Hot and Cold 🔞
Warning(s): kinda mature content 🔞
IDOLiSH7 © Arina Tanemura, Bandai Namco, Troyca
Selamat membaca.
***
Angin menembus masuk melalui jendela yang barusan dibuka oleh Bella. Gaku yang tadinya asyik menonton ulang film Mikadzuki Okami langsung menggigil diterpa angin. Bella tanpa rasa bersalah duduk di samping Gaku sambil menyomot sebungkus terakhir Mugen-ebi rasa nori, lanjut nonton.
"Bella, kenapa kamu buka jendelanya?" tanya Gaku merapatkan kaki pada lembar selimut.
"Karena aku kepanasan." jawab Bella sekenanya. Keripik mugen nori langsung dilahap habis.
Gaku tidak habis pikir. Seketika ingat kalau kekasihnya datang dari negara Eropa Utara dimana suhu maksimal musim panas hanya mencapai 14 derajat Celcius. Berbeda dengan suhu Tokyo di musim panas yang bisa mencapai 30 derajat Celcius.
Namun cuaca memang tidak bisa diprediksi. Memasuki bulan Juni suhu naik secara signifikan. Mendekati awal bulan Juli, suhu menurun disertai angin dan hujan secara berkala.
Dari suhu 30 menuju 20 derajat Celcius merupakan penurunan suhu ekstrem yang membuat orang-orang harus melindungi kulit dengan tambahan jaket. Apalagi kulit Gaku cukup sensitif terhadap perubahan suhu.
Meskipun sudah pindah negara tapi ketahanan kulit Bella terhadap dingin tidak berubah. Pada perubahan suhu ekstrem seperti ini masih saja terasa panas baginya.
Sejujurnya Gaku ingin protes, tapi ia tahan. Pria yang selalu bertindak dan berucap jujur itu dalam sepanjang hidupnya, menjadi berubah di hadapan Bella. Bersikap mengalah dan menahan diri tidaklah buruk. Apalagi di depan wanita.
Gaku tentu saja sayang dengan Bella. Apapun jika demi Bella akan dia lakukan, bahkan kalau harus menembus tembok China.
Tapi kenapa dia harus menembus tembok China, ya?
Ada beberapa sifat wanita yang tidak bisa dimengerti oleh pria. Suatu hubungan tentunya tidak selalu diwarnai dengan tawa dan canda, ada pula warna sedih, marah, kecewa, penyesalan. Semua itu akan luluh dengan adanya komitmen kedua belah pihak untuk saling menghargai satu sama lain.
Bagi Gaku, mengalah di hadapan Bella karena dia tidak ingin mengulang pertengkaran konyol seperti tempo dulu. Hal sepele seperti soba dan udon bisa menjadi retaknya suatu hubungan.
Kalau diingat memang terasa konyol. Egoisme Gaku dimana soba merupakan makanan nomor wahid sejagad raya.
"Aku mau makan udon, Gaku-san." Bella berujar dengan penekanan penuh di bagian namanya.
"Kenapa harus udon, bukan soba?" tanya Gaku di kursi pengemudi. Belum juga menyalakan mesin karena masih belum menentukan lokasi makan malam bersama.
Bella memandang heran kekasihnya. Kemudian menahan diri untuk tidak mencak-mencak dengan frustrasi dengan menghela napas panjang. Hari-hari melelahkan dengan tugas kuliah dan pekerjaan, jangan ditambah stres dengan otaku-soba seorang Yaotome Gaku. Sebelah tangan menutup wajah dengan pasrah.
"Seminggu ini aku sudah mabuk dengan soba, Gaku-san."
"Tapi tidak dengan pesan udon."
Bella menutup wajah dengan kedua tangan lagi. Menghela napas panjang sambil menghitung satu sampai dengan sepuluh dalam bahasa Islandia. Gaku kali ini mengerti perhitungan dalam bahasa ibu kekasihnya, tapi tidak mengerti kenapa Bella melakukan itu.
"núll, einn, tveir, þrír, fjórir, fimm, sex, sjö, átta, níu, tíu..."
"Kenapa kau berhitung?" tanya Gaku.
"Gaku-san, turun!" ujar Bella tegas.
Gaku melotot. "Hah?"
"Pindah tempat duduk! Biar aku yang menyetir." Bella melepas sabuk pengaman. Keluar dari mobil dan menuju pintu pengemudi.
Gaku tidak mengerti tetapi Bella tetap memaksa Gaku pindah ke kursi samping. Tanpa mengetahui apapun, Gaku menurut saja membiarkan Bella mengendarai mobil menuju suatu tempat.
Gaku tidak berani memecah suasana canggung. Alasan lain Gaku juga tidak ingin membuyarkan konsentrasi Bella menatap jalanan. Gadis itu baru saja mendapatkan SIM Jepang, tapi sekalinya praktek langsung dalam suasana penuh emosi.
Gaku masih sayang nyawa.
Pada akhirnya, Bella memilih memesan sepaket burger drive tru di McRabbi untuk dimakan bersama di rumah. Kenapa tidak makan di tempat? Tentu saja demi menghindari hal yang tidak diinginkan.
Gaku seorang idol terkenal, Bella baru saja tampil di acara TV. Setidaknya ada sedikit peluang untuk bertemu dengan fans.
Pertengkaran konyol itu diahiri dengan makan burger di rumah sambil membahas hal lain. Tertawa bersama sambil menonton drama yang dibintangi oleh Yuki dari Re:vale dan Nikaido Yamato dari IDOLiSH7.
Bella menyebut pertengkaran itu sebagai soba vs udon. Beberapa kali kejadian itu terulang tapi Gaku segera menahan diri dan memberikan opsi lain ketika mengungkit soba vs udon.
Sekarang gadis itu sudah resmi menjadi istrinya. Duduk di sebelah dalam balutan piyama merah muda dengan motif stroberi. Rambut merahnya digerai tapi poni yang menutup kening dijepit ke samping.
Gaku mengagumi Bella dalam penampilan apapun. Pakaian kasual, jas, kimono, yukata, gaun pernikahan. Bahkan wajah masih mengantuk dengan rambut acak-acakan di pagi hari menjadi favorit Gaku.
Angin kembali berhembus. Gaku menggigil. Selembar selimut masih belum bisa menahan kulit Gaku dari rasa dingin. Pria itu memutar otak untuk mencari solusi agar keduanya nyaman.
Kemudian, terlintas ide licik di kepala Gaku. Pria itu merapatkan diri ke arah Bella yang masih fokus menonton sambil menyeruput bir. Film sudah berada di plot puncak konflik hingga pandangan Bella tidak terganggu untuk melihat yang lain. Terutama suaminya yang sedang kedinginan.
"Woah!" Bella buru-buru menyeimbangkan bir yang berguncang. Gaku tiba-tiba memeluk Bella dari belakang dan mendaratkan dagu di pundaknya.
"Kenapa, Gaku-san?"
"Aku kedinginan." gumamnya manja. Mencium aroma lavender dari pundak Bella.
"Hahaha, geli Gaku-san!" seru Bella. "Aku tutup saja ya jendelanya."
"Tidak usah." Gaku memotong dengan cepat. Bella memandang heran. "Begini lebih baik."
Pria rambut silver itu merapatkan pelukan. Meminta transfer suhu tubuh. Meskipun sebenarnya hanya modus Gaku supaya bisa lebih intim dengan istrinya.
Gadis Islandia itu membiarkan prianya berbuat sesuka hati sementara Bella kembali fokus menatap layar televisi. Namun perlakuan Gaku semakin intens menghirup dan menciumi aroma lavender dari tubuh Bella.
Seperti pecandu sedang sakau.
Memang membuat candu.
"Gaku-san ingin nonton film atau melakukan hal lain?" tanya Bella. Agaknya gadis itu merasa terganggu. Ada nada mengundang dari kalimatnya.
Gaku menopang dagu di bahu Bella. Memperhatikan dari samping wajah bete Bella yang terkesan dibuat-buat. "Tadinya sih mau nonton film, tapi kalau Bella mau melakukan yang lain tidak masalah."
Bella memutar bola mata seketika berbalik dan duduk di pangkuan Gaku. Gadis itu menaikkan dagu Gaku menggunakan ujung jari telunjuk membuat pria itu sedikit mendongak. Memandang si cantik dari bawah.
"Bukankah itu keinginan Gaku-san?" ujar gadis itu. Gaku menyunggingkan seringai. Kala itu juga Bella maju mengecup dan mencumbu bibir prianya.
Gaku dengan tangan terbuka dan lapang dada membalas cumbuan dari gadisnya. Beberapa kali kecupan sehingga keduanya kehilangan pasokan oksigen.
"Dasar nakal." bisik Bella.
Gaku membalas dengan seringai kemudian mendorong si gadis hingga terbaring di sofa. Kedua tangan Bella dikunci di atas kepalanya. Kedua kakinya ditahan dengan berat tubuh Gaku. Sia-sia jika berkutik. Gaku sudah mengunci pergerakan Bella.
"Siapa yang nakal sebenarnya?" gumam Gaku. Seringai semakin menjadi buas karena mendapat respon positif. Bella memiringkan kepala. Memperlihatkan bagian leher yang terbuka. Membuka hasrat Gaku untuk memberikan tanda kepemilikan.
"Hangatkan aku..." pinta Gaku.
Bella memandang Gaku sambil cemberut.
"Kau mau membuatku semakin kepanasan, ya?"
Gaku tidak merespon. Segera mengunci bibir Bella dengan bibirnya.
Angin dingin yang berasal dari luar, terkalahkan oleh panasnya kegiatan dua manusia di dalam ruangan.
***
Selesai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top