Hausthiminn
IDOLISH7 ©️ Bandai Namco, Troyca, Arina Tanemura
Hausthiminn ©️ bellasteils
Original character (Bella Steilsdóttir) ©️ bellasteils
Yume:
・GakuBella
Selamat membaca
***
Gaku dan Bella sedang di dalam mobil yang melaju membelah jalan tol. Manik abu-abu milik Gaku secara berkala melirik pada Bella yang hanya diam memandang luar jendela. Membiarkan angin sepoi menerbangkan helai rambut yang diikat rendah. Tidak seperti biasanya gadis itu membisu. Tenggelam dalam pemandangan gedung pencakar langit yang sebentar lagi digantikan oleh perumahan pinggir kota.
Bukan seperti Bella yang biasanya, cerita-cerita seperti kejadian remeh temeh yang terjadi di kampusnya tidak terlontar dari bibir manisnya. Mobil yang melaju membelah jalan raya selalu diisi dengan celotehan Bella tanpa henti, hari ini seperti absen.
Gaku bertanya-tanya tapi tak menemukan jawaban. Bella sendiri juga tidak memberikan jawaban memuaskan meskipun sudah ditanya.
"Kau kenapa?" tanya Gaku. Seperti biasa ketika jadwal sebagai entertainment tidak padat, Gaku menjemput Bella usai syuting acara TV yang kebetulan Bella hadir sebagai bintang tamu.
Salah satu kegiatan kencan mereka berdua yaitu pergi jalan-jalan dengan mobil tanpa tujuan. Ujung-ujungnya akan berakhir makan di kedai kecil pinggiran kota yang dikelola oleh pasangan kakek nenek yang masih segar bugar melayani pelanggan. Kedai yang telah berjalan beberapa generasi tidak punah tergeser oleh zaman. Menikmati makanan lezat yang tak disangka bisa ditemukan di pinggiran Tokyo.
Suatu kebetulan keduanya memiliki kesamaan hobi; jalan-jalan dengan mobil.
"Tidak apa-apa." Bella menjawab dengan datar. Jelas Gaku merasa aneh dengan gadis blasteran Jepang-Islandia itu, tapi Gaku bukanlah peramal yang bisa mengetahui isi hati orang. Apalagi seorang perempuan. Jadi, sebelum ia lagi-lagi salah bicara, lebih baik diam saja sampai kekasihnya cerita sendiri.
"Oh, oke." jawab Gaku, "mau kemana kita?" Gaku bertanya sebelum menyalakan mesin mobil.
"Terserah kau saja." jawabnya terlihat malas dan tidak bersemangat.
Gaku mengernyitkan dahi. Kali ini pemuda itu yakin Bella sedang banyak pikiran sehingga tidak bisa menentukan tempat tujuan. Paling tidak ketika kehabisan tujuan, Bella akan bertanya balik dengan, "Apa ada tempat yang ingin Gaku-san kunjungi?"
Pedal gas diinjak sedikit lebih dalam, menyebabkan laju mobil semakin kencang kemudian menyalip mobil di depannya. Tidak, Gaku tidak marah. Gaku hanya ingin segera sampai ke tempat tujuan. Pria itu tahu tempat yang tepat ketika Bella sedang dalam emosi tidak stabil.
"Sudah sampai..." Gaku selesai memarkir mobil dengan mulus dan tepat. Bella tersadar dari lamunan ternyata mobil sudah berhenti di parkiran yang hanya terisi mobil mereka.
"Oh, oke." jawabnya seperti tak ada semangat hidup.
Usai mengunci mobil, Gaku menggandeng tangan Bella. Seperti takut gadis yang banyak melamun itu tanpa sadar tersandung batu di depannya. Membawa gadis itu ke sebuah taman yang cukup sepi di pinggiran kota.
Taman yang kebetulan mereka temukan ketika nyasar ke suatu tempat. Tak nampak sering dikunjungi tapi entah mengapa dirawat dengan baik. Berbagai jenis bunga bermekaran dengan warna beragam. Ketika masuk lebih dalam ada sebuah kuil. Sayangnya karena sudah termakan usia, kuil itu terlihat bobrok dan tumbuh ilalang di sekitarnya.
Jika matahari sudah menuju ke arah barat, kesannya seperti sedang wisata horor. Namun saat ini cuaca masih siang. Tidak ada hawa merinding dari wilayah gelap dan misterius yang dihuni sosok tak kasat mata.
Tak jauh dari taman itu, jika berbelok ke kanan dari kuil, akan ada pemandangan laut dengan garis cakrawala yang membentang. Benar, lokasinya memang berada di atas tebing. Gabungan nuansa hijau pepohonan dan birunya laut. Tempat yang tepat untuk melepaskan lelah dan stres.
Manik cokelat Bella berbinar. Enam puluh persen wilayah Islandia yang terdiri dari pegunungan, gletser dan tundra, menjadikan Bella sangat dekat dan mencintai alam.
"Haaah~" Bella menghela napas panjang kemudian bergumam, 'núll, einn, tveir, þrír, fjórir, fimm, sex, sjö, níu, tíu...'
Mengenal Bella lebih dalam, Gaku hapal kebiasaan kekasihnya ketika isi kepala dan hatinya sedang penuh emosi negatif; menghitung dalam bahasa Islandia dari satu sampai sepuluh sambil menghela napas.
Katanya, hal itu bisa meredakan emosi sesaatnya.
Gaku memandang Bella yang masih menghirup udara segar. Aroma klorofil daun hijau dan angin sepoi yang berasal dari laut sedikit menenangkan gadis itu. Kedua tangan mereka masih menyatu dalam genggaman selama tiga puluh menit. Tidak ada yang bersuara. Gaku pun menahan diri untuk tidak bertanya meski mulutnya sudah sangat gatal.
Ia tak bisa dalam situasi awkward bersama Bella yang bukan Bella.
Dua manusia itu berpindah duduk di bangku kosong yang dikelilingi oleh rerumputan dan beberapa tangkai bunga liar.
"Apa aku orang jahat, ya?" Bella menghela napas seolah bebannya sungguh berat. Nampak emosinya sudah lebih tenang.
Gaku mengernyitkan dahi sambil menoleh pada kekasihnya. Seperti biasa, Bella selalu membuka cerita tanpa konteks dan dasar 5W+1H. Tidak jelas sedang membicarakan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Menghindari bar emosi negatif Bella kembali naik, Gaku diam saja sambil menunggu lanjutannya.
"Aku tidak bermaksud menyakiti temanku, tapi dia merasa tersinggung dengan apa yang kukatakan. Padahal sungguhan aku tidak pernah bermaksud seperti itu."
Bella memberi jeda dengan nada yang ambigu. Seperti ada hal lain yang ingin disampaikan. Gaku memutuskan untuk mendengarkan sampai akhir.
"Sekarang dia malah menjauh tanpa konfirmasi apapun kepadaku, kemudian menyebarkan fitnah kepada teman-temannya."
"..."
"Aku sering kepikiran karena merasa seolah semua orang menjauh dariku. Tapi kurasa itu tidak mungkin."
Bella kemudian diam. Tak tahu lagi harus mengatakan apa. Gaku pun ikutan diam. Merangkai kata-kata dalam otak supaya tidak menginggung Bella yang padahal maksudnya tidak seperti itu. Hati Bella sedang diliputi kegundahan, sedikit saja menyentuh perasaannya yang sensitif, semuanya bisa runyam.
Gaku sadar setelah mengenal Bella ia jadi lebih peka dengan keadaan sekitar. Sebelumnya ia selalu asal jeplak ketika mengutarakan pendapat tanpa melihat siapa dan situasi seperti apa yang sedang terjadi. Walaupun maksudnya adalah mendukung, tapi jika dikatakan dalam kalimat lain tentunya bisa menimbulkan ambiguitas. Salah-salah menyinggung.
"Yah, begitulah. Mungkin aku sedang sensitif saja karena pengaruh pms." lanjut Bella kemudian. Selain menenangkan diri, juga menenangkan kekhawatiran Gaku.
Gaku paham dia sedang melakukan perlindungan atas perasaannya. Merasa seolah semua baik-baik saja padahal tidak. Gaku mungkin tidak begitu paham dengan perasaan itu karena dia tipikal pria yang akan mengabaikan apapun pendapat orang.
"Bagaimana mengatakannya ya..." gumam Gaku.
Bella menoleh sebentar kemudian menundukkan kepala.
"Menurutku, kau terlalu memikirkan hal yang tidak perlu." ujar Gaku kemudian. Bella sedikit memanyunkan bibir seolah tidak puas dengan jawaban yang diterima.
Gaku segera meneruskan sebelum Bella kembali badmood. "Biarlah orang-orang berkata apapun tentang dirimu. Bella adalah Bella. Mereka hanya tidak tahu kau yang sebenarnya. Temanmu itu... kupikir bukan teman Bella."
"..."
"Kalau dia merasa tersinggung dengan ucapanmu, sebaiknya dia minta kejelasan langsung darimu. Bukan malah menyebar fitnah. Itu sih kekanakan namanya. Aku tahu Bella tak pernah bermaksud jahat. Aku yakin dia hanya salah paham dengan Bella saja. Kalau temanmu itu mau meninggalkanmu biarkan saja, dia mau mengatakan apapun juga silahkan saja."
Bella masih bungkam.
"Aku mengatakan ini bukan hanya karena aku kekasihmu, tapi aku yakin teman-teman yang mengenalmu, bahkan Bella sendiri tahu nilai dalam dirimu. Jadi jangan dipikirkan. Mungkin dia memang bukan teman yang pantas untuk Bella."
Bella terdiam mencerna kata-kata dari Gaku.
Sebagai idol yang dikenal banyak orang, tidak selalu memberikan dampak positif seperti disukai oleh banyak orang. Terkadang ada juga beberapa oknum yang mencoba menjatuhkan dengan memberikan ujaran negatif.
Gaku mengatakan demikian tentu dengan dasar yang jelas. Pengalaman memang guru yang terbaik, begitu kata pepatah. Sebagai idol yang dikenal banyak orang, tidak selalu memberikan dampak positif seperti disukai oleh banyak orang. Terkadang ada juga beberapa oknum yang mencoba menjatuhkan dengan memberikan ujaran negatif. Bella masih harus banyak belajar juga dari Gaku. Menghadapi berbagai macam sifat manusia memang butuh teknik dan juga jam terbang yang tinggi.
"Sepertinya Gaku-san benar."
"Tentu saja aku benar!" timpal Gaku dengan rasa percaya diri setinggi langit. Bella terkekeh. Beginilah Yaotome Gaku yang apa adanya. Terkadang Bella merasa tingkat percaya diri Gaku terlalu tinggi juga bisa menjadi sebuah motivasi.
"Hahaha, Gaku-san tetaplah Gaku-san." timpal Bella disertai tawa. "Kupikir itu yang aku suka darimu."
Gaku menyunggingkan senyum dan entah mengapa tangannya memetik setangkai bunga di samping bangku kemudian menyematkan bunga itu ke telinga Bella.
"Akhirnya kau tertawa juga." ujar Gaku. "Aku tidak suka melihatmu murung begitu. Aku suka Bella yang apa adanya dan ceria. Bella yang suka menceritakan hal-hal remeh. Bella yang bahagia yang dengan melihat laut atau kelinci, makan sup kare atau sup jagung."
"..."
Bella menundukkan kepala. "Maaf sudah membuatmu khawatir."
Gaku mengusap puncak kepala Bella. Mengacak pelan helai rambut kemerahan yang sudah diikat dengan rapi. "Aduh Gaku-san! Rambutku jadi berantakan!"
Gaku terkekeh mendengar Bella yang berontak melindungi bagian kepalanya.
"Kalau begitu, mau makan es krim?" ajak Gaku.
Manik Bella berbinar mendengar kata es krim. Lantas menganggukkan kepala dan menyahut, "Ayo!"
Rambut berantakan yang dipermasalahkan Bella akhirnya dia lupakan. Pada akhirnya ia melepas ikatan dua kepang dan membiarkan rambut kemerahan bergelombangnya dibiarkan tergerai. Gaku merasa ingin memainkan helaian rambut Bella yang bergelombang karena rambut kemerahan panjang itu menjadi favorit pemuda itu.
Gaku menggandeng Bella kembali ke parkiran. Perasaan Bella sudah kembali ringan dengan mengayunkan jemari yang tertaut seperti anak kecil. Es krim memang tidak pernah kalah menjadi penyemangat bagi Bella. Gaku ikut tersenyum melihat tingkah Bella yang menggemaskan. Suasana hati Bella dengan cepat berubah hanya dengan makan es krim.
Memang benar pepatah Jepang yang mengatakan, onna gokoro to aki no sora, yang secara harfiah berarti hati wanita dan langit musim gugur. Hati wanita itu ibarat langit musim gugur yang selalu berubah-ubah. Seperti perasaan Bella yang sebelumnya mendung, berubah menjadi cerah dalam waktu sekejab.
***
Selesai
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top