12. Kamu Hanya??

Saat pintu tertutup, sunyi menerpa Cinta. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Bian dengannya, saat kursi roda pria itu berbalik Cinta menanti apa yang akan dikatakan pria itu.

"Ayo duduk, kita makan bersama." Bian mengambil bekal makan yang dibuatkan Cinta untuknya, dengan satu tangannya pria itu sudah membawa bekal itu kearah sofa. Tapi dia berhenti dan melihat tidak ada gerakan dari Cinta. Bian membalik tubuhnya melihat wajah Cinta yang menatapnya seperti memohon.
"Ada apa?" Cinta mulai terlihat sangat panik.

"Pak bisakah saya kembali ke ruangan saya? Saya banyak pekerjaan pak."
Bian mengeraskan rahangnya mendengar apa yang disampaikan Cinta. Wanita ini benar-benar ingin membuatnya hilang kendali.

"Apa kau ingin menjauhiku?"
Cinta diam tak bereaksi, dia menunduk dengan tangannya yang saling bertautan.

"Ah.. Ya, aku mengerti. Kau pastinya lebih memilih Kevin yang sempurna dari pada pria lumpuh seperti ku, iya kan?"
Cinta menatap Bian dengan wajah terkejut.

"Sudahlah akui saja jika kau tidak ingin dekat-dekat dengan pria lumpuh sepertiku." Bibir Cinta bungkam tidak bisa menjawab apa yang dikatakan Bian padanya.

"Aku rasa menghabiskan malam dengannya akan lebih menyenangkan dibandingkan kau duduk seharian denganku bukan?" senyum sinis Bian berbanding terbalik dengan Cinta yang sudah bergetar. Serendah itukah dia dimata Bian? Sehina itukah dia?

"Jawab aku Cinta," bentakan Bian membuat tubuh rapuh Cinta semakin bergetar. Air matanya berusaha dia tahan sekuat tenaga.

"Sa-saya...__"

"Tidak bisa menjawab semua pertanyaanku hm? Tentu saja, karena semua itu memang benar."
Cinta menggelengkan kepalanya beberapa kali sebelum dia kembali berbicara.

"Anda benar jika saya ingin menjauhi anda pak, tapi bukan karena alasan yang ada dipikiran anda."
Cinta mulai terisak, dihapusnya air matanya secepat mungkin. Sial dia sangat cengeng sekali, Cinta menarik nafasnya sebelum berkata lagi.

"Saya hanya menjaga perasaan saya sebelum semuanya terjadi. Maafkan saya pak, tapi ada baiknya bapak membiarkan saya melakukan hal ini. Seperti yang bapak katakan tadi, saya bukan wanita baik-baik."
Mendengar apa yang dikatakan Cinta hanya membuat hati Bian terasa sakit, bahkan sakitnya lebih parah saat dia mengalami kecelakaan.

"Saya berterimakasih atas semua kado yang bapak berikan kepada saya, semuanya akan saya kembalikan besok. Permisi pak. "

"Cinta tunggu, " langkah Cinta terhenti dan tanganya yang menggapai gagang pintu ikut berhenti.

"Aku mencintaimu, karena itu aku selalu mengatakan kamu special bagiku. Cara bicaramu, sorot matamu, senyummu, semuanya membuatku jatuh cinta kepadamu. Tapi sama hal nya dengan dirimu, aku takut."
Cinta menarik nafasnya mendengar pernyataan tak terduga dari Bian. Bian mengatakan mencintainya, dan ini sangat membuatnya bahagia. Tapi apa yang ditakutkan pria ini.

" Aku takut untuk mengikatmu dihidupku, aku takut kau tidak bahagia hidup dengan Pria cacat sepertiku."
Cinta membalik tubuhnya perlahan, ditatapnya Bian yang menatapnya dengan tatapan menyesal.

"Maafkan aku, aku membuat kedamaian hidupmu menjadi terganggu. Aku ingin kamu bahagia, jika kamu tidak bahagia dengan dekat denganku maka baiklah. Aku mengerti semua itu."
Air mata Cinta menetes, dia sakit hati. Dibukanya gagang pintu tanpa melihat kearah Bian, pintu tertutup dengan suara yang cukup keras. Cinta berlari dan memasuki lift untuk menuju lantai ruangannya. Tapi sepertinya dia harus pergi ke toilet sebentar, sungguh dadanya terasa sesak.

Didalam toilet dia memejamkan matanya, berharap rasa sakit itu hilang. Bian mengatakan mencintainya ,tapi lihat pria itu merelakannya begitu saja. Tidak mungkin dirinya yang harus mengatakan 'Aku mencintaimu, maukah kau menjadi pacarku?'.
Bahkan Bian menganggap perasaannya sedangkal itu, sudah mengucapkan kata cinta tapi Bian tidak mengerti dengan benar perasaan Cinta.

Cinta menghapus air matanya dan keluar dari toilet. Sekuat tenaga Cinta berusaha fokus kepada apa yang dia kerjakan, sedangkan Bian ? Pria itu hanya masih diam ditempatnya, dia menunduk lalu memukul-mukul kedua kakinya.
"Brengsek, kenapa aku tidak bisa sembuh ? Kenapa harus keadaanku seperti ini." Bian memukul-mukul kakinya hingga dia terjatuh le lantai.

***
Sekuat apapun Cinta berusaha berkonsentrasi, nyatanya dia tidak berhasil. Dia bangkit tiba-tiba membuat teman sebelah kubikelnya terkejut. Cinta tidak perduli dengan tatapan beberapa orang yang melihat dia seperti sedang berlari , nyatanya dia berjalan dengan kecepatan luat biasa.
Begitu sampai di lorong ruangan Bian dia tidak memperdulikan senyuman Desi yang ingin menyapanya.
Dengan cepat tangan Cinta membuka gagang pintu dan melihat pria yang dia cintai berusaha bangkit dari lantai.

Hati Cinta bergetar, dia mencintai pria ini. Bukan karena harta ataupun wajah tampan Bian, melainkan perlakuan Bian yang begitu lembut dan perhatian padanya. Disentuhnya lengan Bian yang tahu akan keberadaannya saat ini,  Cinta membantu Bian duduk terlebih dahulu ke kursi rodanya. Cinta tahu Bian melihat dia penuh tanda tanya, tapi Cinta pura-pura tidak tahu.
Setelah posisi Bian duduk dengan nyaman Cinta memberanikan dirinya untuk memeluk Bian.
Bian yang terkejut sempat ingin menegur tapi pelukan ini terasa sangat nyaman baginya.

"Cinta ada apa ? Bukankah tadi kamu..."
Cinta duduk dipangkuan Bian membuat Bian lagi-lagi terkejut.

"Apa kamu mencintaiku pak Bian ?"
Bian mengangguk masih bertatap dengan Cinta.

" Baiklah, aku sudah memutuskan akan terus berada didekatmu meski tidak memiliki hubungan apa-apa. Jika kamu bertanya kenapa ? Maka jawabannya adalah aku tidak bisa menjauh lagi darimu."
Bian mengerjap tidak percaya, Cinta tersenyum manis padanya saat ini setelah mengatakan hal tadi.

"Apa kau percaya kalau aku tidak mempermasalahkan keadaanmu ? Bagiku kamu sama dengan pria diluar sana yang memiliki Cinta untuk wanitanya. "
Cinta menyapu rahang Bian dengan tangannya.

"Aku mencintaimu pak Bian, mencintaimu apa adanya. Dan aku mau kita bahagia bersama, karena aku akan selalu ada didekatmu." Bian mengecup pipi Cinta lalu keningnya.

"Kau tahu, harusnya aku yang mengatakan itu semua." Cinta tersenyum lalu memeluk Bian.

"Maafkan aku, maafkan semua perbuatan dan perkataanku padamu my preety . I love you," kata Bian lalu mengecup puncak kepala Cinta.

"Love you too pak boss."

Bersambung.......

Yang mau baca bab selanjutnya bisa langsung ke Karyakarsa ya... di sana sudah sampai Bab 27. Kalau mau menunggu di wattpad juga bisa, tapi slowup ya. Karyakarsa nama akun Nadra El Mahya atau langsung belli pdf nya juga bisa. Kalian bisa chat aku di sini, nanti akan langsung aku balas

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top