proposal

IDOLiSH7 © Bandai Namco, Troyca, Arina Tanemura

OC and story © bellasteils

Pair: Yaotome Gaku x Bella Steils

***

Gaku paling tahu kesukaan kekasihnya Bella. Planetarium date keputusan yang tepat untuk membawa Bella kembali antusias dengan benda-benda langit.

Metropolitan Tokyo tentu saja tidak mungkin mewujudkan keinginan Bella melihat milky way, apalagi aurora. Harus jauh-jauh ke gunung terpencil untuk mendapatkan pemandangan milky way, yang mana tidak mungkin karena jadwal yang padat.

Terima kasih teknologi dan informasi, Gaku dengan mudah dan cepat mengantongi tempat planetarium terbaik di kota. Setelah menentukan waktu yang tepat, Gaku menyewa satu planetarium untuk tempat kencan mereka berikutnya.

Bukan hanya karena Gaku adalah seorang public figure terkenal dan tidak mau rumor pacarannya menyebar, ada niat lain di kepala leader idol grup TRIGGER ITU.

Gaku memandang kotak merah kecil berlapis beludru. Isinya tak lain dan tak bukan adalah cincin untuk melamar si gadis blasteran Jepang-Islandia itu.

Kotak di tangan segera disimpan kembali begitu Bella muncul dari balik kaca mobil depan. Gadis itu masuk di kursi penumpang sebelah Gaku.

"Maaf sudah menunggu, bisa-bisanya aku lupa bawa dompet." katanya.

"Kalau tidak bawa juga gapapa, kan aku yang bayar."

"Bukan masalah uangnya Gaku-san, tapi kartu tinggalku kan di situ. Sebagai orang asing yang tinggal di Jepang, itu barang wajib yang dibawa kemana-mana!"

Gaku sebagai warga Jepang tulen hanya merespon, "oh baiklah." tidak ingin berdebat tidak penting sebelum masalah kecil melebar dan merusak rencana indahnya hari ini.

"Baiklah kita berangkat!" Gaku menyalakan mesin mobil.

Sejak kecil Bella memang suka memandang langit malam. Terletak di lingkar utara menjadikan rumah Bella lebih mudah memandang aurora. Kalau cuaca sangat cerah dan mendukung, tirai raksasa di angkasa itu terlihat jelas dari jendela kamar tidurnya.

Tidak hanya aurora, planet, bintang, komet dan milky way adalah obsesi Bella.

Si gadis rambut merah itu nampak antusias. Berjalan dari satu titik ke titik lain. Membaca informasi yang tertera. Sesekali mengabadikan dengan kamera ponsel.

Gaku sebagai pacar nampak senang melihat senyum merekah di bibir si cantik kesayangannya. Apalagi hari ini Bella berdandan dengan sangat menawan. Walau tiap hari memang selalu mempesona.

Bella tiba-tiba celingukan.

"Ada apa?" tanya Gaku.

"Perasaanku aja atau tempat ini sepi sekali ya? Aku ga liat pengunjung lain dari tadi."

"Hanya perasaanmu barangkali. Aku tadi liat beberapa, kamu aja yang terlalu antusias."

"Tapi tetap saja rasanya aneh."

"Maklum lah bukan hari libur." timpal Gaku lagi mencoba berbagai alasan logis sebelum Bella semakin bertanya-tanya.

"Yah bisa jadi."

Gaku bernapas lega. Beruntung dia juga seorang aktor walau tidak bisa dibilang berbakat seperti Yuki dari Revale atau Yamato dari IDOLiSH7.

Pokoknya rencana hari ini harus sukses, itu batin Gaku.

Menuju bagian puncak dimana mereka melihat tayangan langit malam dengan benda-benda luar biasa yang tidak pernah dibayangkan. Dilihat berapa kalipun, benda bercahaya yang jaraknya puluhan juta kilometer cahaya itu selalu mengagumkan.

Gaku yang tidak ada obsesi dengan gugusan bintang pun nampak terpukau. Layar besar di atas kepala yang mirip bioskop itu masih memutar perpaduan milky way dan aurora yang menari-nari kesukaan Bella.

Di saat inilah Gaku melancarkan aksinya. Ia memegang tangan si gadis dan membawanya ke tengah ruangan. Bella nampak cemberut dengan dahi mengkerut. Kesenangannya terdistraksi oleh Gaku.

Namun cemberut di bibir segera sirna ketika Gaku berlutut sambil mengeluarkan kotak merah beludru. Isi di dalamnya diperlihatkan kepada Bella. Kemudian, Gaku melontarkan kalimat yang tidak pernah Bella sangka.

"Bella Steilsdottir, viltu giftast mér?"

Bella mematung sejenak. Mungkin otaknya sedang loading karena tiba-tiba Gaku melamarnya menggunakan bahasa Islandia yang cukup fasih. Ditambah suasana remang-remang romantis yang sengaja dibangun oleh Gaku bekerja sama dengan staff planetarium. Di langit-langit tidak berhenti menampilkan gugusan bintang yang cantik.

"Kamu melamarku?"

Gaku mengangguk.

Bella diam sejenak tanpa merespon. Ekspresinya nampak serius berpikir. Gaku sudah was-was dengan penolakan. Putra Yaotome Production itu mungkin terlalu percaya diri dengan lima tahun hubungan yang telah mereka jalani.

Alih-alih menjawab, Bella mengeluarkan ponsel. Entah menekan apa, dia memperlihatkan layar ponsel dengan kecerahan hampir maksimum di dalam kegelapan.

Gaku mau tak mau menyipitkan mata dan melihat apa yang diperlihatkan oleh Bella.

Sepasang cincin kawin.

Giliran Gaku yang mengerutkan dahi lalu memandang si gadis dengan penuh tanda tanya.

"Padahal aku sudah memesan cincin untuk melamarmu. Eh malah keduluan."

"Kamu mau ngelamar aku? Kan harusnya cowok yang ngelamar."

Bella menimpali, "Ini artinya kan aku mau nikah sama kamu."

Gaku terdiam.

Pria rambut silver itu tidak menyangkal pernyataan Bella. Hanya saja di dalam hatinya merasa beruntung melamar Bella secepat mungkin. Sebagai seseorang yang pernah mendapat gelar, 'Pria yang Paling ingin Dipeluk', tentu harga dirinya akan terluka kalau sampai Bella yang melamar duluan.

Bukannya Gaku patriarki, ia hanya ingin nampak gagah dan berwibawa di depan Bella.

Gaku terkekeh pelan. Ia mengambil cincin yang tersemat dan memakaikan di jari manis Bella. Sangat pas. Tidak longgar atau ketat.

Saat itulah Gaku kembali berdiri kemudian berucap, "kau memang selalu mengejutkanku."

Satu kecupan segera mendarat di bibir ranum si gadis. Dua tangan melingkar di pinggang masing-masing. Tiga kali kecupan segera berhenti, takut keblabasan. Empat mata saling menatap kemudian senyum merekah pada detik kelima.

Kembali keduanya menyatu dalam dekapan panjang sampai tayangan benar-benar berhenti. Lampu utama menyala dan segera balon dan confetti warna-warni berjatuhan entah darimana.

Bella memandang Gaku penuh selidik menyadari sesuatu, "kau lagi-lagi membuang uang untuk hal yang tidak perlu. Pasti planetarium ini sudah kau sewa juga?"

Gaku terkekeh. "Kali ini kau tidak bisa membaca rencanaku, sayang."

"Baiklah Tuan Yaotome Gaku, karena ini hari spesial aku biarkan kau melalukan apapun keinginanmu."

"Tentu saja, Yang Mulia Ratuku."

Kali ini Bella terkekeh. Genggaman tangan membawa mereka kembali mengelilingi seisi planetarium. Seperti halnya gugusan bintang yang telah ribuan tahun menggantung di langit malam, keduanya siap melakukan perjalanan cinta yang panjang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top