Simple things

For 2023 Yaotome Gaku's birthday

Bella memandang tamunya dengan membelalak mata seperti mau copot dari rongga. Yaotome Gaku sudah di depan apartemennya dengan setelan jas rapi. Bahkan rambutnya ditata dengan dioleskan gatsbi untuk melicinkan rambut silvernya. Di tangannya membawa sekotak strawberry shortcake kesukaan Bella.

Berbanding terbalik dengan Bella yang masih memakai kaos oblong dan celana pendek ditambah apron yang ternoda serbuk putih. Sebagian wajahnya juga tertutup serbuk putih. Rambut kemerahan yang dikucir tinggi tak luput dari korban.

"Kau habis ngapain?" Tanya Gaku mendelik melihat penampakan Bella.

"Gaku-san kenapa sudah datang!" Seru Bella. Melongok kepala ke dalam apartemen melihat jam kecil yang diletakkan di atas rak sepatu.

"Maaf maaf aku terlalu senang hingga tidak sabar untuk segera datang." Ujar Gaku sambil terkekeh.

Bella menundukkan kepala dengan lemas. Poni depan yang dijepit ke samping tidak bisa menyembunyikan ekspresi lelah dan stres.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Gaku dengan khawatir melihat Bella dalam keadaan kacau, "Sebenarnya apa yang terjadi?"

Biasanya orang akan marah kalau rekannya datang terlambat, kali ini Bella merasa kesal karena Gaku datang lebih awal. Bukan lima menit, tapi satu jam sebelum jam perjanjian.

'Ini terlalu cepat!' Batinnya frustrasi. Serasa ingin menjambak rambutnya sendiri.

Bella menghela napas panjang. Mengontrol mood yang seharusnya menjadi hari baik kekasihnya. Sebelah tangannya menggaruk belakang kepala yang tidak gatal sembari memandang ke arah lain.

"Um, sebenarnya..."

***

A yume fic for Yaotome Gaku's birthday

IDOLiSH7 ©️ Bandai Namco, Troyca dan Arina Tanemura

Story ©️ bellasteils

Selamat membaca

***

Yaotome Gaku memandang antara horor dan kagum pada dapur Bella yang berantakan. Pelaku di sampingnya seakan ingin kabur kembali ke negara asal, Islandia.

"Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat." Gumam Gaku.

"Percayalah, ini kenyataan." Bella ikut bergumam. "Aku sendiri bahkan mempertanyakan hal yang sama."

"Sejak kapan?" Tanya Gaku sambil memandang Bella yang lebih pendek sedikit darinya.

Bella memasang pose berpikir. Tidak sadar serbuk putih di pipinya sudah seperti bedak yang ditaburkan ketika kalah main kartu. Gaku memandangi dengan gemas sambil menahan tangannya untuk meraih ponsel untuk mengabadikan momen. Bella terlihat menggemaskan.

Ini sungguhan. Bukan karena Gaku suka menggombal di depan orang yang dia suka, tapi memang Gaku selalu jujur dan apa adanya.

"Sekitar dua minggu yang lalu." Jawab Bella. "Aku ikut kursus dua kali saja."

"Oh jadi itu alasan kau menolak untuk kuajak ketemuan?" Tanya Gaku langsung menangkap maksudnya.

Bella hanya nyengir. Nilai seratus untuk jawaban Gaku.

"Tapi ternyata membuat sendiri tanpa bantuan instruktur sangat sulit." Keluhnya sembari menghela napas panjang.

"Baiklah mari aku bantu..."

Bella segera menyela Gaku yang sudah bersiap melepas jas. "Tidak usah, Tuan." Katanya seperti seorang pelayan bangsawan. "Ini hari spesial Anda, biarlah hamba ini yang melayani Tuan."

Bella mendorong bahu lebar Gaku. Membawanya duduk pada meja makan yang sudah ditata rapi dengan hiasan bunga mawar merah dan putih hingga terkesan romantis lengkap dengan candle light di tengah meja. Tinggal makanan saja yang belum ada.

Namun Gaku menautkan alis mengingat masakan yang sedang dibuat Bella dengan spesial tidak masuk dengan hiasan di atas meja. Biasanya kalau hari spesial selalu menyajikan makanan mewah sejenis steak, tapi hari ini Bella menyajikan soba untuk hari spesial Gaku.

Soba.

Benar, soba.

Soba buatan sendiri.

"Ya sudahlah." Gumam Gaku. Makanan apapun pasti terasa spesial kalau dimakan dengan orang tersayang. Apalagi dibuat dengan cinta alias buatan sendiri.

Bella berniat untuk membuatkan semangkuk soba buatan sendiri untuk Gaku. Tidak hanya membuat sendiri dari bumbu dasar tapi juga membuat sendiri mie sobanya. Tidak heran kalau wajah dan bajunya ternoda tepung putih.

Gaku menunggu dengan sabar sembari membuka kue stroberi yang tadi dibawa. Terdengar bunyi berisik dari dapur. Bunyi panci, air keran yang dinyalakan dengan volume besar, api yang dinyalakan dan semua bunyi khas memasak di dapur.

Leader idol terkenal TRIGGER itu penasaran dengan apa yang dilakukan kekasihnya di dapur. Sayangnya terhalang oleh sketsel partisi berhias bunga sakura yang memisahkan ruang makan dan dapur. Namun Bella ngotot menyuruh Gaku untuk duduk saja.

Tak lama, bunyi kenop kompor dimatikan. Itu artinya acara masak Bella sudah selesai.

Gaku sudah antusias untuk melihat masakan buatan tangan Bella, namun gadis Islandia itu berlari ke kamar melewati Gaku yang memandangnya dengan heran.

"Mana sobanya?" Gumamnya Gaku dengan kesabaran setipis kertas.

Terdengar suara guyuran shower, kemudian sesuatu seperti benda pecah dan terjatuh. Gaku semakin mengerutkan dahi.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Gaku sebelum melongok ke pintu kamar yang sedikit terbuka.

Bella segera berteriak, "Jangan masuk! Sedang ganti baju."

Gaku segera menyingkir dengan semburat merah di pipi. Kembali duduk anteng seperti seekor anjing menunggu majikan dengan sabar.

"Maaf telah menunggu." Bella segera muncul dengan dress putih. Rambut merahnya diikat setengah dengan hiasan jepit bunga putih menyingkirkan sebagian poni. Tidak ada lagi bubuk tepung bekas adonan mie soba di wajah. Berganti dengan polesan bedak tipis, blush on tipis di pipi dan lipstik pink terpoles di bibir.

Bella menghela napas lega. "Akhirnya..."

Gaku terpukau kagum tidak hanya pada penampilan Bella yang menurutnya sempurna tapi juga kecepatan pergantian dari mandi hingga berdandan dalam waktu kurang dari setengah jam. Biasanya Gaku bisa menghabiskan waktu hingga tiga puluh menit lebih untuk menunggu Bella berias.

Bella kembali ke dapur dan menuju meja makan dengan membawa baki berisi semangkuk soba untuk Gaku dan satu lagi untuknya sendiri.

Manik Gaku berbinar melihat tampilan tempura soba buatan Bella. Meskipun sekilas bentuk mie sobanya tidak simetris, alias sebagian tipis dan sebagian tebal. Kuahnya beraroma rempah bonito dan kecap asin.

Secara penampilan tidak kalah dari milik restoran soba.

"Itadakimasu." Gaku antusias untuk segera menyantap soba di depannya.

"Eh sebentar!" Seru Bella ketika Gaku baru menyelupkan ujung sumpit di kuah soba.

"Ada apa?" Tanya Gaku. Seperti kesenangan yang baru dimulai tiba-tiba dipatahkan.

"Aku lupa sesuatu..." Bella bergegas ke dapur dan kembali dengan membawa dua lembar apron sekali pakai, yang biasa dipakai oleh kedai ramen dan sejenisnya agar cipratan kuahnya tidak mengotori pakaian.

"Pakai dulu." Bella menyerahkan apron itu kepada Gaku.

Jangan sia-siakan perjuangan Gaku yang datang dengan memakai setelan jas di bulan Agustus yang panas dan lembab.

"Baiklah, itadakimasu." Ujar gaku sekali lagi. Menyeruput mie soba yang katanya tidak simetris.

"Bagaimana?" Tanya Bella dengan binar penasaran.

Kali pertamanya membuat mie soba sendiri untuk orang lain.

Gaku lama terdiam sambil mulutnya mengunyah. Manik abunya bergerak ke kanan dan kiri.

Bella semakin memajukan kepala.

Setelah satu suapan masuk ke dalam lambung, Gaku berkomentar, "Enak..." dengan nada meragukan.

Bella menautkan alis, dahinya berkerut. Mencurigai pendapat Gaku soal masakannya. Tanpa mengatakan apapun, gadis Islandia itu menyeruput soba di depannya. Seketika dahinya semakin berkerut. Mulutnya berhenti mengunyah.

"Asin!" Serunya. "Gaku-san jangan bohong!"

Bella meraih air putih di samping. Menetralkan papila lidah yang kelebihan rasa garam. "Padahal tadi aku icip udah enak."

Bella menutup wajah, "Guð minn góður." Serunya dengan bahasa ibu. Kebiasaan ketika mengumpat bahasa Islandianya keluar.

"Tidak apa-apa, akan aku makan sampai habis."

"Sudahlah jangan dimakan lagi, lebih baik dibuang." Ujar Bella. "Kita makan kue yang Gaku-san bawa saja."

"Jangan!" Gaku segera mencegah tangan Bella untuk mengambil mangkuk soba. Tangannya menyeruput dengan cepat soba asin itu sambil menahan kelebihan rasa asin di lidah. Bella membuka mulut lama saking terkejutnya.

"Gaku-san!" Serunya mencoba menghentikan Gaku yang menyeruput tanpa henti. Kedua pipinya menggembung seperti mau pecah.

Tapi akhirnya Gaku menyerah. Mie soba masih tersisa setengah dengan kuah yang masih penuh. Sepertinya itu yang menjadi sumber rasa asin.

"Aku tidak ingin menyiakan masakan buatan tangan Bella." Ujar Gaku kemudian ia menghabiskan dua gelas air putih.

"Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih." Gumam Bella sembari menghela napas. "Seharusnya ini jadi kejutan ulang tahun..."

"Hei jangan sedih seperti itu." Gaku menghibur Bella yang sedih. Dibilang sedih lebih ke kecewa dengan diri sendiri. "Kamu kebiasaan langsung down untuk hal yang gagal pertama kali. Bukankah itu hal yang wajar?"

Bella terdiam dan mengangguk. Membenarkan perkataan Gaku. Sangat normal untuk gagal di awal percobaan. Apalagi Bella baru belajar dua kali saja.

"Sudah, sudah..." Gaku menghibur Bella, "Aku sudah sangat senang begitu tahu kau ambil kursus membuat mie soba."

"Kapan-kapan ayo bikin soba sama-sama." Ujar Gaku sambil menyunggingkan senyum lebar.

"Gaku-san bisa?" Tanya Bella. Senyum Gaku yang mengembang seketika menghilang.

"Jangan mengejekku, sebagai otaku soba harus tahu cara bikin mie soba." Katanya dengan bangga.

"Wah~ akhirnya kau mengaku juga."

"Sama sepertimu yang otaku sup kare."

"Aku belum bisa dibilang otaku karena tidak bisa membuatnya. Tapi baiklah kita impas, sama-sama otaku suatu makanan."

Bella lantas berseru mengingat satu hal yang terlewatkan, "Hei kita belum bernyanyi dan meniup lilin!"

Keduanya tertawa setelah sadar melewatkan satu hal penting di saat ulang tahun yaitu menyanyikan lagu Happy Birthday, berdoa dan meniup lilin. Gaku dan Bella melupakan sejenak mie soba yang akhirnya berakhir di tempat sampah. Bella menyalakan candle light dan lilin yang ditancapkan di strawberry shortcake yang tadi dibawa kemudian mematikan lampu utama membuat suasana lebih remang dan syahdu.

Usai bernyanyi dan makan kue bersama, keduanya bermain game seperti uno atau jenga. Sesekali bercerita masa lalu mengenai perayaan ulang tahun. Mengingat Bella bukan berasal dari Jepang tentu saja Gaku penasaran dengan perayaan ulang tahun di Islandia, negara asal Bella.

"Perayaan ulang tahun di Islandia tidak jauh beda dengan perayaan di Jepang. Bernyanyi, meniup lilin, makan-makan dan berkumpul dengan keluarga." Jawabnya.

"Kenapa kamu ada ide bikin soba?" Tanya Gaku penasaran. Satu balok jenga berhasil diambil.

Bella terdiam sejenak sebelum mengangkat kedua bahu, "Sekali-kali menyenangkan Tuan Soba di hari spesialnya." Ujarnya. Fokusnya kembali pada jenga. Gilirannya menarik jenga dengan pelan-pelan karena susunan balok itu sudah berlubang dan nyaris runtuh.

"Kalau setiap hari menyenangkanku juga tidak apa-apa. Aku ingin setiap hari makan masakan buatan Bella."

'Prang...'

Bella membelalak pasrah pada jenga yang benar-benar runtuh. Ditambah sedikit terkejut dengan ucapan Gaku barusan.

"Baiklah kau kalah, hukuman lagi." Gaku mengambil sejumput bedak putih kemudian mengoleskan di wajah Bella. Bubuk putih itu sudah hampir memenuhi pipi dan dahinya. Tak jauh berbeda ketika Gaku pertama kali datang ke apartemen Bella hari ini.

"Kenapa hari ini aku kalah terus?" Gumam Bella.

Gaku tertawa puas, "Karena ini hari ulang tahunku." Kemudian mencuri kecupan di pipi Bella. "Tapi kau terlihat menggemaskan seperti ini. Bella terlihat menggemaskan di situasi apapun."

Gaku segera mengeluarkan ponsel dan memotret Bella yang berlumuran bedak.

Bella berseru, "Gaku-san kau kejam!" Sambil menutup wajah yang merona. Adakalanya gombalan maut pria dengan julukan 'Paling ingin Dipeluk Sejagad' ini tidak mempan untuk Bella, tapi di suatu kesempatan tak terduga, gombalannya bisa membuat jantungnya berdegup tak karuan.

Gantian Gaku yang berseru dengan terkejut, "Kejam bagaimana? Apa yang sudah kulakukan?"

Bella ingin menjawab, "Kejam karena terlalu tampan..." namun akhirnya yang keluar dari mulutnya adalah, "sudahlah lupakan saja."

Akhirnya meninggalkan banyak pertanyaan di benak Gaku.

"Baiklah mari ulang lagi." Bella menyusun kembali balok jenga yang telah runtuh kembali menjadi satu bangunan tinggi di atas meja.

Malam sebelum tanggal 16 Agustus berakhir dihabiskan keduanya dengan bermain game. Tidak perlu bermewah-mewah untuk sebuah hari yang spesial. Meskipun sederhana kalau dilakukan dengan orang tersayang akan menjadi momen terbaik untuk dikenang.

***

Selesai.

Selamat ulang tahun, Yaotome Gaku~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top