The Border (Tinkerbell AU)

Seekor peri mungil melintas dengan cepat dan antusias. Kepakan sayap transparannya bergerak cepat. Melesat seperti angin. Tupai besar di depannya berlari mendahului seperti takut tertangkap oleh peri yang lebih mungil darinya.

"Hei, tunggu!" Bella, peri hewan yang sedang bermain kerja-kejaran dengan tupai peliharaannya.

Dua makhluk yang berbeda itu bergerak kesana kemari. Si tupai melompat tak tentu arah dan si peri terbang menyesuaikan gerakan si tupai.

"Kena kau!"

Di suatu kesempatan si peri mendahului si tupai dan langsung mencegat di depan hidung si tupai.

"Tidak bisa lari lagi." Peri dengan rambut merah dan pakaian senada warna daun maple di musim gugur mencium dengan gemas hidung tupai. Hewan pengerat itu terlihat bahagia bermain dengan si peri.

Saking asyiknya bermain, mereka telah sampai di sebuah tempat yang sangat jauh dari Pixie Hollow.

Perbatasan.

Angin dingin berhembus menerbangkan rambut yang dikucir tinggi. Peri itu menoleh ke belakang.

Seharusnya matahari menghangatkan tapi sekarang peri itu merasakan dingin di sekujur tubuh. Tidak hanya dingin secara suhu, tapi juga dingin mencekam.

Peri itu menelan ludah. Melihat dunia yang berbeda dengan dunianya. Di depannya serba putih sementara dunianya penuh dengan warna. Tupai yang tapi menemani kini bersembunyi di balik punggung kecil si peri dengan sia-sia karena tubuh si peri lebih kecil dari tubuh tupai.

Seharusnya di setiap penghujung musim gugur peri hewan akan membawa hewan-hewan menyeberang Perbatasan. Sebuah pemandangan yang familiar bagi si peri dan tupai.

Hari ini benda putih bernama salju itu turun dengan sangat lebat hingga mengaburkan pandangan. Meskipun kedua matanya disipitkan, tetap saja tidak kelihatan apapun.

"Ayo pergi dari sini..." ujar si peri sambil mengendap-endap pergi dari tempatnya.

Tanpa sadar dari balik badai salju yang turun dari langit, sepasang mata mengawasi si peri dan tupai dari tadi.

"Hei, kau!"

Bella bergidik mendengar suara tanpa rupa seolah memanggil. Kepalanya menoleh ke sumber suara, dari Winter Woods. Dahinya berkerut melihat bayang-bayang peri dari balik badai salju.

"Halo..." sapa Bella dengan ragu sambil terbang mendekat meninggalkan tupai yang ketakutan di belakangnya. "ada peri di sana?"

"Hei!"

Sosok itu tiba-tiba mengagetkan membuat Bella terpental ke belakang.

"Kau?"

***

A yume fanfiction

Crossover IDOLiSH7 © Bandai Namco, Troyca, and Arina Tanemura and TinkerBell (and the Secret Wing) © J.M Barrie

The Border © bellasteils

Characters and pairs

Gaku x Bella (OC)

Art by Haruhi (@ MarionetteHRH11)

slight Noah x Minami

Diikutsertakan untuk Augustrope 2023 ~ 30 Days Writing Challege

Day 4: Your Fave Movie AU

Selamat membaca.

***

Beberapa bulan kemudian.

"Hei, Gaku? Apa kau di sana?" Bella berdiri di atas jembatan kayu. Di depannya saat ini adalah perbatasan antara Pixie Hollow dan Winter Woods. Kepalanya celingukan mencari keberadaan peri lain di tengah salju yang turun.

Samar-samar dari kejauhan terlihat bayangan peri lain. Senyum mengembang di wajah cantik peri hewan itu.

"Gaku!" panggilnya sekali lagi.

"Bella, maaf menunggu lama."

"Tidak apa-apa, aku baru saja sampai."

Bella duduk bersila di atas jembatan. Gaku juga duduk bersila di atas jembatan yang tertutup salju.

"Hewan apa yang kauawasi hari ini?" tanya Gaku.

"Hari ini aku melatih jangkrik mengeluarkan bunyi dari sayapnya."

Gaku menautkan alis. "Memang bisa kepakan sayap mengeluarkan bunyi?" tanya Gaku. Pertanyaan berikutnya membuat Bella menepuk dahi. "Hewan apa itu jangkrik?"

Bella lupa kalau serangga tidak bisa hidup di Winter Woods. Selama ini hewan yang menyebrang ke Winter Woods untuk hibernasi hanyalah hewan tertentu.

"Kalau di Pixie Hollow namanya serangga. Mereka kadang membantu pekerjaan seperti lebah yang mengambil madu dari sari bunga, atau kunang-kunang yang bagian ekornya bisa menyala di malam hari."

Gaku membelalak takjub. "Ada hewan seperti itu? Pixie Hollow tempat yang luar biasa." gumamnya.

Bella mengangguk sebagai respon.

"Kalau di Winter Woods bagaimana?" tanya Bella dengan antusias. Selama ini dia tidak pernah pergi jauh dari Pixie Hollow apalagi menyebrang Perbatasan. Ditambah aturan dari Ratu Clarion yang melarang peri menyebrang Perbatasan.

"Hari ini aku hanya membekukan beberapa tempat. Di sini semuanya serba putih. Tapi kau bisa melihat gletser kalau beruntung." Gaku memberi jeda sebelum melanjutkan, "Sebentar lagi musim dingin di Mainland jadi kami mulai sibuk mempersiapkan segala hal. Ah terima kasih kepada peri pengrajin yang sudah mengirimkan kami keranjang snowflakes."

"Ah benar juga. Sudah waktunya, ya. Aku juga sebentar lagi harus membawa hewan menyebrang Perbatasan."

"Kapan kau akan membawa mereka menyebrang?" tanya Gaku.

Bella memasang pose berpikir, "Dua hari lagi."

"Aku temani, ya?"

"Boleh." Bella mengangguk antusias.

Keduanya mendadak terdiam. Tidak seperti biasanya Gaku tak merespon dengan pertanyaan atau topik lain.

"Kalau saja ada solusi dari permasalahan ini." Bella menghela napas panjang. "Aku ingin sekali ke Winter Woods." suasana mendadak berat dan canggung.

Ketatnya aturan Ratu Clarion mengenai hal ini tidaklah tanpa alasan. Bella mengetahui kisah sedih dibalik diputuskannya gagasan ini. Terima kasih kepada Noah, peri penjaga Ratu Clarion, sekaligus saudara satu tawa Bella yang tidak bisa jaga mulut.

Beruntung Bella tidak pernah menceritakan hal ini kepada orang lain. Bercerita pun tidak akan ada manfaatnya. Hanya akan menambah rumor yang dibumbui opini pribadi.

Lagipula mana berani Bella mengumbar kisah pribadi peri yang paling dihormati di Pixie Hollow? Bella tidak seberani Noah.

"Aku juga ingin sekali mengunjungi Pixie Hollow." ucap Gaku.

"Hei, tunggu!" samar-samar suara seseorang mengejutkan keduanya.

"Tink?" gumam Bella.

"Hei, hati-hati." Berikutnya suara orang yang dikenal Bella.

"Fawn?" gumam Bella lagi, "Oh sial!" Serunya.

"Ada apa?" tanya Gaku.

"Aku lupa hari ini jadwal Fawn menyebrangkan hewan. Maaf Gaku kita sudahi dulu pertemuan hari ini."

"Baiklah, aku tunggu kau dua hari lagi." Gaku terbang kembali ke wilayah Winter Woods. Begitu juga Bella segera bersembunyi di balik rimbunan daun maple kemerahan.

Bella tak beranjak tapi memperhatikan Fawn dan Tinkerbell membantu hewan menyebrang Perbatasan. Peri itu tak tahu mengapa dia tidak segera pergi. Dia hanya memperhatikan Fawn berhasil membawa sepasang musang dan empat kelinci kecil.

Bella memutuskan untuk terbang kembali ke Pixie Hollow namun melihat Tinkerbell yang tiba-tiba saja masuk ke dalam Winter Woods menggoyahkan niatnya. Alisnya berkerut dan maniknya fokus pada peri pengrajin yang menghilang ditelan salju.

"Kemana dia?" gumam Bella. Saking fokusnya sampai hampir mematahkan ranting pohon.

Bella tahu kisah-kisah nekat peri pengrajin yang dikenal tak habis pikir. Pencetus peri pengrajin bisa terbang ke daratan saat pergantian musim, melintasi bagian Utara Neverland untuk sebuah cermin dari Incanta, berkawan dengan salah satu musuh peri yaitu manusia.

Bella merasa tak heran jika Tinkerbell juga akan penasaran dengan Winter Woods dan nekat masuk ke sana.

Fawn menyadari menghilangnya Tinkerbell. Segera pancingan yang dibawa peri pengrajin itu digunakan untuk menangkap Tinkerbell. Setelahnya Bella hanya melihat Tinkerbell di bawa ke Peri Ahli Penyembuhan.

***

Bella selesai menyebrangkan hewan-hewan ke Winter Woods untuk hibernasi. Tubuhnya loyo dan lunglai. Terbang seperti peri kehabisan bubuk pixie. Padahal bubuk emas yang menempel di sayapnya masih banyak.

Hari telah berganti malam. Tidak hanya menyebrangkan hewan, tetapi juga terlalu asyik mengobrol dengan Gaku hingga lupa waktu.

"Kenapa di saat aku jaga banyak sekali hewan yang harus aku sebrangkan?" gumamnya. "Untung ada Gaku di saat-saat terakhir. Beruang besar itu sulit sekali dibangunkan." Ceracaunya.

"Akhirnya selesai." kata Gaku. "Banyak juga hewan yang kau bawa hari ini."

"Yah, harusnya kerjaan Fawn tapi kemarin dia mengantar Tinkerbell mengecek kondisi sayapnya." Keluh Bella sambil duduk di jembatan batang pohon.

"Ada apa dengan sayapnya?"

Bella memajukan wajah, mendekatkan bibir ke mulut Gaku seperti Rosetta yang memulai dengan bahan ghibahnya.

"Aku melihat Tinkerbell menyebrang perbatasan dua hari yang lalu."

Gaku menautkan alis. "Dua hari yang lalu? Bukankah waktu kita bertemu?"

Bella mengangguk.

"Lalu?" Peri Winter Woods itu mulai antusias.

"Ujung sayapnya sedikit membeku tapi bisa dihangatkan dan sepertinya sudah kembali normal."

"Oh..." Respon Gaku secara singkat.

"Ada apa?" tanya Bella.

"Tidak. Kupikir Tinkerbell bisa menjadi solusi permasalahan ini." gumam Gaku.

"Apa maksudmu?" Bella memiringkan kepala meminta penjelasan.

"Entahlah aku merasa akan ada sesuatu terjadi setelah ini. Bukankah kau pernah cerita kalau Tinkerbell sedikit... unik?"

Bella memikirkan kembali kata-kata Gaku. "Benar juga." gumam Bella.

Tinkerbell seringkali membuat kekacauan. Namun dibalik kekacauan itu ada sesuatu hal baru yang bisa mengubah tatanan kehidupan di Pixie Hollow, dalam artian yang baik tentu saja.

Masih dalam pikiran kalut, tanpa sengaja manik Bella melihat Fawn membawa masuk beberapa ranting ke dalam ruang kerja peri pengrajin. Padahal ini sudah larut. Bella terbang turun ke bawah melihat Fawn dan kawan-kawan sedang sibuk membuat sesuatu yang nampak seperti... kendaraan?

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Bella sambil terbang mendekat.

"Hai Bella!" sapa Fawn. "Baru pulang?"

"Yah, lembur seperti biasa."

"Sst kita sedang membuat penemuan besar." bisik Silvermist dengan nada misterius.

"Vidia tolong ambilkan palu!" Tinkerbell masih fokus dengan pekerjaannya, tanpa mengangkat wajah ia menyodorkan tangan di depan peri terbang cepat itu. Membuat Vidia memasang wajah masam.

"Kenapa daritadi kau terus memerintahku?" tanya Vidia sambil bertolak pinggang.

Peri pengrajin itu mengangkat kepala. "Karena kau yang paling dekat." katanya.

Vidia memutar bola mata. "Baiklah." tapi tetap menyerahkan palu kepada Vidia. Berikutnya dia berganti posisi dengan Iridessa yang kebetulan berdiri di dekatnya.

"Kau lihat saja besok akan ada tamu spesial yang akan mengunjungi Pixie Hollow." ujar Rosetta menambah bumbu misterius.

Bella semakin tidak mengerti karena mereka semua enggan mengatakan secara langsung. Peri itu mengangkat kedua bahu bersamaan. Mencoba tidak peduli. Kedua matanya juga sudah berat ingin segera terlena pada kasur empuk.

"Baiklah, semangat semuanya." ujar Bella sembari pamit.

***

Keributan terjadi di Pixie Hollow. Bella baru saja memulai aktivitas setelah menyelesaikan tidur lebih dari jam yang seharusnya. Hari liburnya tentu saja dimanfaatkan dengan tidur atau pergi ke wilayah musim gugur untuk mengicip makanan. Walaupun seringkali Bella mendapat teguran namun beberapa peri musim gugur yang dermawan memberikan makanan hasil panen kepada Bella.

Belum sampai lima menit menuju pusat Pixie Hollow, Tinkerbell dan kawan-kawan melesat terbang dengan membawa seekor peri asing. Berpakaian biru dan berambut putih. Tubuhnya lemas seperti kehilangan cairan.

Bella penasaran segera mengikuti mereka. Bersama dengan kendaraan aneh yang semalam dilihat oleh Bella. Buble yang mengayuh alat itu dengan cepat. Dari ujung pipa yang melebar menghasilkan butiran-butiran salju.

Sampai di perbatasan, Tinkerbell dan yang lainnya segera menurunkan peri itu di perbatasan Winter Woods. Bersamaan dengan kedatangan Lord Milori yang turun dari burung hantu peliharaannya.

Bella tidak begitu mengerti apa yang terjadi. Dia hanya bersembunyi di balik rimbunan daun maple berwarna kemerahan seperti biasa. Konflik semakin memuncak ketika Ratu Clarion datang.

"Wow, pemain utama sudah berkumpul." gumam Bella kemudian segera menutup mulut yang lama-lama ketularan Noah.

Tidak tahu apa yang dibicarakan sehingga kemudian semuanya bubar dengan kepala menunduk dan lesu.

Sebelum Bella pergi dia sempat melihat Lord Milori membuat burung hantunya menendang alat buatan Tinkerbell dan kawan-kawan hingga tercebur ke dalam sungai. Meretakkan lapisan es yang mengapung di permukaan air.

Tidak ingin terlibat lebih jauh, Bella segera melesat pergi.

***

Hari-hari menjadi lebih dingin daripada sebelumnya. Pixie Hollow tidak pernah merasakan suhu sedingin ini. Sepanjang tahun bunga-bunga bermekaran dan matahari selalu menampakkan kegagahannya.

Bella menggosok kedua lengan secara bersamaan. Menciptakan gesekan yang menimbulkan panas meski hanya sekejab. Angin kencang berhembus menusuk bagian kulit yang terbuka.

Perintah darurat Ratu Clarion untuk segera menyelamatkan penguni Pixie Hollow, termasuk hewan dan serangga di dalamnya. Bella membantu mengamankan hewan dan serangga. Sebagian diungsi ke rumahnya yang kecil, seketika menjadi sempit dengan adanya kelinci, kumbang dan katak.

Ditambah Rosetta yang minta tolong untuk menyelamatkan beberapa tunas yang baru tumbuh untuk dibawa ke Mainland musim berikutnya.

Satu-satunya yang belum diselamatkan adalah Pohon Debu Peri. Bella segera melesat menuju pusat kehidupan peri di Neverland. Jika terlambat sedikit saja seluruh kehidupan peri akan hancur. Tapi Bella tidak tahu dengan cara apa menyelamatkan Pohon Debu Peri yang sebentar lagi akan membeku.

"Bella!" suara familiar mengejutkan Bella.

"Gaku!" seru Bella. "Apa yang kau..."

"Tidak ada waktu lagi, berlindunglah ke tempat yang aman." Gaku menyampirkan mantel daun yang dijahit. Diam-diam diambil saat peri musim panas membagikan kepada peri lainnya.

"Masuklah dan jangan keluar sebelum semua es mencair." Gaku tidak menjelaskan lebih detail. Namun manik Bella memperhatikan peri musim dingin menutup Pohon Debu Peri dengan kemampuan frost-nya.

Bella semakin paham ketika ratusan peri musim dingin berdatangan dan menutup semua kehidupan yang tersisa dengan frost. Termasuk Pohon Debu Peri.

Peri hewan itu mengangguk dan menatap manik Gaku dengan penuh harapan.

"Semua akan baik-baik saja." Gaku mendekat dan mencium kening Bella yang tertutup poni. Bella merasakan darah berdesir cepat menuju wajahnya.

Beberapa bulan mengenal Gaku, belum pernah mereka seintim ini. Paling jauh hanya merasakan genggaman tangan masing-masing saat Bella penasaran dengan suhu tubuh peri musim dingin. Ketika Gaku menciumnya ada perasaan hangat yang mengalir sampai telinga.

Gaku segera terbang meninggalkan Bella yang masih terpaku. Begitu sadar angin berhembus semakin kencang dan es makin menyebar, Bella segera berlindung dalam lubang bersama peri lain.

Semuanya saling merapatkan diri. Diselimuti perasaan khawatir atas apa yang terjadi di luar sana. Ekspresi tegang terlukis jelas di wajah peri-peri musim panas.

Kemudian semuanya menjadi gelap ketika peri musim dingin membuat frost pada permukaan pohon.

***

Beberapa jam berlalu. Keheningan masih menyelimuti. Bella sempat tertidur dan terbangun karena disenggol oleh seekor peri yang beranjak dari duduk.

Bella memandang secercah cahaya menembus melalui pintu yang terbuat dari daun yang dijahit. Satu per satu peri musim panas keluar dari tempat berlindung.

"Bella!" Gaku bergegas memeluk Bella begitu peri itu keluar dari persembunyian. "Kau baik-baik saja?"

Gaku memastikan setiap inci dari tubuh Bella tidak ada goresan atau luka.

"Aku baik-baik saja." ucap Bella dengan tersipu malu. "Kau sendiri?" Bella balik bertanya. Peri musim salju berjaga seharian hingga es yang menutup seluruh kehidupan Pixie Hollow mencair.

"Tidak apa-apa. Hanya saja..." Gaku menoleh pada Pohon Debu Peri. Bella ikut memandang sedih pada Pohon Kehidupan Pixie Hollow yang seharusnya bermandikan debu peri keemasan.

Bella memandang pada sayap transparan milik Gaku. Debu peri tersisa sedikit menempel di permukaan sayap. Bella memandang sedih, apakah Gaku masih ada persediaan debu peri? Berapa banyak yang dia pakai untuk terbang melintasi seluruh Pixie Hollow untuk mengamankan kehidupan?

Keputusasaan terpancar di wajah semua peri. Apakah ini akhir dari kehidupan Pixie Hollow? Bukankah dunia juga akan berakhir jika Pixie Hollow mati?

Wajah-wajah lesu menyelimuti. Tidak tahu lagi harus bagaimana.

Gaku merangkul bahu Bella. Menyalurkan kekuatan.

Di tengah rasa putus asa, keajaiban terjadi. Es di permukaan Pohon Debu Peri retak. Ribuan debu peri mengalir seperti air terjun yang jatuh. Jumlah yang tak terhingga, kemudian menciptakan danau yang besar.

Sorak gembira saling bersahutan.

Pixie Hollow kembali hidup.

Bella menahan air mata yang akan jatuh. Gaku segera mengusap dengan jemarinya.

"Syukurlah." ucap Gaku sambil memandang Bella. Bella pun memandang Gaku sambil tersipu. Tak disangka Gaku begitu menawan dilihat dari dekat. Jarak perbatasan yang memisahkan keduanya kini telah berakhir.

***

Bella segera melesat setelah peri musim dingin memberikan frost pada sayapnya. Langsung melesat menubruk Gaku yang sudah menunggunya di Winter Woods.

"Ajak aku keliling Winter Woods!" Bella sangat antusias. Pertama kalinya mengunjungi Winter Woods tanpa harus khawatir dengan sayap membeku.

"Serahkan padaku!" Gaku menggandeng tangan Bella kemudian mengajaknya terbang berkeliling. Mencoba permainan ice skating dan snowboard menggunakan kulit kayu yang terkelupas.

Bella bukan peri musim dingin, tentu saja ketika mencoba bermain snowboard gerakannya cukup payah. Levelnya berbeda jauh dengan Gaku yang sudah mahir bergerak kesana kemari bahkan melompat dan berputar di udara tanpa menggunakan kemampuan terbangnya.

"Woah!" Bella berseru kencang ketika kakinya tak bisa mengontrol snowboard sederhana dari kayu. Ia terjatuh dengan posisi duduk dan meluncur dari gunung salju ke bawah.

Gaku melesat menggunakan snowboarnya untuk menolong Bella. Namun Bella lebih dulu meluncur dengan cepat. Gaku segera meluncur lebih cepat dan menarik Bella sebelum peri hewan itu menubruk pohon pinus di depannya.

"Terima kasih." ujar Bella ketika Gaku menariknya. Peri itu membersihkan salju yang menempel di baju hangat buatan sendiri. Maniknya kemudian menemukan ketertarikan pada dua sosok familiar tak jauh darinya. Posisinya membelakangi sedang duduk sambil memeluk peri lain.

"Lho, Noah?" Bella terkejut memergoki saudara kembarnya Noah berada di Winter Woods sedang bersama dengan...

"Ahaha, halo Bella..." katanya sambil cengengesan.

"Natsume?" gumam Gaku. Mengenali peri musim dingin satunya.

"Halo Gaku."

Bella memandang Gaku. Gaku juga memandang Bella.

"Dia saudara kembar yang sering kuceritakan."

"Dia peri pengawal Lord Milori."

"Hei, kau cerita apa ke dia?"

Kedekatan yang intim diantara keduanya membuat Bella merasa curiga. "Jangan-jangan kau dan dia..." Bella menunjuk peri bernama Natsume.

Noah segera mengerti maksud dari Bella dan menjawab, "Seperti yang kaulihat." sambil mengecup pipi Minami. Segera mendapat pukulan di perut dengan siku Minami.

Bella menutup mulut dengan kedua tangan. "Rupanya banyak hubungan terlarang antara Winter Woods dan Pixie Hollow." gumamnya.

Tidak mau mengganggu kesenangan masing-masing, Gaku dan Bella segera terbang dan mencari lokasi lain untuk bermain snowboard. Sementara Noah dan Minami melanjutkan saat-saat kemesraan mereka.

"Seperti yang sudah kubilang, Tinkerbell menjadi jawaban atas masalah kita." ujar Gaku ketika menggandeng Bella terbang.

"Kau benar. Sekarang tak perlu khawatir lagi untuk menyebrang Perbatasan."

***

Selesai. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top