Bab 1
"Kamu dapet bagian apa, Gin?"
Gadis itu melirik secarik kertas kecil bertuliskan 'Quality Control Finishing'. Lantas sudut bibir Gina tertarik ketika tulisan itu muncul. Inilah posisi yang ia benar-benar inginkan. Gina selalu penasaran rasanya jadi QC setelah ia selalu memperhatikan rekan kerja sebelumnya di pabrik yang ada di Brebes.
Ternyata temannya pun satu bagian dengannya dan itu membuat Gina jadi lebih bersemangat lagi untuk memulai pekerjaan baru. Sisanya ia harus memikirkan kos baru agar tidak harus bolak-balik dari Cirebon ke Majalengka. Staff memberitahu karyawan baru untuk berbaris sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Karena masih karyawan baru, jadi proses absensi pun berbeda dari karyawan lama. Mereka hanya diberi kartu yang nanti akan dimasukkan ke dalam jam agar lebih mudah dalam penggajian.
Gina cukup terpesona ketika berjalan di seberangnya ada rumah besar disertai taman-taman yang asri. Sebelum rumah itu, ada beberapa mes dekat pos satpam lalu setelahnya ada isi air ulang untuk karyawan. Akan tetapi, ia terganggu dengan aroma amis meyeruak ke seluruh penjuru membuatnya ingin muntah.
Pantas saja, ada kolam ikan sangat besar dengan air mancurnya yang terus mengalir, warnanya pun sudah hijau sekali dan Gina yakin kolam itu pasti tidak pernah dibersihkan. Gina menghela napas, mencoba untuk menahan aroma ini karena ia harus terbiasa kalau sudah bekerja di sini.
Gina pikir ia sudah sampai di tempatnya bekerja, ternyata tidak. Gedungnya ada di paling belakang dan ia harus melewati lorong panjang lembab dan sedikit basah lantainya. Salah langkah sedikit mungkin ia akan terpeleset. Mereka menaiki tangga yang disambut oleh uap panas yang berasal dari setrika.
Mata Gina tak henti memerhatikan semuanya. Dari orang yang memakai celemek warna ungu mondar-mandir mengambil bahan-bahan lalu memindahkan ke tempat yang ada komputernya. Lalu orang dengan celemek kotak-kotak hitam dan putih sibuk men-scan barcode yang ada di ujung bahan.
"Oke, nanti di sini tempatnya, nanti untuk kerja lebih lanjutnya bakal dijelasin sama aspeng* kalian," staff perempuan itu memanggil aspeng, "ntos cukup, kan, Mak?"
"Muhun, Teh, hatur nuhun, nya."
Staff itu mengangguk sembari tersenyum kemudian pamit. Posisinya kemudian diganti oleh aspeng yang langsung memerintahkan karyawan barunya masuk ke dalam meja-meja panjang.
Awalnya saat Gina masuk pun agak sedikit terheran. Hanya saja, ia tak sempat untuk memperhatikan semuanya karena setelah itu Gina langsung bekerja. Gina hanya tak menyangka, hanya butuh tiga hari saja ia langsung bisa bekerja. Ia sangat bersyukur sekali.
***
Jenna langsung meluruskan kakinya dan bersandar ke tiang meja. "Haduh, Gin! Gak kuat aku kalau harus kerja berdiri terus sampe 12 jam lamanya."
Ia berpikiran yang sama. Pasalnya, Quality Control yang ia sangka ternyata bukan seperti yang Gina bayangkan. Gina pikir posisi itu hanya keliling dan mengecek, ternyata justru sebaliknya. Gina memang mengecek, tetapi mengecek puluhan baju dan harus mencapai target.
"Mana targetnya gak ngotak banget. Sejam katanya harus 50?"
Tiba-tiba ada yang ikut gabung ke meja Jenna dan Gina.
"Itu karena bahan bajunya buat anak kecil, makanya targetnya gede."
Jenna mendengkus. "Gak bisa gitu dong. Harusnya ada keringanan sedikit buat karyawan baru, liat aja tuh banyak yang pingsan gara-gara gak kuat berdiri."
"Resiko kerja di pabrik garmen, ya, harus kuat berdiri atau duduk. Kalau gak kuat kerjanya di supermarket aja."
"Eh? Siapa, sih, kamu? Dateng-dateng kok ngajak gelut?!"
Gina menahan Jenna agar tak mencari keributan dengan orang di depannya.
"Aku Salma, ada di Line 5. Kebetulan banget kita satu shift."
"Gak nanya tuh."
Gina menepuk pundak Jenna. "Yang sopan, Jen! Hehe ... maafin temenku, ya. Namaku Gina, dan ini Jenna. Kami dari Cirebon. Salam kenal ya."
"Oh, Cirebonnya di mana? Di sini banyak lho orang Cirebon. Temen satu kos aku juga orang Cirebon. Kalau gak salah orang Klangenan deh. Kalian Cirebon mananya?"
"Kok kamu kepo?"
Gina mencubit keras lengan Jenna. Untung saja Salma tidak keberatan soal ucapan Jenna. Berbicara soal kos-kosan Gina jadi teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong soal kos, ada kos yang kosong gak yah? Aku harus cari kos juga."
"Eh, di aku ada kamar kosong lho. Kalau kalian mau, nanti pulangnya ke sana aja."
Ketika Jenna mau bicara, Gina mencubit lengannya. "Oh, boleh-boleh! Ya Allah, makasih, ya! Udah dari awal interview bingung banget cari kos ke mana karena semuanya udah penuh. Nanti pulang bareng, ya."
Salma hanya mengangguk. Ia sudah menyelesaikan makanannya dan mengajak kedua teman barunya itu untuk bersembahyang. Sayangnya, Gina dan Jenna sedang berhalangan, jadi mereka hanya menunggu di luar saja.
"Kenapa kalian nunggu di sini?"
"Bukannya bersyukur ditungguin temen."
Gina menyenggol Jenna. "Emang kenapa gitu?"
"Ah, gapapa, nanti kalau kalian udah kerja dua atau tiga bulan di sini, pasti bakalan paham kalau waktu itu adalah emas. Tapi, aku juga gak yakin, sih, kalian bakalan bertahan berapa minggu."
Gina hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Lantas mereka mulai melakukan pekerjaan. Gina memang masih belum mengerti, tetapi memang karyawan yang lain sebelum bel masuk berbunyi mereka sudah lebih dulu bekerja. Entah itu peraturan dari pabrik atau aspengnya saja yang bilang harus masuk lima belas menit lebih awal.
~~~~
*Aspeng: asisten pengawas
*Catatan:
Untuk tempat dan kejadian berdasarkan pengalaman pribadiku, tapi untuk semua yang terjadi di cerita ini cuma fiksi yaaa. Happy reading, guys!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top