruangan di sebelah kiri mejanya, tempat tadi mereka berdiskusi.
Mikasa yang melihat itu ikut berdiri dan berjalan mengikuti Levi. Sementara yang lainnya hanya diam. Tau kalau ini harus diselesaikan oleh kedua bersaudara itu.
.
.
.
.
Bella kini bersama Armin dan anak-anak yang lain duduk di taman. Ia melirik Maine yang kini tengah mengobrol dengan Jermi karena mereka duduk bersebelahan.
Lalu tatapannya beralih pada Arvin dan Armin yang juga tengah berbicara tentang hari-hari Arvin di sekolah.
Bella kemudian melirik Rien dan Riven yang masih diam menunduk sejak kejadian tadi.
Bella menghela nafas, sepertinya dia harus menghibur si kembar, "Riven, Rien." Panggil Bella dan kedua orang yang disebut menoleh kearah nya.
Bella tersenyum dan mengeluarkan ponselnya, "kalian tau?" Tanya Bella yang tentunya mendapatkan gelengan dari yang ditanya.
"Ravi sangat suka musik."ucap nya dan kini di kembar menghadapkan badannya kearah Bella.
"Ma-maksudnya?" Tanya Rien
"Jika kalian ingin dekat dengan Ravi.. mulailah dengan obrolan ringan dengan nya, jangan keluarkan aura waspada ataupun aura yang mengatakan kalian ingin membunuhnya."
"Dan... Bicarakan hal-hal yang dia sukai." Jelas Bella
Si kembar terdiam berpikir sebelum mereka mengangguk dengan senyuman.
Bella pun menyalakan ponselnya dan memainkan jarinya disana sebelum menunjukkan salah satu video YouTube kepada si kembar.
"Chanel ini adalah salah satu channel favorit Ravi... Apa kau tau l.i.t.d?" Tanya Bella namun bukannya si kembar yang menjawab.. justru malah Arvin dan Jermi yang menjawabnya.
"L.i.t.d?! L.i.t.d yang itu?!" Ucap keduanya kompak yang ternyata curi-curi dengar obrolan antara Bella dengan si kembar.
"Eh.. kalian berdua juga tau?" Tanya Maine dan tentunya diangguki dengan semangat oleh keduanya.
"Memang apa itu l.i.t.d?" Tanya Armin penasaran
"L.i.t.d adalah sebuah kelompok Chanel YouTube yang di bagi menjadi beberapa Chanel." Ujar Arvin.
"Chanel nya terdiri dari unit/tim welife, airfree, trevlike, eagle eyes, the little shadow, sprinklestar dan the red swords dengan 7 Chanel."
"1 Chanel resmi mereka semua, 5 Chanel masing-masing dan 1lagi masih kosong." Jelas Jermi.
Armin sedikit terkejut sebenarnya, tak menyangka bahwa anaknya akan suka tentang hal-hal yang ada di YouTube selain pembelajaran.
Rien dan Riven yang mendengar nya malah penasaran. Sementara Maine dan Bella tersenyum melihat rasa penasaran yang cukup besar dari si kembar.
"Chanel ini adalah salah satu Chanel favorit Ravi, disini ada video tentang game, treveling, dan yang lainnya.. tapi yang paling Ravi sukai adalah musik." Jelas Maine pada semuanya.
"Ravi-senpai?" Tanya Arvin dan diangguki oleh Maine.
Lalu Bella dan Maine pun mulai menjelaskan hal-hal yang disukai oleh Ravi pada mereka. Dan sedikit menjelaskan siapa Ravi pada Armin.
Sementara itu di dalam ruangan ruang kerja Levi kini Mikasa dan tentunya dirinya tengah saling berdiam diri satu sama lain dengan saling menundukkan kepalanya.
"Lama tak bertemu." Ucap Mikasa membuka suara
"Ya.. kau sudah punya anak ternyata." Ucap Levi pelan.
"Bukankah kau sendiri juga sudah punya? Bahkan sudah 3?" Kali ini Mikasa tersenyum mengejek namun ia masih menunduk.
Levi yang mendengar itu hanya diam.
"Kau tau dari siapa?" Tanya Levi setalah diam cukup lama.
"Jermi." Jawab Mikasa pelan.
Hening kembali...
"Kau tidak tau diri banget ya?" Mulai Mikasa tak tahan harus terus menerus menahan kekesalannya selama ini.
"Berani menunjukkan wajah mu itu didepan kami.. terutama Eren."
"..."
"Setalah apa yang kau lakukan?.." tanya Mikasa kini mulai mengangkat wajahnya. Berbeda dengan Levi yang masih menunduk.
"Kau tau kan apa saja yang telah kau lakukan pada ku?! Pada Eren!!" Kini Mikasa mulai meninggikan suaranya. Namun, Levi masih tetap pada posisinya.
"Kau menyakiti kami.. kalian menyakiti kami!!"
"..."
"Belum puas kah kalian menyiksa Eren?!!"
"Apa salah Eren hingga kalian siksa ha?!!" Teriak Mikasa kini mulai meneteskan air matanya.
Levi yang mendengar isak tangis adiknya mengangkat wajahnya, "aku tau.. aku memang brengsek bukan?" Tanya Levi dan ini membuat Mikasa sedikit terkejut dan menatap Levi dalam diam.
"Aku memang brengsek terpengaruh omongan orang lain.. tapi.. apa kau akan percaya jika aku jelaskan semuanya?"
Kini Mikasa terdiam, "apa maksud mu?"
"Kita.. kita sudah terkena jebakan Mikasa." Jawab Levi dan ini membuat Mikasa terkejut.
"Keluarga kita telah di jebak.. secara tidak sadar kita telah termakan jebakan musuh.. kita membuat diri kita sendiri terperangkap dalam jebakan musuh." Ujar Levi.
"A-apa.. t-tidak mung..kin.."
"Percayalah itu kenyataannya."
Mikasa tak mau percaya akan pernyataan tersebut. Tapi, Mikasa tau kalau saat ini Levi tidaklah sedang berbohong.
"Siapa yang melakukannya?" Tanya Mikasa dan ini mendapatkan gelengan dari Levi.
"Aku masih belum menemukan nya." Ujar Levi pelan.
"A-apa yang lain sudah tau?" Tanya Mikasa.
Levi menggeleng, "hanya kau dan aku saja yang mengetahui nya.. untuk yang lainnya.. belum saatnya kita beritahu."
Mikasa diam-diam setuju dengan keputusan Levi, "ja-jadi.. ini bukan salah nii-san.. atau kaa-san dan tou-san.. ini salah orang itu?" Tanya Mikasa dan kini Levi menggeleng.
"Itu tetap kesalahan ku.. aku dengan mudahnya menurut dan terbawa emosi." Ujar Levi
"Karena itu.. maafkan aku.." kali ini Levi menundukkan badannya sedikit dan ini mengejutkan Mikasa.
"Aku tau aku tak pantas mendapatkan maaf dari siapapun.. entah itu kamu.. Rien.. Riven.. apalagi Eren.. a-"
Greb
Perkataan Levi terpotong oleh sebuah pelukan. Levi terkejut tentu saja, ia tak menyangka Mikasa akan memeluknya.
"Nii-san baka." Gumam Mikasa pelan.
Levi terdiam sejenak sebelum mendengus dan mengusap Surai yang senada dngan dirinya tersebut dengan lembut.
"Aku tau...apa kau mau memberikan ku kesempatan Mikasa?" Tanya Levi dan dibalas anggukan kepala oleh Mikasa.
.
.
"Jadi Eren sudah memaafkan nii-san?"tanya Mikasa
"Ya, dan aku tak percaya kau akan tetap memanggil ku itu." Ucap Levi dengen senyum yang sedikit menyebalkan bagi Mikasa.
"Serah aku."
"Bagaimana dengan Riven Dan Rien?" Tanya Mikasa Dan ini membuat Levi terdiam beberapa saat.
"Aku akan memberitahu mereka secepatnya... Walau aku merasa itu tidak perlu."
.
.
.
Eren dan yang lainnya menunggu dengan cemas sebelum suara pintu terbuka dan menampilkan Armin beserta anak-anak yang tampaknya sudah puas bersenang-senang.
Dan tak lama setelah itu suara pintu yang terbuka kembali terdengar dan kali ini yang muncul adalah Levi dan Mikasa.
"Bagaimana tadi jalan-jalannya?" Tanya Mikasa pada sang anak.
"Menyenangkan." Jawab Jermi dengan senyum senang dan bahagia.
"Ne Bella-senpai." Panggil Rien dan Bella menoleh dengan bingung .
"Ya? Ada apa?"
"Eto.. Bella senpai punya nomor Ravi-senpai?"
Bella dan Maine swetdrop, ini si kembar belum nyerah juga kayaknya buat bertemu dengan Ravi.
"Ya, aku punya.. tapi kurasa Ravi tidak akan senang aku memberikan nomor nya pada orang lain tanpa seizinnya." Bella meringis saat melihat tatapan Rien yang mulai tampak mematikan dan dia dengan perlahan bersembunyi dibelakang Maine.
"Ma- Maine.. please.. help me." Bisik Bella tapi Maine juga sedikit takut dengan tatapan tersebut.
Sementara para orang dewasa hanya menggelengkan kepalanya melihat kegigihan si kembar.
"Siapa Ravi?" Tanya Jean saat mendengar sebuah nama asing ditelinga nya.
"Ravi itu senpai kami.. anaknya paman iblis." Jawab Riven Dan kembali menatap Bella dan Maine yang sudah mundur sampai pojokan.
Sementara para orang dewasa mines Eren dan Mikasa menatap Levi tak percaya dan menuntut penjelasan.. terutama dari para sahabat nya si iblis cebol ini //ditendanglevi
Wherever you are, I'll always make your smile.
Wherever you are, I'm always by your side
Hening seketika.
"Suara ponsel siapa itu?" Tanya Arvin pada semuanya yang terdiam.
Bella dan Maine saling bertatapan, "bel, itu ponsel mu." Gumam Maine dan diangguki oleh Bella.
Bella mengeluarkan ponselnya dan sedikit melebarkan matanya saat melihat nama yang tertera di layar ponsel nya.
"Panjang umur banget."
"Moshi-moshi, Ravi!!! Tolong aku!!" Ucap Bella dengan sedikit berteriak dan itu mengejutkan semuanya. Terutama saat nama Ravi diucap olehnya.
"Me-memang apa yang terjadi pada mu?" Tanya Ravi terdengar tidak mengerti dengan situasi Bella saat ini.
Dan sepertinya Ravi tidak mengetahui kalau Bella me loudspeaker panggilan tersebut.
"Ravi... Kau masih ingat dengan si kembar yang mirip dengan mu?" Tanya Bella berusaha mengabaikan tatapan semua orang yang terarah padanya terutama tatapan si kembar.
"Ya, tentu saja.. memang apa yang terjadi?"
"Mereka ingin membunuhku jika tidak memberikan nomor telepon mu pada mereka!" Ok, sepertinya salah satu sifat Farlan menurun kepada Bella.
Sementara Rien dan Riven tampak kesal karena Bella melebih-lebihkan situasi.
"... Kalau begitu kasih saja." Jawab Ravi.
"Eh?.. kau tidak keberatan?" Tanya Bella bingung.
"Ya, selama mereka tidak mespam chat atau telpon, itu tidak masalah bagi ku.. lagipula ku yakin kau tidak ingin mati kan?" Perkataan Ravi sukses membuat Bella terdiam dan tersenyum canggung.
Benar juga.. dari pada dia mati di tangan si kembar .. mending... Kasih saja nomernya.
"Oh ya.. Rav.. ada apa?" Tanya Bella mengalihkan percakapan.
"Ah ya.. soal kerja kelompok besok.. maaf ya aku kayaknya gak bisa datang." Ucap Ravi terdengar tidak enak.
"E-eh?!!" Pekik Bella dan Maine tak terima
"Loh kenapa?" Tanya Maine merebut ponsel Bella yang masih dalam mode loudspeaker sementara Ravi tampak bingung untuk mengatakan alasannya nya apa tidak.
"Jangan katakan kalau kalian berempat dapat tugas lagi dari guru?" Ucap Maine dan tidak ada jawaban dari sebrang untuk beberapa saat.
"Eto..untuk detail lengkap nya kalian bisa bertanya pada Lien... Sampai jumpa."
Lalu telpon pun diakhiri oleh Ravi.
Semuanya hening.. terutama Bella dan Maine yang tampak sedang merenung dan mengeluarkan aura suram? "bel.. tugas kita besok banyak banget.." ucap Maine lemas
"Jika hanya dikerjakan bertiga tak akan bisa.." lanjut Bella Dangan nada pasrah dan lelah.
"Kenapa mereka berempat selalu kompak banget sih?!" Tanya Maine dan dijawab angkat bahu dari Bella pertanda dia tidak tau.
Mereka terdiam beberapa Saat sebelum Maine mengeluarkan seringai nya, "kita kerjakan saja sedikit.... Dan sisanya dikerjakan oleh mereka berempat." Ucap Maine dan langsung disetujui oleh Bella lalu mereka saling ber hai-five ria Dan saling menyeringai.
Mereka berdua mengabaikan tatapan orang-orang yang ada di ruangan tersebut terutama tatapan Levi saat mendengar perkataan tugas lagi dari guru.
Apa maksudnya itu?
Di sisi lain Ravi yang baru saja mematikan telpon secara sepihak itu menghela nafas lelah.
"Bagaimana respon mereka?" Tanya Hiro dan hanya dijawab senyuman pasrah dan lelah saja dari Ravi.
Lien yang ada disebelahnya menepuk pundaknya sekali, "aku akan mengurus mereka.. kalian kerjakan saja tugas kalian ..."
Ravi dan Hiro yang mendengar itu mengangguk dengan pasrah dan Lien yang melihat itu hanya tersenyum miris.
"Semua akan baik-baik saja." Ucapan Lien yang terkesan tiba-tiba itu membuat Hiro dan Ravi bingung.
"Semua akan baik-baik saja.. aku yakin itu."ucap Lien sekali lagi dan kini keduanya sudah kembali tersenyum walau tipis.
"Semua akan baik-baik saja... Selama kalian tidak terpengaruh oleh emosi kalian." Batin Lien sambil tersenyum sendu dan mengalihkan pandangannya ke arah sebuah bunga yang ada disebelahnya.
.
.
.
.
To be continued.
.
.
.
.
1974k!!!! Tanggung ya.. dikit lagi 2k ...
Chapter terpanjang kali di bab ini!!
Nah.. untuk seterusnya.. mungkin chapter nya akan cukup panjang seperti chapter ini ...
Nah apa kalian puas dengan chapter kali ini?
Dan.. hayo~ siapa yang menjebak keluarga Ackerman hayo~
Karena ada perubahan alur maka akan di tambahin Beberapa chapter dulu Minna sebelum tamat hehehe 😁.
Nah.. see you in the next chapter guys:D
Total Word: 2093word
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top