4c. Tekanan Hidup (3)

"Nah, sekarang kita sudah berdua saja di sini.Mau bicara apa, Cantik?"

Cantik? Jijik, ih! Rika bersiap untuk menghadapi ulah lelaki itu. "Laporan sudah saya kirim lewat email. Apa pendapat Bapak?"

"Hm, menurut saya, semua masih dalam batas kewajaran. Nilai pekerjaan mereka sampai termin ini sesuai dengan nilai kontrak."

Rika masih bertahan di depan Janu, duduk tegak dan menatap lelaki itu dengan alis bertaut. Melihat gelagat suram, layaknya mendung menjelang badai, hati Janu ketar-ketir juga. Jangan-jangan ia akan diboikot oleh pegawai paling menarik di kantornya ini. Akhirnya, ia terpaksa membuka ulang dokumen yang dikirim Rika.

"Ya, sudah. Mari kita lihat sekali lagi," ucap Janu sambil bergaya mencermati layar laptop. "Hm, laporan pekerjaan tiang pancang. Pekerjaan persiapan ... oke semua. Pengukuran dan penentuan titik ... oke juga. Pengangkatan, kontrol tegak, pemancangan, penyambungan ...." Janu menggulir layar dengan cepat karena sudah tahu isinya. "Semua oke, Rika. Bagian mana yang bermasalah?"

"Coba Bapak cermati lagi hasil kalendering[2] dan PDA Test[3]," pinta Rika.

"Saya sudah membacanya. Semua parameter masih dalam batas yang dapat diterima," jawab Janu sambil tersenyum.

"Pak, biarpun hasilnya masih wajar, tapi mepet sekali batas toleransi. Kalau kita melihat kualitas, harus diakui bahwa Artotech bisa mencapai nilai yang lebih bagus dengan harga yang sama. Sistem kerja mereka juga lebih rapi dan terkoordinasi dengan baik. Kenapa Bapak ngotot memilih Krida Karya?" cecar Rika.

Janu tersenyum manis sekali sehingga Rika terkesiap dan semakin paranoid. Mengapa sang bos justru memberikan senyum indah itu di saat seperti ini? Pasti ada udang di balik bakwan, bukan?

"Sudah deh, Rik. Toh semua parameter dalam batas kewajaran. Lebih baik kamu fokus mengerjakan proyeknya Bu Herlina. Desain interior yang baru sudah selesai?"

"Hampir selesai, kurang desain kamar mandi saja."

"Bagus! Setelah makan siang, kamu dan Kimmy diminta datang ke lokasi. Dokter Damai mau melihat perkembangan pembangunan. Minggu lalu kan batal karena sibuk. Akhirnya diganti hari ini."

Rika langsung teringat wajah Damai yang di matanya sama sekali tidak mencerminkan kedamaian. Lidahnya mendadak kelu. Hidup macam apa lagi yang harus ia hadapi di sana?

Janu bangkit sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Sementara itu Rika masih bergeming karena upayanya menemukan kebocoran digagalkan begitu saja.

"Kenapa malah bengong? Ayo berangkat!" tegur Janu.

"Loh, sekarang jam istirahat, Pak."

"Iya, saya kepingin makan siang bareng kamu."

"Siapa saja yang ikut makan, Pak?"

"Cuma kamu lah! Masa saya harus mentraktir seisi kantor? Bisa bangkrut bandar."

Apa? Makan siang berdua dengan bos playboy ini?

Janu telah beranjak menuju pintu. "Ayo! Nanti kita langsung ke lokasi."

Apa lagi ini? Semobil berdua dengan si Bos?

"Kenapa sih ekspresimu seperti ketakutan? Saya tidak akan menculikmu."

"I-iya, Pak."

Rasanya, Rika ingin kembali ke Kalimantan. Biarlah makan hati melihat si duda keren sudah menyanding istri daripada bekerja dengan penjahat cinta seperti Janu.

_______________

[1] deep well adalah sumur bor dalam yang mengambil sumber air di lapisan bawah tanah dengan kedalaman sumur dapat berkisar antara 150 hingga 200 meter. Pengeboran ini harus mendapat izin dari pemerintah setempat.

[2] kalendering pada pemancangan tiang pancang adalah pengujian untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.

[3] PDA Test atau Pile Driving Analyzer Test adalah sistem pengujian daya dukung tiang pancang menggunakan data digital komputer yang diperoleh dengan memasang transducer dan accelerometer pada tiang pancang, kemudian tiang itu dipukul dengan palu dengan berat tertentu.

☆—Bersambung—☆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top