Cacat> Sugawara x Reader
Aku mau bertanya...
Bagaimana suaramu? Apakah merdu?
Bagaimana nyanyianmu? Apakah masih terdengar enak?
Aku bahkan tidak bisa mendengar apapun...
«●-●»
Semuanya sunyi tidak ada yang bisa aku dengar, aku hanya melihat gerakan mulut itu berucap, dan tersenyum padaku. Hidupku sudah hampa, seperti seorang mayat yang 'tak punya tujuan hidup.
Tubuhku tersentak saat seseorang menepuk pundakku, dengan refleks aku menoleh--seorang pemuda dengan surai silver dan juga irisnya yang sama itu tersenyum. Mulutnya bergerak mengucapkan kata-kata.
Ah, aku lupa, aku sedang tidak menggunakan alat bantu pendengaranku.
Pemuda itu melihatku sekali lagi dan menepuk kepalanya sendiri, dia terkekeh dan mengambil buku yang berada di sebelahnya. 'Buku komunikasi' itulah yang tertulis di buku tersebut, banyak sekali tulisan-tulisan tangan dari teman-temanku pada saat itu. Saat itu aku masih belum mempunyai alatnya karena--ya terlalu mahal untukku.
Pemuda itu--Sugawara memegang pena, ia menuliskan rangkaian huruf, aku hanya melihatnya.
'Bagaimana keadaanmu?'
Aku tersenyum manis dan mengambil buku serta pena di tangannya.
'Baik-baik saja! Bagaimana kabarmu juga?'
Sugawara mengacak-acak suraiku. Wajahku terasa panas, sudah pasti akan terdapat rona di wajahku ini. Aku sangat malu. Aku mengalihkan pandanganku darinya berharap ia tidak menyadari rona yang telah menjalar di pipiku.
-
Warna oranye mulai menyebar dengan matahari yang perlahan terlelap. [Name] bersyukur penglihatannya masih bisa dipakai, karena jika itu diambil darinya ia tidak bisa melihat pemandangan seperti ini setiap harinya. Cukup. Ia sudah cukup tidak bisa mendengar. Tolong jangan ambil apapun lagi darinya.
Sugawara memerhatikan [Name] yang sibuk menikmati indahnya senja, sampai lupa eksistensi Sugawara yang berada di dekatnya.
Sugawara hanya tersenyum, ia menuliskan sesuatu di buku catatan gadis itu. Sugawara meletakkan lagi buku itu di pangkuan sang gadis.
[Name] terlihat kebingungan dan akhirnya ia membuka bukunya, tapi secarik kertas jatuh membuat gadis itu menautkan alisnya bingung. Ia mengambil kertas itu.
[Name] terkejut, napasnya tercekat saat ia menoleh ke belakang--berusaha mencari sosok Sugawara ia tidak mendapatinya. Air mata sang gadis itu turun dengan perlahan membasahi ke dua pipinya--bukan sedih melainkan senang, ia tidak tahu harus berkata apa.
--<Hey, [Name] maukah kau menjadi istriku? --Sugawara Koushi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top