02. Mencari Somed Alfi
Jam istirahat dimanfaatkan oleh Aya untuk mencari informasi tentang Alfi. Dia mengikuti arah gerak cowok itu. Dengan ini, ia tau letak kelas Alfi yang berada di lantai 2 berbeda gedung dengan kelasnya.
Enggak cukup puas, ia mencari nama lengkap cowok itu. Seharusnya ia sudah tau itu dari perkenalan anggota Osis saat pelaksanaan MOS nan lalu. Sayangnya, kala itu ia belum tertarik sama sekali dengan cowok itu. Karena itu sekarang membuatnya sibuk sendiri.
Kelas X IPA 2, tampak seorang guru wanita paruh baya sedang menulis materi pelajaran Fisika yang diajarnya. Setelah menulis, guru itu menerangkannya kepada anak didiknya.
Aya tidak fokus. Entah berapa kali ia melirik jam tangan berwarna merah muda yang terlekat indah di tangan putihnya.
Buk Emi menerangkan di depan, ia tidak peduli sama sekali. Yang ada di benaknya hanya ingin mencari nama lengkap Alfi. Dari situ ia berkemungkinan besar bisa mencari akun sosial media cowok itu, itu pun kalau namanya sama.
Kringggggg!!!!
Bel pun berbunyi. Mata Aya membulat dan senyumnya mengembang. Dengan sangat antusiasnya, ia bergegas menuju gedung IS.
Saking bahagianya ia berjalan tergesa-gesa sehingga menyenggol bahu murid lain yang berpas-pasan dengannya.
Cewek—berbadan sedikit gemuk, berkulit sedikit gelap dengan wajah bulat, rambut ikal panjang berponi tipis ala Artis Korea—merintih kesal, kemudian ia membalikkan badan mengikuti langkah Aya. Dua teman bersamanya pun mengikutinya dari belakang.
Langkah Aya terhenti karena ada sebuah tangan menarik lengannya. Dia membalikkan badannya, melihat sosok yang berani menghalanginya untuk mengejar impiannya.
“Siapa?” tanya Aya menatap tidak suka pada cewek itu, kemudian ia melepaskan genggaman cewek itu.
Cewek itu berdecak sebal. Sebelum Aya pergi meninggalnya cewek itu menarik tangannya paksa, sehingga ia merasa kesakitan.
“Kalian siapa sih? Mau kalian apa?!” tanyanya dengan intonasi sedikit keras, menatap ketiganya.
“Minta maaf,” ucap cewek yang disenggol Aya.
“What?” tanya Aya binggung dengan alis bertautan. “Memangnya aku punya salah apa sama kamu? Kenal aja kagak,” ketusnya.
Aya melirik name tag cewek itu.
Oh, namanya Ratu Kumala Sari. Kayak nama artis yang viral itu, yang suka cari senasi, sama kayak nih anak. Batinnya meledek cewek bernama Ratu itu.
Cewek itu melepaskan genggamannya, lalu berkata “Kamu tadi nyenggol bahuku. Kamu kira nggak sakit? sakit tau. Jadi aku mau kamu minta maaf padaku,” pintanya sembari bersedekap.
Aya tidak mau meminta maaf kepada Ratu. Menurutnya itu bukanlah masalah besar yang perlu maaf darinya.
“Lebay banget sih kau. Aku nggak perlu memohon maaf karena aku nggak salah. Lagian tadi itu nggak sengaja.”
“Cek, songong banget kamu. Kamu kira, kamu siapa bisa-bisanya berkata kasar sama Kakak kelas.”
“Anak baru belagu amat. Baru kali ini lho kami nemuin cewek kasar kayak kamu,” ucap Bunga yang ikut-ikutan sebal.
“Hooh. Cewek kok mulutnya kasar,” sambung Sandra.
Mata Aya terhenti di tangga yang tak jauh dari mereka. Aya melihat Alfi turun dari tangga tersebut. Dia akan kehabisan waktu istirahat, jika terus berdebat dengan kakak kelas super nyebelin ini. Dia harus secepatnya mencari info tentang sang pujaan hati.
Karena ketiganya masih berdiri di hadapannya sambil melontarkan sumpah serapah untuknya, dengan terpaksa ia mengalah dan meminta maaf.
“Maafin aku, Kak,” ucapnya lirih, lalu pergi meninggalkan ke tiganya.
Ketiga cewek itu terperangah. Ada kepuasan didapatkan dari adik kelas itu. Kemudian mereka melanjutkan jalan menuju tempat tujuan mereka.
***
Aya telah tiba di lantai tepat di depan kelas XI IPS 2. Dia melihat seorang cewek keluar dari kelas tersebut, kemudian ia mengikuti gerak cewek itu.
Si cewek yang merasa ada yang mengikutinya pun menoleh ke belakang.
“Kenapa kamu ngikutin aku?”
“Tak apa-apa, Kak,” jawab Aya datar.
Cewek itu pun pergi. Aya masih mengikutinya, sehingga membuatnya sebal.
Cewek itu berhenti dari jalannya dan menatap Aya dengan tidak suka.
“Kamu tu siapa sih ... ngikutin aku terus?” tanyanya sebal.
Aya mengulurkan tangannya, “Saya Ayana, Kak. Saya ada perlu sama Kakak.”
Cewek itu hanya melihat tangan Aya, tanpa membalas.
“Ada perlu apa ya?” tanyanya sinis.
Sudut bibir Aya tertarik dan matany berbinar-binar. “Kakak mau nggak tolongin aku. Nanti aku bayar deh. Btw, nama Kakak siapa?”
Cewek itu tersenyum samar. “Namaku Lisa. Aku mau aku tolongin apa?” tanyanya yang kini senyumnya semakin lebar.
“Kak Lisa kan satu kelas sama Kak Alfi. Kasih tau dong nama lengkap Kak Alfi dan juga username Sosmed-nya,” pinta Aya antusias.
“Kamu suka Alfi?”
Pipi Aya merona. Ia tersipu malu, lalu mengangguk.
Aya merogoh saku roknya dan mengeluarkan tiga lembar uang uang seratus ribu lalu menyodorkannya pada Lisa.
Mata Lisa membulat. Tak menyangka ia akan diberi uang sebanyak ini hanya untuk memberikan nama dan sosmed Alfi. Dia menerima uang itu dengan senang hati.
“Nama lengkap Alfi. Alfianto Mahendra. Nama Instagram-nya AlfiantoS99. A depannya besar dan S-nya besar. Facebook-nya juga sama AlfiantoS99. Nomor WhatsApp-nya mau juga, Dek?” tanyanya.
“Tunggu Kak aku catat dulu.” Aya membuka note di ponselnya. “Nama lengkap Kak Alfi, Alfianto Mahendra. Nama Ig-nya tadi AlfiantoS99 bukan?”
“Iya AlfiantoS99, Facebook-nya juga sama,” terang Lisa lagi.
“Ok. Terus nomor WA-nya Kak?”
Lisa mencari kontak Alfi di ponselnya.
“085-“ belum selesai ia menyebutkan nomor itu, seseorang teriak memanggil namanya. Lisa pun menoleh ke sumber suara. Aya terkejut. Ternyata yang memanggil adalah Alfi.
Aya pun tak kalah terkejut.
Kak Alfi?
Sepertinya dia mau ke sini. Bisa bahaya nih, kalau ketahuan aku nanyain tentang dia sama Kak Lisa. Batin Aya cemas.
“Kak aku pergi ya. Jangan ceritain ke Kak Alfi soal ini,” pinta Aya dengan raut cemas.
“Ok,” jawab Lisa sambil menggangguk.
Aya pun pergi dan langkah Alfi semakin dekat dengan Lisa. Alfi tidak sendiri, ia berdua dengan Tristan, sahabatnya.
“Kamu ngobrol dengan siapa tadi?” tanya Alfi penasaran dan ia kini sudah ada di hadapan Lisa.
“Oh, itu anak kelas X. Dia tadi tanya kelas XI IPS 4 itu di mana,” jawab Lisa berbohong.
“Oh gitu. Oh ya, kamu di panggil Pak Budi. Beliau minta kamu temuinya di ruang guru.”
“Ok. Makasih Fi.”
“Sama-sama.”
Tanpa sepengetahuan mereka, Aya mengukping percakapan mereka. Dia ingin memastikan bahwa Lisa menepati janjinnya. Dia juga sempat berpikir, Alfi ada apa-apanya dengan Lisa. Setelah tau kebenarannya, ia singkirkan pikiran buruk itu dan kembali turun dan pergi ke kelasnya.
Tangan Mariz gatel mau letakin poto Alfi yang tampan di sini
Wah, makin cakep aja nih anak 😍
Jangan lupa vote dan komennya
Maacih dah mampir
😄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top