2. Terlalu Percaya Diri
Vote terlebih dahulu sebelum kalian membaca ya.. ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Bian masuk kedalam rumah mewah yang dia tempati dan juga kedua orangtuanya, serta sepasang suami istri yang juga begitu Bian sayang, yaitu oma dan opanya. Bian menggerakkan kursi roda agar bisa berjalan memasuki ruang utama rumah megah berwarna kuning gading itu.
Matanya melihat diluar ada mobil tante Bianca dan Om Yash yang tak lain adalah adik dari ayahnya. Tante Bianca anak nomor dua dan dia adalah ibu dari Banu dan Bella.
"Hai Bian, kamu ternyata sudah pulang dari kantor." Tantenya mulai memeluk dia dengan sayang.
"Tante dan om sudah lama datang?" Tante Bianca hanya mengangguk dan dia berjalan disamping Bian yang juga menuju ruang keluarga. Oma dan opa terlihat ada disana sedang menikmati pisang goreng buatan Mamanya.
"Kamu sudah pulang Bian?" Om nya menyentuh pundak Bian dengan tatapan bangga.
"Bian, kapan kamu bawa calon kamu itu?" Bian mengernyit mendengar pertanyaan tante Bianca, sontak oma dan opa melihat kearah tantenya itu. Begitu juga kedua orang tuanya, Om Yash bahkan melotot tak percaya dengan ucapan istrinya tersebut.
"Maksud tante calon apa?" tanya Bian heran "Sekertaris atau apa?" Bian mencoba memperjelas maksud tante__nya itu. Tapi dia sudah merasa yakin pasti Brian si ember bocor sudah mengatakan kepada tante mereka ini. Padahal baru juga pagi tadi terjadi sorenya malah tante Bianca sudah tahu. Dia juga merasa sebentar lagi semua keluarga besarnya akan tahu.
"Aduh Bian jangan pura-pura gak tau deh. Brian bilang kamu tadi pagi naksir sama karyawan kantor kamu. Trus kata Brian juga wanita itu cantik." Benarkan dugaan Bian, dia mencoba tersenyum padahal dia merasa malu saat ini.
"Tante seperti tidak tahu Brian saja, dia paling cuma mau bercanda bilang aku seperti itu. Ya sudah aku masuk ke kamar dulu ya tante." Bian kembali menggerakkan kursi rodanya dan mulai masuk kekamar.
Didalam kamar Bian menatap langit kamarnya dan berusaha turun dari kursi roda menuju tempat tidurnya dengan perlahan. Menjadi lumpuh selama lima tahun membuatnya terbiasa dengan setiap rutinitasnya. Bian melonggarkan kerah kemeja yang sudah tidak memakai jas lagi karena saat di mobil dia sudah membukanya.
Wajah Cinta yang kesal karena perkataan terakhir dirinya tadi kepada wanita itu membuat Bian tersenyum sendiri. "Andai saja aku sempurna, pasti akan mudah bagiku mengatakan aku menyukaimu cinta." Sebenarnya Bian sudah beberapa kali melihat Cinta.
Dari mulai tidak sengaja melihat wanita itu yang sedang mengayuh sepeda, dan bersebelahan saat dilampu merah, juga saat mobilnya melewati taman Kota dia juga melihat Cinta yang sedang memakan bakso pinggir jalan sendirian dengan wajah yang terlihat semangat sekali memakan bakso saat itu. Dan terakhir dia melihat wajah wanita yang selalu membuatnya tersenyum itu dikantornya.
Lamunan Bian tentang cinta buyar saat pintu kamarnya diketuk. Bian hampir saja mengumpat karena kesal, dan dia menggerutu. "Bian ini Mama, ayo buka pintu. Ada yang cari kamu nih." Bian sangat hapal siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan Bella. Dia sudah hapal tabiat semua adik sepupunya itu.
Bian mengambil remot kunci didekat lampu tidurnya. Dan setelah menekan tombol itu akhirnya pintu kamarnya terbuka memperlihatkan wajah Cinta disana, bukan Bella. Hampir saja Bian jatuh dari tempat tidurnya saat melihat Cinta. Bagaimana wanita itu bisa ada dirumahnya? Pertanyaan demi pertanyaan menyerang dirinya sendiri.
"Bian, ini ada wanita cantik mau ketemu kamu masa gak kamu tegur sih atau suruh masuk gitu." Mamanya mulai mengomel tapi tetap memasang senyumnya. Mamanya ini tidak tahu apa jika Cinta masuk kedalam kamar Bian maka efeknya Bian tidak bisa tidur.
"Eh.. Kamu, kenapa kamu bisa ada dirumah saya?" Bian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Dia melihat wajah heran Cinta yang melihat adanya kursi roda didekat tempat tidurnya. Pasti wanita ini bertanya-tanya pikir Bian. "Ada apa kamu kesini? Saya rasa kita tidak kenal dekat." Nada dingin Bian mulai keluar, dia tahu setelah ini Cinta pasti akan menjauhinya. Karena wanita itu tahu kalau ternyata pria tampan di hadapannya hanyalah seorang pria cacat.
"Eh- anu Pak. Maaf, Saya disuruh ibu Martha mengantar berkas ini untuk bapak sekarang juga. Katanya berkas ini penting, Pak Brian wakil anda sendiri yang menelponnya dan meminta saya mengantarkan berkas ini segera." Bian menggeram ternyata ini ulah Brian, dia sengaja mendatangkan Cinta kerumahnya. Dasar adik sialan.
"Ya sudah letakan saja disini." Bian menepuk tempat tidurnya. Cinta meletakkan berkas itu dan dia berdiri menatap Bian. Rambut kuncir kuda, serta wanita didepan Bian itu hanya memakai sweater dan celana training. Gaya pakaian yang sangat aneh disore hari menjelang malam seperti ini.
"Kamu mau apa lagi?!" Cinta yang juga termenung melihat wajah Bian langsung kaget mendengar suara Bian. "Ah.. Tidak ada Pak. Selamat sore Pak." Bian menjawabnya dengan dehaman saja. Cinta sudah berbalik badan, tetapi kemudian melihat lagi kearah Bian membuat pria itu kesal.
"Pak, bapak sakit ya?" Bian tidak mengerti kenapa Cinta bertanya seperti itu. "Kalau bapak sakit, bapak lebih baik istirahat saja. Jangan memaksa kerja." Sekarang Bian tahu kenapa Cinta mengatakan hal itu. Dia pasti mengira kursi roda dikamarnya itu ada karena dia sakit.
"Jangan sok tau! Kamu dan saya hanya atasan dan bawahan. Jangan merasa dekat dengan saya." Wajah Cinta terlihat murung dan dia mengangguk mengerti. "Jika sudah tidak ada kepentingan silahkan keluar dari kamar saya." Cinta keluar dengan rasa sakit hati dan juga penyesalan karena mulutnya tidak bisa dia kontrol. Dia berjanji mulai saat ini, dia harus menjauhi Bapak Bian Anugrah Jayker. Pria itu terlihat ramah padanya, dan baru juga tadi sore dia melihat Bian sedang mengganggunya tapi sekarang dia tahu dan sadar diri siapa dirinya.Mana mungkin juga Bian akan menyukainya meski pria itu pernah terus menatapnya dan tersenyum kepadanya. Dia hanya terlalu percaya diri saja.
Sedang didalam kamar Bian merasa dia akan kacau setelah ini. Entah kenapa dia benci melihat tatapan kasihan dan iba dari Cinta untuknya. Semua ini gara-gara Brian. Apa maksudnya menyuruh Cinta datang kerumahnya?Jika orang mengatakan adanya cinta pandangan pertama maka benar itu ada. Karena dia merasakannya sejak pertama kali melihat wanita bernama Cinta itu.
Namun, bisakah dia memilikinya dengan kekurangannya ini? Maukah Cinta berbagi dengannya?
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top