03. Ketimpuk Bola
Aya rebahan di kasur king size yang berseprai biru toska. Dia tampak sibuk dengan ekspresi serius menatap layar ponsel yang dipegangnya.
Kekesalan tergambar di wajahnya saat melihat Instagram Alfi digembok. “Aish, kenapa digembok sih!” keluhnya sebal.
Padahal, tadinya ia sangat bersemangat untuk melihat postingan foto Alfi di sana. Tapi, hasilnya justru membuatnya kecewa berat.
Selanjutnya, ia mencari akun Alfi di Facebook. Hasilnya pun sama, di Facebook isi postinganya sedikit dan tidak ada satupun foto cowok itu di sana.
Aya meletakkan ponselnya asal di atas ranjang, lalu ia menenggelamkan wajahnya dengan bantal.
Kezel....
Dia meruntuk dalam hatinya.
***
Pagi ini Aya tampak cemberut dan termenung di mejanya. Kekecewaannya yang tidak bisa melihat foto di Alfi di sosmed masih terasa sampai sekarang. Kini ia berpangku dagu memikirkan sesuatu. Hingga tak sengaja ia mendengarkan obrolan dua cewek—teman satu kelas dengannya.
“Din, aku mau menyemangatin Kak Miko latihan futsal. Temenin aku ya,” pinta cewek bernama Nova.
“Sorry, aku nggak bisa. Pulang sekolah aku les, Nov,” jawab Dinda.
“Kamu nggak mau nyemangatin Kak Alfi?”
“Aku nggak suka lagi sama dia. Lagian aku udah punya gebetan baru yang nggak kalah cakep dari Kak Alfi.”
Mendengar mereka menyebut nama Alfi, Aya tersentak dan membulatkan matanya. Kedua tangannya kini terkulai di atas mejanya, lalu menajamkan telinganya untuk menguping obrolan mereka.
Apa Alfi yang mereka omongin, Alfi gebetanku?
Aya berharapa Alfi yang dimaksud Alfi yang sama.
Setelah menyimak percakapan dua cewek itu. Aya tidak mendapatkan hasil apa-apa. Dia bangkit dari bangkunya, kemudian menghampiri Nova yang sedang duduk sendirian sambil bermain ponsel.
“Hai Nov,” sapa Aya sedikit tersenyum dan melambaikan tangan.
Nova tersenyum. “Hai Aya,” jawabnya lalu kembali menatap ponselnya.
Aya menyeret kursi kosong yang ada di dekatnya, lalu ia duduk di samping cewek berambut berambut ikal tergerai itu.
“Nova, kamu mau nonton latihan futsal anak sekolah kita, ya?” tanyanya dengan penuh semangat.
“Sebenarnya iya, tapi sepertinya tak jadi deh,” jawab Nova lesu.
“Lho, kenapa tak jadi? Padahal aku juga mau nonton, kita jadinya kan bisa nonton bareng.”
Nova tiba-tiba bersemangat. “Benarkah? Kalau gitu, aku jadi nonton, deh. Nanti kita barengan, ya!”
“Ok.”
Aya yang penyendiri tiba-tiba dekat dengan teman sekelasnya karena ada maksud dan tujuan. Tidak apa mencoba mendekati orang, yang terpenting tujuannya bisa tercapai.
***
Aya dan Nova telah duduk di kursi penonton. Di sekolah mereka tersedia lapangan khusus futsal dan jika ada perlombaan, di lapangan itu lah yang digunakan.
Nova asyik menyemangati Kak Miko dengan berteriak-teriak menyebutkan nama gebetannya itu. Berbeda dengan Aya yang hanya tersenyum melihat permainan Alfi.
Tiba-tiba, Nova membuka suara, “Aya, aku ke toilet bentar ya,” izinnnya sambil memegang perutnya.
Aya mengangguk sebagai jawaban, kemudian Nova pergi meninggalkannya. Kesempatan baginya untuk memotret Alfi. Aya terus memotret dan merekam video permainan futsal gebetannya itu.
Sedang asyiknya melihat pergerakan Alfi di ponselnya, tiba-tiba saja bola mengarah kepadanya. Bola itu mengenai kepalanya. Ponselnya jatuh dan layarnya retak. Siswa yang menonton dan juga pemain beralih perhatian kepadanya.
Aya melihat alfi dan teman-temannya berlari ke arahnya.
Kak Alfi mau nyamperin aku. Kesempatan ini tak boleh dilewatkan. Aku pura-pura pingsan aja, biar Kak Alfi gendong aku.
Aya menjatuhkan badannya seolah-olah ia pingsan. Tidak memperdulikan ponselnya yang jatuh di dekat kakinya.
Benar, prediksinya. Aya digendong seseorang dan membawanya ke UKS.
Nova yang baru saja tiba, bingung karena mendengar kehebohan anak-anak dan ia cemas karena tidak melihat Aya. Salah satu siswa memberi tahunya bahwa Aya berada di UKS. Nova langsung pergi ke sana.
***
Aya merasakan tubuhnya dibaringkan di sebuah kasur. Dia menebak bahwa kini ia berada di UKS. Dia penasaran dan ingin melihat Alfi.
Aya membuka kelopak matanya perlahan. Senyumnya samar terukir diwajahnya, setelah melihat sang pujaan hati duduk di sampingnya.
“Auh,” rintihnya merasakan nyeri di kepalanya dan memegang kepalanya.
Aya bangun, kemudian duduk di atas ranjang tersebut. Tristan datang membawa segelas air untuknya, lalu diberikannya kepada Alfi yang lebih dekat dengannya.
Alfi memberikan air tersebut dan juga memberikannya obat.
“Terima kasih ya, Kak,” ucap Aya tersenyum lebar.
“Kamu nggak perlu berterima kasih. Harusnya aku yang bilang ‘maaf’. Maafin aku yang tak sengaja menendang bola terlalu kuat, hingga mengenai kepala kamu. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf. Aku harap kamu mau maafin aku,” pinta Alfi memohon maaf denga penuh penyesalan.
“Aya maafin Kak Alfi kok. Lagian, kan, kakak nggak sengaja.”
Alfi mengambil benda pipih yang terletak di meja kecil, di samping ranjang Aya duduk. Kemudian, ia memberikan benda itu kepada Aya.
"Ini hp kamu. Layarnya retak. Kalau mau, biar aku ganti perbaikannya."
Aya mengambil ponselnya. "Nggak perlu, Kak. Lagian Aya mau beli hp baru."
“Gara-gara aku. Kamu jadi ganti hp," ucapnya tidak enak hati.
"Kakak nggak jangan nyalahin diri Kakak. Ini kan kecalakaan, murni tak sengaja," jelasnya agar Alfi tidak terus merasa bersalah. "Makasih, Kak. Udah bawa Aya ke UKS," ucapnya yang pipinya kini mulai merona.
Yang bawa-“ ucapan Alfi terputus karena melihat kedatangan Nova yang tampak ngos-ngosan berdiri di ambang pintu UKS.
Setelah napasnya sudah teratur, Nova menghampiri Aya yang bersama Alfi dan Tristan.
“Aya kamu nggak pa-pakan? Yang mana yang sakit?” tanya Nova khawatir sembari memegang bahu Aya dan melihat seluruh tubuh temannya itu.
“Aku nggak pa-pa kok. Untung aja Kak Alfi cepat membawa aku ke sini,” ucap Aya sembari melirik Alfi.
“Bukan aku yang gendong Aya, tapi sahabatku Tristan,” sanggah Alfi meluruskan kesalah pahaman, kemudian menunjuk sahabatnya itu dengan tangannya.
Kebahagiaan Aya sedikit berkurang. Sejujurnya, ia mengharap Alfi yang menggendongnya tadi. Sekarang, ia beralih pandang ke arah Tristan yang duduk dikursi di sebelah Alfi.
“Makasih Kak Tristan udah bantuin Aya,” ucap Nova.
Aya jadi salah tingkah. Seharusnya dia yang bilang begitu kepada cowok bertahi lalat di dagu itu. Sebelum ia dicap tidak baik oleh Alfi, maka ia harus mengucapkan “terima kasih” kepada teman pujaan hatinya itu.
“Terima kasih, Kak. Kakak baik banget mau gendong aku, padahal kakak nggak kenal aku,” ucapnya dengan wajah yang dipaksakan tersenyum.
“Sama-sama,” jawab Tristan dengan nada rendah, malu-malu.
Seseorang datang dan cowok itu menyampaikan pesan dari pelatihnya bahwa Alfi dan Tristan dimintai Pak Surya—Guru Olahraga—ke lapangan.
“Kami pamit dulu ya, Dek,” ucap Alfi menatap Aya, lalu beralih ke Nova, “Kamu bisa kan antarin Aya pulang. Aku mau saja antarin Aya pulang, tapi kami masih latihan dan sekarang Pak Surya manggil kami lanjutin latihan untuk pertandingan yang nggak lama lagi.”
“Ok, Kak. Aku boleh nitip minuman ini buat Kak Miko,” pinta Nova mengelurkan sebotol minuman dari dalam tasnya.
“Ok.”
Alfi dan Tristan meninggalkan UKS melangkah menuju lapangan, sedangkan Aya beristirahat sebantar. Setelah rasa nyeri di kepalanya sedikit berkurang, barulah ia pulang dengan taksi online. Nova awalnya menawarkan pulang bersama, namun Aya menolak karena Nova ke sekolah naik motor. Aya juga tidak dekat dengan cewek itu.
Semoga masih setia menunggu kelanjutan novelet ini 😅
Jangan lupa votmentnya ya guys
Biar Mariz semangat updatenya
😄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top