Chapter 32 Je T'aime (Aku Mencintaimu)
Virgo
"Vonne." Aku menahannya berdiri.
"Ya?"
"Je' t'aime." Kata-kata itu meluncur begitu saja.
Vonne mematung.
Aku gelagapan sendiri. "Maksudku ... aku hanya tahu kalimat itu dalam bahasa Prancis. Apa pengucapanku benar?"
"Oh, i—iya." Ada rona merah tersipu di wajah wanita muda itu.
Perlahan, aku mendekatkan diri. Menggenggam tangannya. Menatapnya setulus hati. "Aku benar-benar minta maaf. Saat itu, begitu mudah bagiku untuk menyerah padamu hanya karena kamu nggak bisa mengenali wajah ini."
Yvonne melepaskan genggamanku perlahan. Ia tersenyum canggung. "Nggak apa-apa. Reaksi kamu wajar, kok."
Gadis itu membuang wajah. "Aku sudah biasa didekati dan dijauhi tiba-tiba. Bahkan ayahku, pria yang memiliki hubungan darah saja bisa menelantarkanku, apalagi hanya kamu yang baru beberapa minggu ini mengenalku."
Aku menggelengkan kepala.
"Kamu salah." Aku menghalangi Yvonne yang hendak berbalik dengan kata-kataku. "Aku bukan ingin meninggalkanmu. Aku hanya nggak tahu harus bereaksi seperti apa begitu tahu kamu ... nggak bisa mengenali wajah."
Yvonne tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Aku mengerti."
"Aku sama sekali nggak berhenti memikirkanmu, Vonne."
Hening. Suara detak jantungku terdengar begitu jelas dalam keheningan ini.
"Kuakui, setelah kamu jujur tentang blind face, tentu saja aku syok. Di mataku, kamu begitu sempurna. Seseorang yang kubayangkan akan bisa kuajak berkencan, bercerita tentang hal baik dan buruk, kusapa saat pagi hari untuk memulai hari dan malam saat mengakhiri kepenatan. Kamu yang ada dalam benakku setiap detik dan membuatku selalu mengunjungi Bon Appetit."
Aku merasakan getaran yang sama menjalar di ruangan ini. Menambahkan kesan romantisme yang datang begitu saja tanpa kupinta.
"Berhari-hari aku berkutat dengan jurnal dan laporan kasus yang sama seperti yang kamu alami. Semua itu kulakukan dengan harapan aku bisa membantu—meskipun aku sudah tahu jawabannya akan seperti apa."
"Buta wajahku nggak bisa disembuhkan," tukas Yvonne dengan ekspresi datar.
Aku sedikit menunduk. "Ya, aku tahu. Itu juga membuatku terpukul dan merasa nggak berguna sebagai seorang dokter." Aku mengepalkan tangan.
"Kamu bukan dokterku," celetuk Yvonne tanpa mengubah ekspresi wajah.
"Tapi aku mencintaimu. Percaya ... ataupun tidak. Aku mencintaimu, Vonne."
Kedua bola mata Yvonne bergetar. Ia seolah-olah ingin mencari kujujuran dan ketulusan dari wajahku yang tidak bisa dibacanya. "Dengarkan suaraku, Vonne," kataku dengan lembut.
Yvonne mengalihkan pandangan. "Kamu hanya jatuh cinta dengan apa yang kamu lihat. Kamu nggak akan bisa menjalaninya bersamaku. Seperti yang aku bilang, nggak ada yang akan bisa berdiri di sampingku."
"Dari mana kamu tahu? Kenapa kamu bisa seyakin itu? Apa yang harus kulakukan agar kamu tahu kalau aku benar-benar mencintai dan menginginkanmu menjadi bagian dalam hidupku."
"Aku mungkin menjadi bagian dari hidupmu, tetapi kamu nggak akan pernah bisa jadi bagian dalam hidupku, Virgo! Itu kenyataannya."
"Kenapa?"
Yvonne tertawa sinis. "Menurutmu, apa yang bisa kulakukan bersamamu sementara aku bahkan nggak bisa mengenali wajahmu?"
"Apa itu penting?"
"Ya! Kamu sendiri yang membuktikannya. Kamu mencintaiku karena kamu punya mata yang bisa mengenaliku sebagai Yvonne. Sedangkan aku? Sama sekali nggak bisa. Aku punya mata yang justru tidak bisa kugunakan untuk mengenalimu sebagai Virgo!" Suara Yvonne bergetar.
"Aku sudah bilang kalau aku salah. Beberapa hari ini—saat aku berusaha mencari jalan keluar dari rasa dendam pada laki-laki itu—hanya kamu! Hanya kamu yang bisa meredamkan semua niat jahatku. Hanya dengan memikirkanmu! Kamu tahu yang terjadi? Kepalaku hampir meledak. Aku semakin merindukanmu, Vonne. Apa itu yang kamu bilang kalau cinta itu hanya tentang apa yang aku lihat sementara saat itu kamu ... nggak di depanku?"
Yvonne tidak menjawabku.
"Kalau cinta hanya datang dari mata turun ke hati, kamu nggak akan pernah tahu rasanya jatuh cinta karena nggak bisa mengenali wajahku." Aku mendekatkan wajah untuk menatap gadis itu lebih dekat.
"Katakan yang sejujurnya padaku. Kamu sampai rela datang ke sini, mencemaskanku, dan sekarang berdebat tentang perasaan denganku. Katakan yang sejujurnya. Apa kamu—sedikit saja—pernah mulai mencintaiku, Vonne?"
Gadis itu diam dan terlihat gelisah.
"Aku nggak memintamu untuk menerima perasaanku. Aku memintamu untuk jujur dan percaya pada perasaanmu sendiri."
***
Silakan baca cerita ini di aku wattpad dan storial @tanechan01. Kalau kamu suka dengan perjalanan hubungan Virgo dan Vonne, yuk komen yang banyak dan ajak temanmu untuk ikutan baca Love Sensory, ya :)
Big love, all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top