Change (ayakashi mangekyo karatogaokuri au)
Change | yumeーgakubella (ayakashi mangekyo karatogaokuri au)
IDOLiSH7 ©️ Bandai Namco, Troyca, Arina Tanemura
Change ©️ bellasteils
Main characters:
Hanabusa (Yaotome Gaku) and original character (Bella) ©️ bellasteils
Art by momo_bao27 (twitter)
Selamat membaca.
***
"Bella kau rupanya?"
Hanabusa masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kendati demikian otaknya cepat memproses apa yang sedang terjadi.
Seperti biasa Hanabusa mengajak pergi berdua dengan gebetannya untuk melihat bulan purnama musim gugur yang selalu terlihat merah dan bulat sempurna. Berdua di salah satu kedai mochi terkenal. Tempat dimana biasanya katanashu beristirahat usai patroli.
Hanabusa mengira apakah ini alasan Bella menolak ajakannya untuk melihat bulan purnama? Bahkan hari ini gadis beryukata putih dengan motif bunga itu terlihat lebih gelisah dari biasanya.
Menggabungkan situasi yang terjadi dengan kondisi lingkungan serta gelagat Bella yang tak biasa, sel-sel otaknya segera menyimpulkan. Ditambah bulan-bulan sebelumnya Bella selalu menolak ketika diajak pergi di malam bulan purnama.
"Kau ternyata yokai... dan kau hanya bisa berubah ketika bulan purnama saja."
Bella tidak menjawab apapun. Bahkan dengan gestur anggukan atau gelengan. Maniknya yang biasanya berwarna cokelat berubah menjadi merah. Pandangannya kosong seperti jiwanya disedot oleh bulan besar yang menggantung di belakangnya. Namun tubuhnya masih di sini, berjalan seperti zombie.
Di atas kepalanya muncul telinga kelinci yang warnanya sama dengan rambut merah panjangnya. Surai yang biasanya ditata rapi dengan tusuk konde emas kini tergerai bebas hingga punggung. Bagian ujungnya bergelombang tersapu angin seolah menari-nari bersamaan dengan emosinya yang dikuasai oleh bulan. Dari bagian leher muncul tanda aneh yang menjalar hingga pipi.
"Bella?"
Hanabusa memanggil nama Bella yang berjalan mendekat ke arahnya. Komandan katanashu skuadron satu itu bergidik ketika melihat Bella menyunggingkan sebelah bibir. Menyeringai dengan penuh hasrat untuk memangsa Hanabusa.
Ini tidak seperti Bella yang Hanabusa kenal. Bella yang biasanya selalu ramah dan ceria kini menampakkan sisi yang tak pernah Hanabusa tahu.
Ada gejolak di hatinya. Keraguan atas fakta yang baru saja terungkap.
Ini berbeda dengan prinsip hidup Hanabusa yang tidak pernah menyukai yokai, bahkan cenderung membencinya.
Ironinya, ia jatuh cinta dengan makhluk yang selama ini adalah seorang yokai.
"Apa pendapatmu tentang yokai?" Hanabusa bertanya di suatu sore di pinggir sungai dekat hutan menuju Spirit Realm. Wilayah yang tak mungkin mereka dekati tapi sudah terlanjur berjalan hingga jauh.
Akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkan kaki sejenak.
"Mereka sama saja dengan manusia, hanya saja yokai memiliki berbagai macam bentuk, dan yokai terkuat bisa menggunakan kekuatan spiritual. Tapi manusia juga memiliki hal yang tidak dimiliki oleh yokai."
"Aku benci yokai."
Hanabusa tidak mengerti mengapa secara impulsif mengatakan hal tersebut. Padahal setelah dipikir kembali, pernyataan Bella juga tidak ada salahnya.
"Aku benci yokai, mereka barbar dan suka seenaknya sendiri. Tak pernah tahu aturan."
Mungkin hatinya sedang diliputi kalut dan lelah setelah seharian berpatroli ke seluruh wilayah Hikagemachi. Ditambah urusan bawahannya yang tidak pernah benar di mata komandan satu ini, menjadikan ucapannya blak-blakan dan seakan penuh amarah.
Bella terdiam. Tak lagi melanjutkan kalimatnya. Hanabusa juga ikut diam, tapi entah merasakan atau tidak hawa canggung dari Bella.
"Ah ada ikan!" Bella menunjuk salah satu tepian sungai. Seekor ikan berenang mendekat. Sudah kelihatan gadis itu sedang mencairkan kecanggungan dengan mengalihkan topik. Mengangkat topik apa saja yang menarik perhatiannya.
"Bagaimana perasaanmu waktu itu?" Hanabusa mengingat ucapan frontalnya tempo dulu. Sekarang ia menyesal.
Hanabusa selalu ingin tampil apa adanya, kalau menurutnya A bagus maka ia akan mengatakan demikian. Jika ia merasa B tidak becus maka ia akan mengatakan sejujurnya. Sifatnya yang seperti itu sebenarnya tidak buruk, apabila dibarengi dengan sifat peka.
Sayangnya, Hanabusa tidak begitu. Ia selalu asal jeplak tanpa memikirkan perasaan lawan bicara.
Baru kali ini ia menyadari kekurangan dari sifatnya.
Tanpa sadar Bella sudah di depannya. Dua langkah lagi Bella sudah bisa memangsa Hanabusa.
Komandan katanashu bersurai silver itu tidak tahu kekuatan apa yang dimiliki oleh yokai kelinci seperti Bella. Menurut buku yang ia baca mereka termasuk golongan rendah yang hanya hidup apa adanya di Hikagemachi.
Tidak seperti sosok Mizuchi atau Shisei, yang menjadi salah satu yokai terkuat.
Di tengah pemikirannya, Bella bergerak dengan cepat dan Hanabusa tanpa sadar sudah diterkam oleh Bella. Tubuhnya limbung ke belakang, punggungnya menyentuh rerumputan yang basah oleh embun malam.
Tangannya segera menarik katana yang melingkar di sisi pinggang. Namun refleknya kalah dengan kecepatan tubuh Bella yang mendekat dan seketika menempelkan bibirnya pada Hanabusa.
Hanabusa hanya bisa membelalak merasakan sentuhan hangat menyentuh bibir.
Empat bulan perkenalan mereka, Hanabusa hanya bisa membayangkan rasa bibir kemerahan Bella yang selalu hadir dalam mimpi. Ia bukan tipikal pria langsung membawa gadis incaran ke atas ranjang meskipun sifatnya sangat blak-blakan.
Hanabusa termasuk yang menghargai semua wanita, terutama gadis yang menarik perhatiannya.
Sentuhan semakin intim. Bella membuka mulut Hanabusa dan membawa masuk lidah untuk saling membelit. Hanabusa, meskipun dalam hati mendambakan sentuhan ini, segera mematahkan rayuan dari yokai.
Tubuh Bella didorong dengan keras hingga gantian tersungkur di tanah.
"Maafkan aku Bella. Aku akan mengobati lukamu nanti."
Hanabusa berdiri dengan sisa napas yang barusan diambil oleh Bella. Bella sendiri sedang berusaha untuk bangkit. Tubuhnya terjatuh di atas rumput dan bebatuan. Seharusnya ia merasakan kesakitan, tapi ia nampak baik-baik saja. Hanya ada bekas goresan dan luka di kaki dan tangan yang terbuka.
Pandangannya masih kosong. Sekali lagi menatap Hanabusa dengan seringai aneh, mengunci target untuk dijadikan korban dari hawa nafsu yang sedang tersulut.
"Bella sadarlah..."
Ah percuma, kenapa kau mengatakan itu Hanabusa?
Bagi Bella tentu saja kalimat itu hanya sekedar lewat gendang telinganya tanpa terserap di otaknya. Sekali kali menghampiri Hanabusa dengan tatapan liar.
Keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali.
Hanabusa segera menghindar dan dengan kekuatan menembus aliran waktu tiba tiba sudah berada di belakang Bella. Belakang lehernya dipukul dengan lembut tapi ampuh untuk membuat lawannya lumpuh.
Bella lagi-lagi tersungkur. Tapi kali ini ia pingsan. Hanabusa menggendongnya kembali ke rumah.
Hari ini Hanabusa telah melanggar dua prinsip hidup, tidak akan mengencani gadis dan juga membenci yokai.
Semua bawahannya tahu itu, bahkan mungkin seluruh penduduk Hikagemachi tahu. Ia selalu menggembor-gemborkankan tentang hal itu kepada orang lain dengan percaya diri. Seolah prinsip hidupnya yang paling benar. Hidup hanya untuk katanashu.
Tapi hal yang tak pernah dia tahu adalah, semua makhluk berubah. Berubah karena keadaan yang mengharuskan untuk berubah.
Sayangnya Hanabusa terlalu gengsi.
Pertama, ia menyembunyikan fakta bahwa ia sering membawa gadis ke dalam hutan untuk kencan. Sengaja menghindar dari bawahannya yang hanya mau berkeliling ke sekitar kota Hikagemachi untuk patroli atau makan ramen di kedai Kyuubi no Kitsune.
Siapa anggota katanashu yang rela blusukan sampai hutan? Bahkan sampai mendekati wilayah Spirit Realm yang terlarang.
Hanya Hanabusa yang sedang dimabuk asmara.
Kini ada satu hal lagi yang membuatnya kebingungan memilih cinta atau gengsi. Sosok asli Bella yang ternyata yokai.
Bella terlelap di kasurnya. Hanabusa baru saja membersihkan luka di tubuhnya. Pertama kalinya juga membawa seorang gadis masuk ke dalam rumah. Kejadian tadi juga sejujurnya pertama kali, bibirnya merasakan sentuhan hangat dari seorang gadis.
Atas kepalanya tak lagi muncul dua telinga kelinci yang mencolok. Tanda yokai di wajahnya juga telah menghilang. Mungkin efek sinar rembulan melemahkan kekuatan yokainya. Napasnya terlihat naik turun dengan teratur.
Hanabusa membawanya ke rumah bukan karena tidak tahu dimana rumah Bella, tapi untuk menghindari rumor. Lagipula akan terlihat mencolok juga kalau Hanabusa seenaknya masuk ke kamar gadis. Setidaknya sekitar rumahnya cukup sepi jadi aman membawa seorang gadis masuk.
Bolak-balik ia berjalan kebingungan di ruangan yang sama dimana Bella tidur. "Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan setelah Bella bangun?"
Pertama kalinya otaknya merasa tumpul. Seorang komandan katanashu kuadron satu, tentu saja tidak dipilih secara cuma-cuma. Tidak hanya kemampuan pedang yang menunjang pekerjaan, tapi juga kemampuan otak untuk menentukan jalan dan keputusan yang harus dipilih.
Memang benar, jika manusia jatuh cinta IQ nya bisa merosot karena mengedepankan perasaan dibanding logika. Inilah alasan Hanabusa tidak ingin jatuh cinta.
Dulunya.
Waktu semakin berlalu, Hanabusa masih sibuk mondar mandir sementara langit di luar sudah nampak kemerahan. Matahari sudah siap membawa makhluk di dalamnya untuk mengawali pagi.
Tak lama lagi, seharusnya Bella akan sadar dari pingsan. Tapi Hanabusa masih kalut dengan apa yang akan terjadi jika Bella sadar, hingga tak menyadari Bella sudah siuman.
"Apa yang harus kukatakan padanya." gumamnya
"Tidak usah mengatakan apapun..."
Hanabusa segera menoleh. Bella sudah bangun dan sedang duduk di atas kasur. Terlihat gelagatnya gelisah.
"..."
Kecanggungan segera menyelimuti, tak ada yang mau mengawali.
"Maaf aku tidak ingat dengan kejadian semalam." akhirnya Bella duluan yang memecah kecanggungan. Sesuai pepatah dari dunia manusia, lady's first.
"..."
"Jadi jika aku melakukan sesuatu yang aneh kepadamu aku sangat minta maaf."
Hanabusa tak menjawab apapun. Bella turun dari tempat tidur. Membenarkan posisi kimononya yang kusut tak lupa rambutnya yang tergerai panjang. Tusuk kondenya sudah jatuh entah dimana jadi rambutnya dibiarkan begitu saja. Padahal waktu itu ia memakai tusuk konde pemberian Hanabusa.
"Aku minta maaf karena sudah menyembunyikan identitasku sebagai yokai." Bella menghadap Hanabusa sambil membungkuk dalam. Gadis itu berdiri kemudian melanjutkan, "Aku tidak berniat menyembunyikannya. Kalau kau merasa kecewa dengan identitas asliku, itu tidak masalah."
Hanabusa tercekat mendengar ujaran Bella. Dadanya entah bagaimana tiba-tiba merasa sesak dan sakit melihat ekspresi sedih gadis di depannya.
"Terima kasih atas waktunya selama ini." Bella menyunggingkan senyum kepada Hanabusa. "Saya pamit dulu. Maaf telah merepotkan komandan katanashu."
Bella berbalik berjalan keluar.
Hanabusa masih mematung. Kakinya seolah menempel pada lantai kayu rumah yang sering berdecit karena sudah tua. Di satu sisi hatinya ia merasa harus mengejar Bella, tapi entah mengapa akhirnya memilih diam dan memperhatikan kepergian gadis itu dari jendela apartemen di lantai dua.
Hanabusa menghela napas panjang. Tubuhnya lunglai dan merosot ke lantai setelah ketegangan berakhir. Meski begitu rasa gelisah masih menyelimutinya.
***
Hari-hari berlalu hingga dua minggu terlewati. Hanabusa maupun Bella tak lagi rutin bertemu. Tapi hal yang mengejutkan, Hanabusa selalu mengunjungi tempat kerja Bella di kedai soba. Di tempat awal mereka bertemu. Hanabusa menyukai soba dan telah mengunjungi semua kedai soba di Hikagemachi. Favoritnya adalah kedai Yamamura tempat kerja Bella.
Sayangnya, Hanabusa merasa pengecut karena hanya memandang Bella dari seberang kedai. Mengawasi Bella yang terlihat dari kaca jendela di kejauhan.
Satu jam berlalu, Hanabusa memilih untuk pergi dari sana.
Tak jauh dari situ ada sebuah kedai ramen yang selalu menjadi buah bibir Uta. Pemiliknya seorang yokai berekor sembilan yang terkenal bermulut pedas juga informan menurut Uta.
"Hanabusa-han!" Uta terlonjak melihat atasannya yang secara logika tidak mungkin mengunjungi kedai Kyuubi no Kitsune.
"Wah wah ada apa ini? Kedaiku kedatangan tamu istimewa." ujar Kyubi dengan nada menyindir. "Apa hari ini sedang turun salju? Atau..."
Kyuubi memberi jeda membuat Hanabusa memandang dengan heran.
"Atau kau sudah bosan dengan soba langgananmu?" tanyanya dengan menyeringai.
Hanabusa sempat menahan napas. Tapi segera menguasai keadaan. "Tidak usah mengatakan hal macam-macam. Beri aku semangkuk ramen segera!"
Kyuubi memandang kesal sebelum mengatakan, "dasar tidak sabaran."
Kendati demikian ia tetap memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Uta yang kebingungan melihat Kyuubi dan Hanabusa terlihat dekat dari kelihatannya hanya melihat perdebatan kecil antara keduanya dengan tanda tanya di atas kepala. Ia ingin bertanya tapi entah mengapa mulutnya yang selalu asal meluncur itu bungkam karena berhubungan dengan privasi atasannya.
Pada akhirnya, anggota katanashu itu bertanya, "Hanabusa-han apa Anda sudah selesai patroli?"
"Seharusnya aku yang bertanya begitu."
Uta hanya nyengir, kemudian lanjut makan tanpa menjawab. Hanabusa sudah hapal kelakuan bawahan satunya. Kalau tidak keluyuran, sembunyi dari kejaran Karasuno Tengu. Bukan rahasia lagi hubungan antara yokai bernama Karasuno Tengu dan Uta yang seperti anjing dan kucing.
"Ternyata lebih seram dari aslinya, ya Kamaitachi."
"Stt! Onibi jangan keras-keras nanti dia dengar!"
Yang dipanggil Kamaitachi menegur. Tentu saja mustahil terlewat begitu saja karena posisi mereka benar-benar di sebelah. Ditambah kedai Kyuubi no Kitsune hanyalah kedai kecil pinggir jalan. Suara bisik-bisik dua sosok yang terlupakan oleh Hanabusa terdengar sangat jelas.
"Aku dengar itu!"
Keduanya terlonjak dan kembali menyantap ramen seolah yang barusan tidak terjadi apa-apa. Beruntungnya Kyuubi telah membawakan semangkuk pesanan Hanabusa untuk menyelamatkan keadaan.
"Apa kau punya bir?" tanya Hanabusa sembari mematahkan sumpit kayu. Menyeruput mie ramen yang kuahnya masih mengepul.
"Kau minum bir setelah makan ramen?"
"Apa salahnya?" tanya Hanabusa.
Kyuubi menghela napas sedikit kesal tapi segera membawakan kembali pesanan Hanabusa.
Malam semakin larut. Kedai Kyuubi sebentar lagi sudah bersiap tutup. Pembuat ramai dan pengunjung langganan, trio Uta, Onibi dan Kamaitachi sudah pulang sejak tadi. Tersisa Hanabusa yang teler dan satu orang pelanggan yokai masih menyeruput mie dan menyuap babi panggang merah.
"Aneh, seharusnya dia segera ke sini." gumam Onibi, kemudian memandang dengan menyedihkan pada Hanabusa yang sudah teler sambil bergumam, 'Bella, Bella' berkali-kali.
Kyuubi menghela napas panjang.
"Kalau dia tidak datang berarti sialmu, Hanabusa."
"Permisi apakah masih buka? Maaf Kyuubi-san, hari ini banyak sekali pelanggan yang datang."
Satu orang pelanggan datang. Kepalanya melongok dari balik tirai. Kyuubi menyeringai tipis.
"Oh, Bella. Akhirnya kau datang juga."
"Eh ada apa?" tanya Bella yang kemudian terkejut melihat sosok Hanabusa yang sudah teler di meja.
"Kenapa dia?" seru Bella yang seharusnya tanpa ditanya sudah tahu jawabannya.
"Teler dimabuk asmara."
"..."
Kyuubi melanjutkan. "Dia sudah habis dua botol. Sungguh menyedihkan."
Bella duduk di sisi kanan Hanabusa. "Baiklah, aku akan bawa dia. Tapi setelah aku makan satu mangkuk."
"Segera diantar, Bella-sama."
"Tidak usah menyindir, Kyuubi-san."
"Kau sungguh menarik. Pantas Hanabusa sampai terpikat olehmu."
"Tapi aku tidak memikatnya dengan kemampuan yokai-ku."
"Aku tahu itu." Kyubi mulai sibuk memasak. Sementara satu pelanggan lain menaruh uang di atas meja sambil mengatakan, "terima kasih makanannya," kemudian berlalu.
"Terima kasih silahkan datang lagi." Kyuubi berseru sembari menuang kuah ke dalam mangkuk yang diberi bumbu dan minyak cabai yang banyak.
Menu kesukaan Bella selalu ekstra pedas.
"Ngh? Bella?" Hanabusa yang teler di sebelah Bella mulai bergumam. Matanya sayup sayup memandang pada gadis di sebelahnya.
Bella menoleh merasakan lengan kirinya dicengkram oleh Hanabusa. Gadis yokai itu terkejut tapi mencoba untuk tenang. Jangan bertindak impulsif yang akan membuatnya menyesal.
"Jangan per....bruk!" Hanabusa ambruk di lengan Bella sebelum menyelesaikan kalimat. Bella terpaku. Beruntung hanya ada mereka berdua dan pemilik kedai yang sedang memandang mereka.
Kyuubi meletakkan semangkuk ramen panas di depan Bella, kemudian tersenyum mencurigakan di balik kipas lipat bermotif shuriken yang dia bawa.
"Silahkan dinikmati." ujarnya.
Bella memandang tajam pada Kyuubi. Merasa sejak tadi Kyuubi menggodanya. Mereka memang kenal sejak lama dan Kyuubi selalu tahu apapun tanpa Bella mengatakan satu kata setiap berkunjung.
"Semoga beruntung, ini kesempatanmu." ujarnya.
Bella menghela napas. "Aku tidak tahu apakah hasilnya sesuai dengan ekspektasiku."
"Menurutku sesuai dengan ekspektasi."
"Baiklah, Tuan yang Tahu Segalanya." sindir Bella. Kyuubi tak merespon karena Bella sudah menyeruput mienya dengan nikmat sambil melirik Hanabusa yang masih memeluk lengannya. Membuat Bella sedikit kesusahan menyeimbangkan tubuh.
Kyuubi sibuk sendiri di belakang membereskan barang-barang dan bersiap untuk menutup kedai.
Tak lama, Bella menghabiskan mienya kemudian berpamitan kepada Kyuubi. Tidak ingin membuat Kyuubi pulang lebih larut untuk menunggunya makan. Sebagai yokai yang bekerja di bidang yang sama dengan Kyuubi, Bella paham kalau semakin larut, semakin ingin menutup kedai. Apalagi kalau tidak ada pelanggan lagi yang datang.
"Kau bisa membawanya sendiri?" tanya Kyuubi sedikit khawatir.
Bella menggotong tubuh Hanabusa di punggung. "Jangan salah, meski aku berubah hanya setiap purnama, tapi kekuatan yokai-ku tidak hilang."
Tinggi tubuh Bella tak jauh beda dari Hanabusa meskipun sedikit lebih kurus. Di punggungnya Hanabusa terlelap. Pemandangan yang cukup aneh dan langka bagi Kyuubi.
Kyuubi bisa jamin, pemandangan ini bisa jadi gosip tujuh angkatan katanashu jika diabadikan menggunakan kamera dari dunia manusia yang sering Onibi ceritakan. Meskipun Kyuubi sendiri tak mengerti bagaimana caranya.
"Hati-hati."
Kyuubi melambai pada Bella yang menghilang di kegelapan jalan malam Hikagemachi. Yokai ekor sembilan itu berbalik untuk benar-benar menutup kedai.
***
Hanabusa terbangun. Matanya langsung terbelalak kemudian menelusuri sekitar. Kamarnya sendiri. Kelopak matanya berkedip beberapa kali. Tak ingat sejak kapan ia terbaring di kasur sendiri.
"Ugh... pusing sekali..." ia menekan pelipisnya yang masih terasa senut-senut.
Hal terakhir yang dia ingat sedang minum bir di kedai Kyuubi no Kitsune sampai mabuk. Di tengah telernya, ia ingat melihat sosok Bella di samping dansempat merasa Bella menggendongnya.
"Tidak bisa dipercaya." gumamnya.
Hanabusa sekali lagi menelusuri ruangan. Tak ada tanda-tanda kehadiran Bella. Ia menghela napas lega. Hanabusa masih belum siap untuk menemui Bella. Apalagi jika kejadian semalam adalah kenyataan, Hanabusa gengsi memperlihatkan sisi lemahnya di depan Bella.
"Kau sudah bangun?"
Suara familiar menyadarkan Hanabusa kalau perasaan leganya hanya bertahan sesaat. Seketika berubah menjadi ketegangan.
"Bella?" seru Hanabusa terkejut.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Bella. Ia meletakkan baki berisi mangkuk sup ayam dan segelas teh jahe. Makanan penghilang pengar.
"Masih sedikit pusing." gumam Hanabusa.
"Minum dulu." Bella menyodorkan gelas teh jahe. Hanabusa menyeruput sedikit. Perasaan hangat langsung terasa di bagian perut. Membuat perasaannya lebih baik. Hanabusa belum ada nafsu untuk makan jadi ia hanya minum setengah gelas teh jahe.
"Mengenai semalam... maaf sudah merepotkan." ujar Hanabusa setelah perasaannya lebih baik dan sekian lama menahan kecanggungan diantara mereka.
"Tidak masalah. Anggap saja kita impas."
"Bella..." panggil Hanabusa, tapi ia memberi jeda membuat Bella menoleh. "Mengenai kejadian tempo hari..."
"Sudahlah..." Bella memotong, "lupakan saja kejadian tempo hari." Gadis itu memberi jeda sebelum akhirnya mengutarakan apa yang menjadi kegelisahan. "Dua minggu tanpa kejelasan, aku hanya ingin menanyakan mengenai kelanjutan hubungan kita."
"..."
"Kalau memang Hanabusa-san tidak merasa nyaman karena wujudku sebagai yokai, aku tidak masalah. Jika status teman juga tidak nyaman bagi Hanabusa-san, aku juga tidak masalah."
"..."
Hanabusa memandang Bella. Manik cokelat Bella terlihat serius menatap manik abu Hanabusa.
Bella masih menunggu jawaban Hanabusa dengan gugup. Hanabusa belum menjawab membuat gadis di depannya semakin gelisah.
Tangan Hanabusa terulur meraih tangan Bella, menarik gadis setengah yokai itu dan menutup jarak diantara keduanya dengan mengecup tepat di bibir. Bella membelalakkan mata. Terkejut. Di sisi lain Hanabusa memejamkan mata menikmati setiap sentuhan.
Bella merasa Hanabusa masih mabuk jadi ia diam saja sampai komandan katanashu itu melepas ciuman.
"Apa kau berpikir aku masih mabuk?" tanya Hanabusa seolah membaca pikiran Bella. Dahi Bella semakin berkerut dan terkejut mendengar penuturan Hanabusa.
"Kalau kau merasa aku masih mabuk, tidak. Aku sepenuhnya sadar walau masih pengar. Kau menanyakan kelanjutan hubungan kita, inilah jawabannya."
"..."
"Aku minta maaf kalau sudah menyakiti perasaanmu, aku dulu memang membenci yokai. Tapi aku tidak bisa membencimu meski kau seorang yokai. Aku menyukaimu, Bella."
"..."
Bella menundukkan kepala. Ada rona merah di bagian telinga meskipun tertutup rambut merah bagian depan yang tergerai menutupi sebagian telinga.
"Hanabusa-san kau masih mabuk..." ujarnya, "Hanabusa-san tidak biasanya berucap kalimat manis seperti ini."
Hanabusa tersenyum, kemudian mengatakan hal yang membuat wajah Bella semakin merona. "Ciuman ini adalah balasan dari ciumanmu di purnama sebelumnya."
Bella seketika membelalak dan menutup wajah dengan kedua tangan. Berarti terjadi hal memalukan ketika dirinya kumat di bulan purnama dua minggu lalu. Gadis itu kemudian bertanya, "apa aku melakukan hal lain selain itu?"
Hanabusa mendekat, sembari menarik tangan Bella yang menutupi wajah sendiri. "Tidak. Tapi aku ingin ciuman itu dinikmati oleh kita berdua."
Bella semakin merona. Pertama kali komandan skuadron satu katanashu mengatakan hal romantis. Biasanya ia hanya menceritakan kisah heroiknya selama mengabdi kepada katanashu. Apa karena perasaannya sudah terbalaskan jadi berani melempar rayuan gombal?
"Anda sepertinya harus makan sup ayam dan minum teh jahe lagi."
Hanabusa terkekeh. Bella masih merasa Hanabusa mabuk.
"Apa kau akan tetap menyembunyikan hubungan ini?"
Hanabusa terlihat berpikir sebentar. Lantas menggeleng. "Biarkan saja. Aku tidak peduli dan lelah main petak umpet."
"Baiklah, Tuan yang sudah tidak gengsi."
"Kau senang sekali menyematkan julukan kepadaku."
"Karena Anda sangat menggemaskan."
"Aku pasti akan diolok-olok kalau anggota katanashu yang lain tahu pernyataanmu."
"Oh, sepertinya menyenangkan kalau mereka tahu."
"Sebaiknya jangan."
"Masih tuan gengsi rupanya." Bella terkekeh pelan. Hanabusa ikut tersenyum melihat Bella akhirnya menampakkan ekspresi bahagia. Dua minggu pengintaiannya di kedai soba, Bella selalu terlihat murung. Meskipun bibirnya tersenyum menyapa pelanggan tapi Hanabusa tahu, matanya tidak.
Hanabusa kembali membawa Bella ke dalam pelukan. Akhirnya gadis impiannya menjadi miliknya.
Perasaan itu tak pernah bisa ditebak. Kau tidak bisa memilih dengan siapa jatuh cinta. Tapi kalau bisa mematahkan prinsip yang sudah dibangun lama untuk menggapai cinta, kau telah mengalah pada keegoisan sendiri.
***
Extra
'Brak!'
Pintu dibuka lebar paksa hingga mengguncang dunia. Sosok komander nomor satu katanashu masuk ke dalam rumah dengan tampilan acak-acakan. Baju kerjanya basah, begitu juga rambut silvernya. Kusut dan lepek. Raut wajahnya juga sudah tidak mengenakan. Seperti seharian penuh mengejar ratusan yokai tanpa henti.
Sebenarnya hampir tepat.
Seharian ini Hanabusa bermain kejar-kejaran dan bertarung dengan seorang yokai yang memiliki kekuatan super. Dewa Air Mizuchi, yang sebenarnya kekuatannya dikendalikan oleh Kasane. Meskipun pertandingan antara katanashu dan yokai telah berakhir, tetap saja Hanabusa bertanggung jawab melaporkan kejadian ini kepada atasan di kantor pusat.
Memikirkannya saja sudah membuat lelah. Ditambah kejadian seharian yang sudah membuatnya muak.
"Astaga kenapa dengan penampilanmu? Bagaimana dengan pertarungan hari ini?"
Manik Hanabusa yang kelelahan memperhatikan gadis yang meletakkan semangkuk makan malam di atas meja. Menghampiri Hanabusa untuk memperhatikan kondisinya.
"Apa perlu aku panaskan air?"
"Bella..." panggil Hanabusa, kemudian menghambur ke pelukan wanita itu. Tanpa peduli gadis kesayangannya risih dengan pakaian yang sudah basah.
"Hanabusa-san...?" Bella, wanita setengah manusia setengah yokai itu terkejut.
Segera ia mendengar gumaman komandan katanashu di bahunya. "Capek..."
Bella menghela napas. Tangannya melingkar pada bahu Hanabusa untuk memberikan kekuatan setelah seharian bertugas.
"Otsukare-sama, Hanabusa-san." ujar Bella kemudian membelai lembut rambut silvernya yang panjang di bagian belakang.
Hanabusa seperti anak kecil yang merajuk kepada ibunya ketika dijahili oleh teman-teman bermain. Memeluk Bella dengan erat tempat peraduannya.
Bella sendiri terkekeh setelah beberapa saat dipeluk oleh Hanabusa.
"Kenapa tertawa?" tanya Hanabusa ketika melepas pelukan. Sekitar tiga puluh persen bar energinya telah terisi.
"Anak buahmu pasti akan menggodamu, ketika tahu betapa manjanya komandan nomor satu katanashu ini ketika di rumah."
"Biar saja." ujarnya tanpa peduli.
Bella lagi-lagi terkekeh. Mengecup pipi Hanabusa sebelum menawarkan untuk mandi lebih dulu, kemudian makan malam untuk mengisi sisa energi yang belum terisi.
"Bar energiku hanya bertambah tiga puluh persen setelah makan." ujar Hanabusa. Pandangannya tak teralihkan dari sosok Bella yang membelakanginya. Bekas luka di mata kanan kadang membuat pandangan sedikit kabur, tapi pemandangan di depannya selalu indah dalam kondisi apapun.
Bella menoleh ke arah Hanabusa tapi tangannya masih sibuk mencuci piring bekas makan malam. "Sekarang energiku sudah enam puluh persen terisi."
"Ha? Lalu, empat puluh persen lainnya?" tanya Bella penasaran.
Alih-alih menjawab, Hanabusa bangkit dan berjalan mendekati gadisnya yang masih sibuk dengan piring kotor. Tangannya melingkar di pinggang Bella. Gadis itu sedikit terlonjak merasakan tangan kokoh memeluknya dari belakang. Kepala Hanabusa menghirup wangi belakang leher Bella. Rambut kemerahannya dicepol ke belakang seperti biasa, menyisakan poni dan sebagian rambut di bagian telinga dibiarkan tergerai, hingga belakang leher menjadi sasaran Hanabusa.
"Kau tahu jawabannya."
Bella menghentikan aktivitasnya. Reflek tubuhnya bergidik ketika napas Hanabusa menerpa kulit sensitif di bagian belakang leher. Tentu Bella tahu maksud dari tindakan Hanabusa.
Malam semakin larut. Makanan sudah masuk perut.
Bella meletakkan piring yang masih setengah kotor untuk menuruti hasrat Hanabusa yang sudah tak bisa dibendung.
"Hanabusa-sama, tidak bisakah Anda bersabar sebentar?" tanya Bella sambil berbalik kemudian melingkarkan lengan di leher Hanabusa sambil menyeringai.
"Tidak, Bella. Aku tidak bisa menahannya." Hanabusa segera menggendong tubuh Bella dan membawanya ke kamar.
Tak pernah ada yang tahu isi hati manusia. Hanabusa mungkin seorang komandan skuadron satu katanashu yang dihormati, disegani dan ditakuti. Namun ketika sudah bersama orang tersayang, ia akan menjadi pria lemah yang butuh pelukan untuk mengisi kembali energinya.
***
Selesai
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top