5. Perasaan Bian


Cinta sedang bersantai di rumahnya sore setelah dia pulang kerja. Dia berbaring di ranjangnya yang berukuran kecil sambil menonton televisi ditemani camilan yang dia beli di warung dekat rumahnya.Saat sedang asyik dan tertawa sendiri suara ponsel usang miliknya berbunyi.
Sebuah nomor tak dikenal membuat dia enggan mengangkat panggilan itu.
Namun, si penelpon tidak juga menyerah, membuat Cinta terpaksa menjawabnya.

"Hal___," Belum selesai kalimat dari mulut Cinta, orang yang menelponnya langsung berbicara panjang lebar.

["Kenapa kamu lama sekali mengangkat telpon saya. Kamu siap-siap sekarang, supir saya akan menjemput kamu. Sepuluh menit lagi dia akan sampai."]

"Tap- tapi ini siapa?" tanya Cinta bingung juga gugup. Dia tidak mengerti kenapa harus gugup, apakah karena suara yang familiar itu?

["Bersiaplah love. Aku Bian, dan aku mau kamu temani nonton malam ini. Supirku sudah didepan rumah kamu."]  Mendengar itu Cinta langsung berdiri dan keluar kamarnya, benar saja di sana sudah ada mobil sedan berlogo BMW warna hitam dan seorang pria yang menunggunya di depan pintu mobil.

"Kenapa anda selalu bertindak sesuka hati anda sih?!  Cinta kesal setengah mati tapi dia buru-burh mengganti pakaiannya. Celana jeans denim dan kaos polos berwarna putih yang membentuk tubuh Cinta. Tak lupa cardigan coklat juga dia pegang. Dia buru-buru keluar rumahnya setelah mengambil tas. Didepan rumahnya pria yang sudah berusia sekitar 40 tahun lebih menunduk hormat.

"Maaf mbak ini mbak Cinta?" tanya bapak itu sopan.

"Iya pak, saya Cinta."

"Mari mbak, anda sudah ditunggu oleh pak Bian." Bapak itu membukakan pintu mobil untuk Cinta, dan dengan canggung Cinta masuk kedalam mobil itu. Beberapa kali dia melihat supir Bian itu tapi mereka tidak berbicara apapun selain Cinta yang merasa konyol sendiri karena mengikuti semua kemauan bos-nya tersebut.  Tak lama mobil itu masuk kesebuah gedung tinggi dan Cinta tahu ini adalah apartmen. Cinta turun dari mobil dan supir Bian mengantarkannya menuju unit Bian yang berada dilantai tiga puluh.

Saat berada didepan pintu salah satu unit, Cinta ditinggalkan sendiri. Sebelum dia berteriak memanggil supir Bian itu, ponsel di dalam tasnya berbunyi.
"Halo."

["Ingat kode nya, dan masuk setelah pintu itu terbuka."]
Cinta menekan kode tersebut, Cinta masuk dengan wajah kesal mencari dimana keberadaan Bian. Tiba-tiba kursi roda Bian muncul dari dalam kamarnya dengan tersenyum manis. Namun, Cinta tidak perduli, kenapa ini bos suka sekali membuatnya kesal.

"Kenapa bapak meminta saya menemani bapak nonton? Dan ini apa? Nonton itu di bioskop."
Pikiran Cinta adalah pasti Bian berotak mesum karena mengajaknya ke apartment pria ini. Suara tawa seseorang membuat Cinta menoleh ke sumber suara. Disana ada dua pria dan satu wanita.

"Hai Cinta? Kamu lucu banget kalau marah." Cinta membuka mulutnya karena melihat Pria tampan yang biasa muncul ditelevisi itu lagi. Sudah tiga kali dia bertemu Brian karena berurusan dengan Bian.

"Biasa aja lihatnya. Ayo duduk, kita Movie Marathon." Bian mengajak Cinta duduk disofa yang sudah ada Brian, Bella satu pria yang Cinta tidak tahu siapa namanya.
Cinta sudah mengenal Brian, dan Bella tapi yang satunya dia tidak tahu.

"Dia tunangan ku, namanya Revan," suara Bella membuat Cinta mengerti dan tersenyum, mereka berjabat tangan sebentar dan Cinta memilih duduk dikursi Sofa yang begitu empuk layaknya tempar tidur. Didepannya sudah begitu banyak cemilan, pop corn, bahkan dua ember KFC juga ada.
Saat film dimulai ternyata mereka akan menonton film lama yang berjudul Freinds with benefit.
Sepanjang film diputar Cinta terlihat serius menonton, sedangkan Brian yang paling usil dengan tertawa kencang membuat Bian kesal, lalu melemparkan satu butir pop corn kearah Brian.

Bian mengambil posisi duduk disebelah Cinta dengan kursi rodanya. Cinta melihat Bian yang memperhatikan televisi didepan mereka, Cinta mengukir sedikit senyum memperhatikan wajah bahagia Bian saat ini.
Bian memang terlihat lebih tampan di jarak sedekat ini. Didalam hati Cinta dia bertanya, bagaimana pria ini menjalani kehidupannya dengan kursi roda. Bian yang merasa diperhatikan sedari tadi menoleh kearah Cinta, membuat Cinta langsung gugup dan memalingkan wajahnya.

"Kamu kenapa menatapku seperti itu? Kasihan?" tanya Bian membuat Cinta kesal lagi, karena Bian selalu memikirkan hal secara sepihak. Kemudian Cinta melihat kearah Bella yang berdiri dari duduknya disusul oleh Revan. Wajah Bella terlihat khawatir.

"Maaf mas, aku harus kembali kerumah sakit. Barusan dapat kabar tau kalau ada pasien yang harus dioperasi malam ini." Revan dan Bella keluar dari apartemen itu membuat ketiga orang disana sedikit terkejut dengan kepanikan Bella.Cinta pun mulai tahu kalau Bella adalah seorang dokter.

"Kalau gitu, gue juga balik ke studio deh mas. Kalian nikmatin aja filmnya berdua."
Brian berpamitan kepada Bian dan juga Cinta. Cinta merasa tidak enak berduaan dengan Bian dan dia berinisiatif untuk juga kembali ke rumahnya.

"Pak, saya permisi pulang juga kalau gitu." Cinta berdiri, tapi Bian mengambil remot pintu apartemennya hingga Cinta mendengar jelas seperti bunyi pintu terkunci.
Apa maksudnya ini, pikir Cinta.

"Kamu temani saya sampai film ini habis. Setelah itu kamu bisa pulang."
Cinta masih diam berdiri bagai patung mencerna kelimat perintah dari Bian, dia akhirnya memutuskam untuk duduk ditempatnya tadi.
Sesekali mereka tertawa bersama saat adegan lucu film itu mereka lihat, dan semua itu begitu membuat Bian semakin terpesona dengan Cinta. Tawa Cinta sungguh membuat suasana hatinya membaik.

"Cinta," panggil Bian kepada Cinta yang terlihat masih fokus dengan film yang mereka lihat.

"Hm" jawab Cinta tanpa menoleh. Sedang Bian masih setia menatap dari samping wajah manis Cinta.

"Apa hal yang paling kamu inginkan dihidupmu." Cinta langsung menoleh melihat Bian yang juga melihatnya.

"Kenapa bapak bertanya seperti itu pada saya?" Tanya Cinta akhirnya. Dan Bian tersenyum manis lalu menegakkan tubuhnya yang terasa kaku sejak dia bertanya tadi.

"Saya hanya ingin tahu saja, apakah kamu menginginkan hal yang sama dengan tokoh wanita itu." Cinta tertawa dan Bian hanya bisa tersenyum bahagia melihatnya.

"Semua wanita di dunia ini pasti menginginkan kisah cinta yang indah."

"Termasuk kamu?" tanya Bian cepat dan Cinta mengangguk. Untuk apa dia berbohong masalah hal seperti ini.Namun, tatapan bahagia dari Bian perlahan memudar menjadi pancaran kesedihan. Dipikirannya adalah dia tidak bisa mengabulkan keinginan Cinta itu,  dia tahu sebaiknya perasaannya dihentikan dari saat ini. Pria sepertinya tidak pantas mendapatkan wanita sempurna seperti Cinta.

"Cinta kamu diantar pulang oleh supir saya saja. Filmnya juga sudah habis."
Wajah datar Bian terlihat, tapi Cinta tak menyadarinya.

"Saya naik bus saja pak."

"Tidak usah, lebih baik kamu diantar. Ini sudah malam, saya tidak menerima bantahan dari kamu." Cinta menggelengkan kepalanya melihat Bian yang sangat bossy.

"Cinta, besok saya ada pekerjaan keluar Negri. Jadi kamu tidak perlu masak buat saya."
Cinta mengangguk lalu dia pergi dari apartemen itu. Cinta sempat tersenyum kepada Bian dan mengucapkan selamat malam, tetapi Bian tidak tersenyum lepas seperti yang tadi dilihat Cinta.

"Pak Bian, bapak kalau senyum tulus ganteng loh."



Bersambung....

🙏🙏🙏🙏🙏🙏 makasih sudah mau membaca cerita ini. Tinggalkan jejak kalian ya..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top