[Sugawara x Reader]
Namaku (Full Name) kalian bisa memanggilku (Name). Aku hanya gadis biasa, tidak cantik, tidak pintar, ataupun yang lain. Aku hanyalah bahan candaan bagi mereka.
Aneh, jelek, b*go, sampah, kata-kata itu sudah sering diberikan untukku.
Pembullyan fisik maupun mental sudah banyak kuterima.
Namun, semua orang tidak peduli kepadaku. Siapapun. Kadang aku berpikir, apakah aku memang tidak pantas berada di sini? Apakah memang aku harus mati saja? Apakah aku sampah?
Kumohon tolong aku. Siapapun.
Pembullyan memang sudah sering terjadi di sekolah dan aku tahu hal itu. Setiap hari selalu dijadikan bahan candaan, menurutku pembullyan fisik itu lebih baik daripada mental.
Jika dia yang dibully seperti aku dengan mental yang lemah, maka dia akan berakhir di pemakaman. Bunuh diri. Yah mungkin aku juga.
Mati,
Mati,
Mati,
Mati.
Hey, apakah memang benar kalau, keadaan 'di sana' lebih baik daripada di sini? Jika itu benar tolong 'antarkan' aku ke sana. Aku sudah tidak peduli dengan semua.
Tanganku bergetar memegang pisau dapur yang tadi kupakai untuk memotong sayuran. Apakah aku harus melakukannya sekarang?
Ku pegang erat pisau itu ah, mataku sangat panas, apakah aku akan menangis? Aku ingin melakukannya tapi aku juga takut, apa yang harus kulakukan?
Tes
Satu, dua, tiga, air mataku lolos membasahi wajahku. Aku masih mengingatnya kata-kata semua orang yang telah aku terima. Obat anti depresi menjadi pilihanku satu-satunya dan sekarang aku sudah tidak kuat. Obat itu sekarang terasa tidak berguna sama sekali.
Kenapa kata-kata mereka sangat sakit sekali daripada dipukul? Mendengar perkataan mereka hanya membuat bibirku terkatup seketika. Penakut. Aku memang penakut, ingin aku hentikan semua ini tapi tidak tahu harus apa.
Berakhir dengan pisau tidak apa-apa kan?
Aku mengarahkan pisau dapur tersebut ke arah dada sebelah kiri ku. Gemetar. Takut. Tangisan. Kenapa aku takut sekali. Ku tutup mataku dan menghitung mundur.
Lima
Empat
Tiga
Dua
Satu.
Prang
Ku buka mataku, pisau itu telah jatuh dari tanganku secara paksa. Aku melihat ke sekitarku, menatap terkejut sang pelaku sebaliknya sang pelaku hanya menatapku secara tajam. Kepalaku tertunduk, air mataku terjatuh lagi. Aku sangat cengeng.
"KENAPA KAU LAKUKAN INI?!"
Dia berteriak, bibirku terkatup tak berniat menjawab pertanyaannya, aku takut menatap matanya.
"(NAME) JAWAB AKU!"
Tubuhku bergetar ketakutan, maaf aku telah salah. Aku sedikit neliriknya melalui ekor mataku, surai silvernya dan juga eh? Dia menangis.
Dia mendekat ke arahku, aku hanya diam tubuhku sangat kaku untuk digerakkan.
"Aku tahu kau sendirian, kau ketakutan, kau terluka, kau sedih,"
Perkataannya melembut.
"Tapi tolong jangan tinggalkan aku."
Aku terkejut dengan refleks menoleh ke arahnya, surai silvernya, iris yang sama, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman dengan secepatnya ia merengkuh tubuhku. Hangat. Nyaman. Aku ingin selamanya seperti ini.
Aku menenggelamkan kepalaku ke dada bidangnya dan menangis. Aku lupa bahwa ada dia yang selalu bersamaku, yang selalu membelaku, dan melindungiku. Betapa bodohnya aku melupakan seseorang yang aku sayangi.
"Terimakasih."
Ucapku di sela-sela tangisanku. Dia tersenyum dan mengusap suraiku lembut.
"Ini memang tugasku untuk melindungimu (Name)."
-END-
=Note=
Maaf jarang update, jangan lupa baca cerita Nami/Miya yang lain ya^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top