Cacat> Hinata x Reader
Berjalan
Berdiri dengan kedua kakiku
Berlari, melompat
Boleh'kah aku merasakannya lagi?
«●-●»
Warna oranye mulai menyelimuti kota, burung-burung kembali ke sarangnya, semilir angin menerbangkan surai [h/c] yang kini tengah terduduk di kursi roda.
Matanya terpejam menikmati angin yang menerpa wajahnya itu sambil tersenyum tipis. Di belakangnya terdapat seorang pemuda dengan surai yang sana dengan langit sore ini--oranye.
Kedua sudut bibir pemuda itu--Hinata Shouyo melengkung membentuk senyuman. Ia selalu ikut tersenyum jika gadis ini--[Name] tersenyum juga. Tangannya masih memegang kedua gagang kursi roda.
Sudah satu jam mereka berada di sini dan mereka--atau lebih tepatnya [Name] sama sekali tidak bosan dengan apa yang ia lihat setiap harinya, bahkan terus saja terpesona ketika melihat senja datang.
"[Name]-chan, ayo ke dalam kita sudah lama di luar." Ucap Hinata.
[Name] hanya mmengangguk, sebenarnya ia tidak ingin pergi dari sini, tapi ia tahu itu akan makin merepotkan Hinata. Hadinata mendorong kursi roda itu dengan perlahan, sesekali mendengarkan cerita dari [Name].
"[Name]-chan, kau tahu besok aku akan bertanding!" Seru Hinata dengan semangat. Memang pemuda ini jika menyangkut bola voli akan selalu bersemangat.
"Wah! Benarkah? Aku jadi tidak sabar melihatnya." Ucap gadis itu pada Hinata yang dihadiahi sebuah senyuman lebar. Otak lelaki bersurai oranye itu hanya terdapat bola voli, jadi begitulah.
"Aku jadi tidak sabar!"
Kedua sudut bibir gadis itu melengkung ke bawah, andai saja ia bisa merasakan apa itu berjalan lagi. Ia kadang berpikir bisa menyemangati Hinata dengan bertompang kedua kakinya. Namun, itu tidak akan terwujud--mungkin.
Hinata menyadarinya, ia menyadari perubahan raut wajah gadis yang dicintainya itu. Langkahnya berhenti membuat kursi roda itu juga berhenti. [Name] menoleh ke arah Hinata dengan penuh tanda tanya, kenapa ia hentikan kursi roda ini?
Hinata mengulas sebuah senyuman tipis, rona merah menjalar di pipi sang gadis. Hinata seolah mengucapkan tidak apa-apa ada aku di sini.
Matanya panas menahan tangis yang akan pecah--tak sanggup menahannya air mata membasahi pipinya. Ia menunduk.
Hinata ke depan [Name], tangannya memangku wajah gadis itu yang menangis. Jarinya is usapkan--menyeka air mata yang terus berlinang.
"Tenang [Name]-chan, kau tahu aku selalu ada di sisimu." Kedua dahi mereka bersentuhan, saling menguatkan satu sama lain. Wajah mereka sangat dekat sampai bisa merasakan napas hangat yang berhembus. Tangan [Name] memeluk leher Hinata.
"Aku tahu." Jawabnya.
=ED=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top