13
Shingeki no Kyojin milik
Hajime isayama.
Warning:
Bxb , OOC , typo .
Peringatan!
Bagi yang humo phobia harap menjauh saja!!!
Dilarang mengcopy paste cerita dalam bentuk apapun! Jika ia gua tabok Lo pada satu-satu!!
Ok happy reading Minna.
Judul : rencana 1
.
.
.
.
Jangan lupa vout dan komen.
.
.
.
.
.
.
"nii-san!!" Panggil Rien yang tidak di gubris oleh Riven untuk ke sekian kali nya.
"Ihh , NII-SAN!1!1!1" teriak Rien super kenceng tepat di sebelah kuping Riven .
"Akhh!! Rien! Apa-apaan kamu!" Bentak Riven sambil menutup telinganya yang berdengung karena teriakan super membahana Rien.
Rien yang tadi nya ingin marah karena dari tadi di cuekin oleh sang kakak malah tertawa melihat wajah marah kakaknya.
Wah.. jarang-jarang nih kakak nya marah .. harus di abadikan . Tapi , sayangnya ia tidak membawa ponsel jadinya ia hanya tertawa sepuas-puasnya.
"Hahaha , sorry nii-san hahaha.."
Riven menatap kesal Rien . Ingin sekali ia menendang sang adik hingga langit ke 7 namun , ia masih sayang nyawa untuk melakukan hal yang senekat itu.
"Nii-san , kapan kita mulai rencananya? Aku ingin mereka bersama lagi nii-san." Ucap Rien.
"Jadi kau ingin mereka langsung baikan? Gak mau bales dendam dulu ke paman Rivaille karena menyakiti papa?" Tanya Riven dengan nada mengejek.
Rien mendengus mendengar penuturan sang kakak , "lebih asik saat mereka sudah damai .. dan saat dimana paman Rivaille mengaku saat itulah kita bisa membalas dendam kak." Ucap Rien datar
Riven diam menatap Rien . Ia sepertinya lupa satu hal soal Rien .... Akh iya Rien lebih kejam dari dirinya jika menyangkut hal yang ia sayangi.
Tapi .. ide Rien bagus juga.. kan?
"Kau bener juga , bagaimana kalou.." Rien membisikkan sesuatu ketelinga Rien lalu menyeringai .
Rien langsung tersenyum senang , "ide bagus kak!" Ucap Rien
Riven hanya menyeringai dan tanpa sadar kalou mereka sudah masuk ke area sekolah dan ... Dimulailah hal yang paling di benci oleh Rien di sekolah.
"KYAAAA!!! RIVEN -SAMA!!."
"KYAA PANGERAN KU SUDAH DATANG!!"
"YA AMPUN RIEN-SAMA BENAR-BENAR TAMPAN HARI INI."
"RIVEN-SAMA JADILAH SUAMI KU!!"
"KYAAAA PACARKU!!!"
Rien berjalan menuju kelas nya sambil menutup kedua telinganya dengan tangan . Lalu bagaimana dengan Riven? Dia mah jalan biasa aja cuek bebek dengan teriakan itu.
Jujur kadang Rien heran .. kenapa sang kakak tahan dengan teriakan GILA itu? Dia aja serasa ingin pecah telinga nya.
Hah.. pernah terlintas ide di benak Rien untuk membunuh aja tuh fans nya dari pada ia kehilangan Indra pendengaran nya ia GK?
Namun ia tidak melakukan nya .
Alasan nya bukan karena ia takut di penjara ... Alasannya adalah....
Ia tidak ingin di hukum oleh Eren !!!!
Baiklah setidaknya mungkin ia harus bisa menahan semua teriakan ini sampai ia tamat sekolah saat kuliah nanti.
Dan tolong doakan dia semoga telinganya masih berfungsi hingga itu tiba.
————
📆
————
"Nii-san.. yakin ini akan berhasil?" Tanya Rien tak yakin .
"Liat saja nanti." Jawab Riven yang asik melihat ponselnya.
Kini Rien dan Riven sedang berada di sebuah daerah wisata di Jepang.. sebenarnya ini adalah tugas kelas mereka namun entah kenapa mereka harus mengerjakan nya sendiri-sendiri dan harus di dampingi oleh 1orang dewasa.
Mungkin itu wajar . Karena , akhir-akhir ini marak terjadi kasus penculikan di daerah ini.
"Riven, Rien." Panggil seseorang yang membuat mereka menoleh .
"Paman!" Teriak Rien yang langsung berlari ke arah Levi yang baru saja datang dan langsung memegang tangan nya itu.
"Nii-san! Nii-san dengan papa aja nya.. Rien dengan paman .. ok! Bye!!" Ucap Rien lalu menarik tangan Levi menjauh dari Riven .
Sementara Riven yang di tinggal bengong seketika .. ok fiks ia ingin memukul adik nya detik itu juga.
Riven menghela nafas panjang lalu menyumpahi adiknya sejenak sebelum kembali fokus ke ponselnya.
"Riven."
Riven menoleh dan menemukan Eren yang kini sudah berada di depannya dengan nafas memburu.
"Di- dimana Rien?" Tanya nya
Riven diem sejenak sebelum menjawab , "dia sudah duluan."
"Dengan siapa?"
"Paman iblis." Jawab Riven singkat.
"Oh , paman yang sering kalian ceritakan.. kalian tidak memaksa dia untuk datang kan?" Tanya Eren
Riven menggeleng , "tidak , dia sendiri yang bilang kau dia bisa datang." "Lagi pula dia ayah kami." Lanjutnya dalam hati.
Eren menghela nafas pasrah , "baiklah , kalou begitu kita segera pergi." Ucap Eren dan di angguki oleh Riven .
.
.
Tempat Rien.
.
.
Kini Rien tengah di gendong di pundak Levi sambil memotret pemandangan dan objek-objek yang menurut nya bagus.
"Paman! Apa paman sudah bertemu dengan istri paman?" Tanya Rien tiba-tiba masih sambil memotret sekitar.
Levi sedikit menegang mendengar pertanyaan tersebut , "ya .. sudah." Ucap nya.
"He?! Benarkah?! Bagaimana? Apa berjalan baik?" Tanya Rien sambil menunduk untuk melihat Levi .
Levi hanya membalasnya dengan gelengan pelan , "tidak ada kesempatan nak , lagi pula mungkin dia sudah bahagia dengan keluarga nya .. aku tidak berhak menghancurkan kebahagiaan dia untuk kedua kali nya dengan kehadiran ku." Ucap Levi
Rien seketika terdiam lalu ia tersenyum pelan , "tapi paman ... Tidak ada salahnya kan? Walou paman tidak mendapatkan (papa) istri paman kembali . Setidaknya paman bisa mendapatkan maaf nya .. jangan menyerah paman!" Semangat Rien pada Levi .
Levi tersenyum tipis , "ya kau bener .. aku tak percaya aku berbicara hal seperti ini dengan bocah."
Rien seketika cemberut di panggil bocah oleh Levi , "aku bukan bocah paman!!" Teriak nya kesal .
Levi tertawa pelan lalu menurunkan Rien dari pundak nya , "kau bocah , tapi ... Paman senang .. paman harap paman mempunyai anak seperti mu juga." Ucap Levi sambil mencubit hidung mancung Rien .
Rien memberontak dan Levi segera melepaskan cubitan nya , "aduh.. ngomong-ngomong soal anak .. paman ! Apa paman sudah punya anak?" Tanya Rien saat teringat satu hal.
Levi tak menjawab selama beberapa detik , "ya , paman punya ." Ucap nya sambil tersenyum tipis.
"Seperti apa dia paman?" Tanya Rien penasaran (dalam hal lain).
Levi berpikir sebentar , "dia anak yang giat , dia juga tipe orang yang pendiam seperti kakak mu ." Ucap nya sembari tersenyum tipis namun dengan sorot mata penuh kesedihan.
Rien yang menyadari sorot mata tersebut langsung kebingungan , "paman? Paman kenapa?" Tanya Rien .
Levi tersenyum dan mengacak-acak rambut Rien sayang , "paman tidak apa-apa , sebaiknya kita segera pergi ke tempat selanjutnya." Ucap Levi dan berjalan terlebih dahulu.
Rien masih diam di tempat , ia memegang puncak kepalanya yang baru saja di acak-acak oleh Levi.
"Hangat dan nyaman." Gumamnya pelan sebelum menyusul Levi dengan setengah berlari.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan interaksi tersebut dengan wajah datar namun menahan sekelabat emosi di dadanya .
". ...."
Orang itu memegang puncak kepalanya dan mencengkram erat helai-helai rambutnya sambil menggigit bibir bawahnya kuat.
"Ravi."
Ravi -orang tersebut yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Levi dan Rien menoleh ke asal suara .
"Kalou sakit jangan di lihat , lebih baik kita segera kembali."
Ravi mengangguk , "baiklah , ayo kita kembali .. kau sudah membeli semuanya kan Hiro?" Tanya Ravi pada sahabat nya Tersebut.
"Nih , sudah ku beli semua .. hanya saja .. ada beberapa yang tidak bisa ku temukan." Ucap Hiro sambil menunjukkan tas nya.
"Tak apa , mungkin yang lain bisa menemukan nya." Ucap Ravi lalu berjalan menjauhi tempat tersebut.
"Kau tau Ravi .. sepertinya bukan hanya kau yang bertemu dengan 'mereka' tapi aku pun bertemu." Ucap Hiro .
"Benarkah?" Tanya Ravi sedikit menoleh pada Hiro .
Hiro mengangguk lalu menoleh pada Ravi dan menatapnya serius , "kau tau Rav? .. hal yang kita lihat saat ini tidak sebanding dengan apa yang akan kita lihat selanjutnya." Ucap Hiro
Ravi mengangguk , setuju dengan penuturan Hiro , "sekarang kita fokus pada proyek kita terlebih dahulu.. setelah itu .. kita mungkin bisa bebas dari rantai besi ini." Ucap nya sambil menepuk pundak Ravi .
"Ya kau benar .. menyerang secara halus.."
"..dan mendapatkan hasil yang bagus."
Lalu keduanya tertawa pelan , "eh Rav , setelah perlengkapan terakhir .. kita mampir dulu ke sebuah restoran atau cafe nya? Aku paper banget nih." Ucap Hiro sambil memegang perutnya.
Ravi tertawa pelan dan mengangguk , "ya tentu , aku tidak akan kuat jika harus membawa mu sampai ke markas kita."
"Uhh kau tega Rav ."
"Hahahaha muka mu lucu Ro."
"Akh! Kau sama saja Rav!"
"Hahaha."
"Ravi!!"
"Baik-baik aku akan berhenti tertawa."
Hiro cemberut dan segera mempercepat laju jalan nya , meninggalkan Ravi .
"Hei!" Teriak Ravi lalu segera mengejar Hiro .
To be continue.
Minna!!!
Ya ampun!! Alur nya berbelit-belit nya? Kayak benang kusut.
Alur ceritanya berjalan lambat lagi.
Apa kalian tidak masalah dengan alur selambat ini? Ya.. walou setiap part mengandung hal yang tidak aku ceritakan sih..
Tapi.. kalian sadar tidak? Setiap -emm tidak setiap part juga sih ..
Intinya hampir setiap part di cerita ini .. ada bagian yang aku sembunyikan.
Dan...
Mungkin untuk part yang akan datang (entah part yang keberapa) aku akan melakukan sesi tebak-tebakan.
Jika yang berminat silahkan menjawab jika tidak ya.. tak apa sih hehehehe.
Ok jangan lupa VOUT dan KOMEN ya.
Bye bye Minna ... Sampai jumpa..😘.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top