Bab 3: "Rival"

Malam itu keadaan kelas XI-1 masih sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.15 biasanya sudah banyak yang datang

Furuya yang baru saja datang dengan saudaranya yang lain segera duduk dibangkunya dan memasang earphone ditelingannya lalu memejamkan mata bersiap untuk tidur kalau saja suara kursi yang ditempati membuatnya jengah

"Fur"

"Hm"

"Nanti kita bimbel kek biasa"

"Hm"

"Lo udah ngerjain soalnya?"

"Hm"

"Bisa nggak lo ngomong selain hm?"

"...."

"...."

"Hm"

Ruki mengepalkan tangannya geram karena balasan singkat yang diberikan Furuya. Niatnya itu baik dia mau mengajak bicara musuh kesayangannya ini tapi dia malah dicuekin

BBBRRRAKKK

Pandangan semua orang yang ada didalam kelas tertuju pada pintu yang menampilkan sosok Rudy. Dia tersenyum sambil memasukki kelas XI-1 dengan santai seolah itu adalah kelasnya

Dia berhenti tepat di bangku Furuya dan menoel pipi Furuya membuat siempunya terbangun dan menatap datar pemuda di depannya

"Apa?"

Ini keajaiban!
Tidak biasanya Furuya akan membuka percakapan terlebih dahulu, biasanya dia hanya akan memandang datar lawan bicaranya sambil menunggu apa yang akan lawannya itu katakan

"Istirahat nanti bareng gue ok?" ajak Rudy dengan senyum lembut membuat beberapa cewek di kelas menjerit histeris bahkan ada yang memfoto dan menyebarkannya di grup kelas masing-masing

"Ok" jawab Furuya malas lalu kembali menutup matanya. Rudy mengelus rambut Furuya sebentar membuat Furuya merasa nyaman

"Gue balik dulu ya"

"Iya"

Setelah kepergian Rudy tadi, para cewek segera mengerumun dibangku Furuya, menanyakan apa hubungan mereka, kenapa Rudy bisa sebaik itu kepada Furuya dan hal-hal sepele lainnya. Tapi Furuya enggan menjawab jadi dia hanya diam dan mendengarkan

Sementara itu tanpa semua orang sadari Ruki yang tergeser agak jauh dari Furuya menggenggam erat buku yang ada ditangannya. Rahangnya mengeras menatap ke arah pintu dengan marah seolah pintu itu akan menampakkan wujud Rudy kembali

"Sial"

Ruki berdiri dari bangkunya dan keluar tanpa berbicara apa pun dan membuat Ayato, Laito, Subaru, Ken, Yuko, Kazuna dan Chiaki heran. Tak biasanya Ruki akan pergi keluar kelas pada saat hampir jam pelajaran dimulai, tapi mereka tetap diam dan memandang segerombola cewek yang masih ada di bangku Furuya

💙💙💙

Seperti kata Rudy tadi dia menepati janjinya. Sesaat setelah bel istirahat berbunyi dia segera bergegas menuju kelas Furuya

Furuya yang saat itu masih membereskan bukunya dikagetkan dengan tingkah Ruki yang tiba-tiba menahan tangannya. Iris biru baja Ruki menatap tajam ke iris biru cerah Furuya

"Jangan pergi"

"??"

"Lo nggak boleh keluar" Ruki menekankan setiap kalimatnya mengatakan dia sedang tak bercanda. Furuya hanya diam dan menatap datar ke Ruki

"Lo bukan siapa-siapa Furuya" Furuya segera menghempaskan tangan Ruki dan berjalan keluar kelas. Rudy sudah ada disana menunggu dirinya dengan senyum lembutnya

"Sekarang?"

"Iya"

Ruki menatap kepergian mereka dengan tak suka. Dia tanpa sadar meremas buku-buku jarinya hingga memutih. Ayato menepuk bahu Ruki sejenak membuat Ruki sontak menoleh ke arahnya

"Biarin" ucapnya lalu berlalu begitu saja. Ruki tak memahami maksud Ayato dia menatap punggung Ayato yang semakin menjauh

"Musuh kan nggak gitu" kali ini Laito yang berbicara dia menatap Ruli dengan senyum mesum lalu keluar dari kelas

Ruki tak mengerti maksud keduanya. Otaknya yang biasanya pandai tiba-tiba berhenti tak bisa berpikir untuk saat ini. Dia sungguh tak paham

"Gue kenapa sih??"

💙💙💙

Furuya sesekali menarik senyum dibibirnya membuat pesonannya bertambah berkali-kali lipat. Dia menatap cowok dihadapannya yang terus saja mengutarakan lelucon garing tapi entah kenapa untuk dirinya itu sangat menghibur

"Terus yang adeknya bilang sungai Amazon Bogor yang abangnya nyahut ah ngaco sungai Amazon bukan di Bogor tapi Semarang"

"Bego"

Mereka berdua tertawa membuat beberapa siswa yang melihat memandang kagum mereka berdua

Furuya menetralkan suaranya lalu menyeruput kembali milkshake choco-nya "Oh ya katanya lu bakal ikut Olim Matematika ya? Moga sukses deh!" ucap Furuya memberi semangat, Rudy merona tipis lalu mengangguk

"Lo juga bentar lagi kan ikut Olim Fisika, lo juga semangat" kata Rudy lalu mengelus rambut Furuya

Furuya menopangkan dagunya dan menatap bosan nasi goreng didepannya "Katanya sih cuma satu yang bakal ikut ntu Olim kalo nggak Furuya pasti ya si Kutu Buku"

Rudy menatap kasihan gadis disebelahnya tanpa sadar dia memeluk Furuya didepan banyak orang. Dia berbisik lembuy ditelinga Furuya "Gue yakin lo bakal ikut kok"

Semua cewek histeris dan segera memotret kejadian tersebut sementara semua cowok melongo dimeja mereka

BUAGH

"Akhh..sakitt.." Rudy mengusap kepalanya yang naru saja kena jitak oleh Furuya. Sementara Furuya hanya memandangnya datar

"Jangan peluk-peluk Furuya nggak muhrim" ujarnya datar lalu kembali memakan nasi gorengnya. Rudy terkekeh kecil lalu mendekat ke Furuya "Tapi kan bentar lagi bakal muhrim~"

Furuya memutar bola matanya tak menghiraukan Rudy yang terus-terusan menggodanya membuat semua cewek kembali histeris

Tapi ada satu orang yang hanya menatap mereka berdua dengan tatapan benci, tak suka, serta ...cemburu?

Ya dia adalah Ruki, awalnya dia hanya ingin berjalan-jalan ke sekitar sekolah tapi karena kantin yang sepertinya sangat rusuh membuatnya penasaran jadilah Ruki menengok apa yang terjadi

Ruki berjalan mendekati bangku mereka berdua dan segera menarik tangan Furuya "Ikut gue!"

Furuya menarik tangannya dan menggeleng "Lo bukan-"

"Gue pacar lo!" ucapan Ruki tadi sontak membuat seisi kantin terdiam, mereka menatap Ruki dan Furuya bergantian dengan ekspresi terkejut

"Lo bukan pacar Furuya!" bentak Furuya sambil menghempaskan tangan Ruki dan berdiri dia melirik ke arah Rudy "Lo balik ke kelas aja Dy, Furuya nggak papa"

Rudy sebenarnya hendak menolak namun saat dia melihat tatapan dingin dari Furuya dia langsung pergi tak ingin terjadi sesuatu

Furuya masih diam disana. Menatap Ruki dengan dingin Ruki juga balas menatapnya bahkan jauh lebih dingin dari Furuya.

"Lo bukan pacar atau ap-"

"Iya gue pacar lo!"

Furuya berdecih lalu memasukkan tangannya ke dalam saku celananya

"Jangan bilang alasan lo suka sama Furuya itu cuma karena kita udah lama bersama walau status kita musuh. Dan Furuya akan tetap anggap lo itu musuh klan Sakamaki" kata Furuya dingin dia diam sejenak dan menarik nafasnya

Semua murid berbisik-bisik tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Suasana semakin panas saat seorang gadis datang dan memeluk Ruki dengan manja

"Ruki~~ kamu kemana saja sih~~ aku tuh nyariin tau~~" gadis itu adalah Lulu. Gadis yang mengaku-ngaku sebagai pacar Ruki

Sebagian murid ada yang berdecih tak suka saat Lulu merangkul lengan Ruki dengan manja menurut mereka itu menjijikan.

Furuya menyeringai tipis "Lalu Lulu kau anggap apa? Oh atau kau menjadikan Furuya pelarian dirimu? Tck, benar-benar ya" Furuya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum remeh

Dia berbalik dan berjalan tapi sebelum sampai di depan pintu dia melirik kembali ke Ruki. Furuya membuat semuanya memutih dan membuat orang-orang menghilang hanya tersisa dirinya dan Ruki disana. Ruki menatap sekeliling heran dia lalu kembali menatap Furuya, dia mengendalikan pikirannya

Furuya maju selangkah mendekat ke Ruki lalu berbisik pelan disana

"Bagi Furuya Klan Mukami tak lebih dari pemasok darah bagi klan Sakamaki, jika kau mengerti jangan pernah ganggu Furuya lagi karena kau hanya lah pemasok darah tak berguna yang kebetulan menjadi setengah vampire"

Ruki memasang ekspresi terkejut, dia menatap tajam Furuya tapi Furuya hanya diam dan memandangnya datar

"Camkan itu"

Dan kemudian semuanya kembali seperti semula, Furuya juga kembali berjalan keluar kantin dengan tangan disaku rok miliknya meninggalkan Ruki yang terbungkam sambil menatap punggung Furuya yang lama-kelamaan hilang dikoridor

💙💙💙

Ruki menatap pantulan dirinya dicermin lalu menghela nafas. Kepalanya ia tundukkan dan membiarkan kran terbuka. Dia masih memikirkan ucapan Furuya tadi

"Bagi Furuya klan Mukami tak lebih dari pemasok darah bagi klan Sakamaki"

Pernyataan itu terus tergiang di kepalanya dan tak bisa berhenti sama sekali. Ruki menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya

"Kenapa rasanya sakit?" gumamnya lirih memegang dadanya, sebulir air mata turun ke wajahnya tapi Ruki cepat-cepat menghapusnya dan mencuci mukanya. Setelah itu Ruki kembali ke kelasnya.

💙💙💙


Furuya sibuk mencorat-coret buku miliknya, saat itu kelas sedang jam kosong dan hampir semuanya keluar dari kelas untuk kembali ke kantin atau berjalan-jalan entah kemana

"Nih"

Sebuah tangan menyodorinya kertas 7 × 5 cm, Furuya mendongak guna melihat siapa pelakunya. Itu Rudy yang sedang menunjukkan cengirannya

"Nonton?"

"Iya, mau kan?"

Furuya tampak berpikir sejenak, sebenarnya dia malas keluar untuk saat ini tapi berhubung nanti dia tak memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan maka ia pun mengiyakan permintaan Rudy tadi

"Ok! Jam 18.30 kujemput ya!" Furuya mengangguk lalu membalas lambaian tangan Rudy yang keluar dari kelasnya. Fia tersenyum kecil memandangi tiket tersebut

Sementara itu Ruki yang dari tadi melihatnya hanya diam dan menonton, ekspresinya tidak bisa dibaca yang jelas dia cemburu ke Rudy karena dengan mudahnua mendekati Furuya

"Bro sabar aja ya, mungkin Furuyanya udah eneg ma elo kan Na?" ejek Ken seraya menepuk bahu Ruki dan mengedipkan matanya ke Kazuna. Kazuna hanya memasang wajah jijik "Najis!"

"Wkwkwkwk sabar bro~ cewek tuh masih banyak~ kalo lo mau ada bejibun noh yang ngatri dapetin elo" tambah Chiaki mengompori dan tertawa bersama Kazuna dan Ken sementara Ruki memasang wajah kesal dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya

"Apa bener lo udah bosen ma gue Fur? Padahal kan gue pengen ngubah status kita"

💙💙💙

Bel pulang sekolah telah berdentang 5 menit yang lalu tapi Furuya dan Ruki masih betah berada di dalam kelas, mereka menunggu sampai semuanya pulang

Ruki sedang membaca bukunya sampai Furuya merebutnya dan mendorong paksa tubuh Ruki sehingga kini dirinya yang berada di atas

"Fu-Furuya?!"

"Diam"

Wajah Furuya kian mendekat ke lehernya, Ruki menutup matanya rapat-rapat bersiap menerima gigitan Furuya

1 menit...

2 menit...

3 menit...

Ruki mencoba membuka matanya karena tak merasakan gigitan Furuya, dia memandang ke arah Furuya yang hanya menatapnya dalam

"Ruki..."

"Y-ya?"

"Furuya mohon jangan jatuh cinta pada Furuya" dia bangkit dan duduk di sebelah Ruki begitu pula dengan Ruki yang kini duduk disebelah Furuya

Ruki memandang Furuya heran "Kenapa...?"

Furuya menggeleng lalu menghela nafasnya. Dia menatap iris biru baja Ruki lembut lalu tersenyum kecil "Kita tak akan pernah bisa bersatu"

Ruki terdiam ditempat mendengar penuturan Furuya, dirinya terkejut kenapa bisa sampai begitu? Tapi dia sudah terlanjur jatuh cinta pada Furuya

"Mungkin perasaanmu sekarang hanya kagum akan sosok Furuya bukan cinta" Furuya bangkit dan membersihkan roknya

"Furuya pulang dulu"

Tap

Tap

Tap

Suara sepatu Furuya menggema dikoridor yang kosong, meninggalkan Ruki yang masih di dalam kelas dengan perasaan campur aduk. Ruki menatap ke lantai dengan pandangan kosong tanpa dia sadari matanya memburam dan perlahan tetesan liquid bening dari matanya turun ke bawah

Rasanya sakit, dicampakkan seperti itu. Seharusnya Ruki tak perlu menangis karena hal ini namun sakit di dadanya membuatnya tak kuasa menahannya. Walaupun dia seorang laki-laki vampire sekalipun.

"Walaupun rasanya sakit aku akan tetap mempertahankanmu"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top