02
Kalau ditanya apakah bulan mendapatkan sinarnya sendiri atau karena bantuan dari benda langit yang lain ... bulan tidak lah hidup dari sinarnya sendiri. Bulan bersinar karena matahari. Namun, dengan keajaiban oleh Tuhan, apakah bulan bisa memiliki sinarnya sendiri, atau seumur hidupnya terus terbayangi oleh matahari.
Eun Wol terbangun dari tidurnya, pakaian rumah sakit ia gunakan, kemarin ia telah melakukan medical check up rutin tiap sebulan sekali. Ternyata, nyaris saja ia tak mengetahui, ternyata kondisinya tidak sebagus yang ia kira. Tuhan masih memberi ia kehidupan untuk dijalani hari ini. "Terimakasih Tuhan, aku minta maaf atas perilaku bodohku kemarin"
Eun Wol termasuk gadis religius yang taat pada agamanya. Menghargai segala hal yang terjadi, mengambil semua sisi positif dari yang terjadi, serta beribadah tanpa bolong. Walau tak tau apakah hal kecil tersebut sudah membuatnya masuk ke golongan orang-orang religius atau bukan.
Eun Wol bosan dengan pemandangan rumah sakit yang monoton, kamar rumah sakit tersebut, bak kamar keduanya. Gadis itu pun berniat untuk berjalan-jalan di rooftop, mencari udara segar, sekarang pukul 05:30. Sangat pagi, tapi bangun pagi adalah salah satu rutinitas yang membuat mood-nya meningkat.
Yah dijam segitu pun, ia meragukan ada orang diatas sana, ketika sampai, ia membuka pintu tersebut disambut oleh dinginnya angin dan sejuknya udara. Ia tersenyum lebar, dan menghirup sebanyak mungkin udara tersebut, dadanya terasa segar dan enteng. "Terimakasih Tuhan" ucapnya lagi.
Eun Wol memutuskan untuk bersandar pada pagar pembatas, dan melihat seisi kota Seoul yang terlihat indah dibalik kerlipan lampunya, ditambah pemandangan fajar yang menyejukkan pandangan. Ia mendengar langkah kaki, rupanya bukan hanya ia yang terbangun hari itu.
Saat melihat ke bawah, ternyata ada sebuah bunga tumbuh dibawah pagar pembatas tersebut. Ia tidak tau nama bunga tersebut, namun ia merasa senang dengan kehadiran bunga yang tak diketahui orang-orang, hidup ditempat yang luar biasa tinggi dari permukaan dibawah sana. Ia pun berinisiatif untuk memotret bunga tersebut dan menemukan identitasnya disebuah aplikasi.
Saat memotret dari atas, bunga tersebut belum cukup terdeteksi dan buram. Ia pun sedikit menaiki pagar, mencoba untuk memotret bunga tersebut, walau ngeri dengan pemandangan dibawah sana. 'ini akan cepat' batinnya. Namun, sialnya sendalnya licin, ia terjatuh ke depan, matanya membulat kaget, pekikan suara ketakutan ia keluarkan.
Tangannya berusaha mencengkram pagar tersebut, handphone dan juga infusnya telah jatuh dibawah sana. Membuat tangannya mengucurkan darah merah segar. Ia meneguk ludahnya sendiri membayangkan tubuhnya hancur berkeping-keping dibawah sana. Sungguh, kematian yang sangat bodoh, masa akan muncul berita 'Seorang mahasiswa kedokteran jatuh dari lantai dua puluh sembilan karena terselip sendal'. Gadis itu merutuki kebodohannya, namun ini bukan saatnya untuk itu. Tangannya gemetar memegang pagar tersebut, ia tidak begitu kuat untuk menopang bebannya. Ia takut.
"Hei!" Teriakan dari seorang pemuda menatapnya kebawah dengan panik, lelaki itu berusaha menggenggam tangan Eun Wol pada pagar tersebut, "Berpeganganlah!" teriaknya. Sepertinya pemuda tersebut adalah seseorang yang tadi masuk setelahnya.
Eun Wol berusaha untuk melepas satu genggamannya untuk menggapai lelaki itu, namun ia malah tidak bisa mengontrol tubuhnya, tangannya terlalu lemas. "Maaf Oppa" lirih gadis itu mengingat kedua saudaranya. Ia menatap kebawah, tidak ada harapan untuknya.
"Sialan!" tangan Eun Wol langsung ditarik keatas. Ia melihat Woo Bin dan pemuda itu bersamaan menarik tangannya. Wajah Woo Bin terlihat khawatir, cemas dan marah. "Yak!" Teriak Woo Bin padanya. Eun Wol kaget setengah mati. Ia menatap pemuda yang menyelamatkannya juga ikutan kaget.
"Kau mau bunuh diri? Kau gila Cha Eun Wol? Sadarlah!"
"Oppa—"
"Kau benar-benar ..." Woo Bin tidak dapat berkata-kata lagi, lantas memeluk Eun Wol.
Gemetar.
Entah dirinya yang gemetar atau Woo Bin, atau memang keduanya. Pemuda tadi menatap keduanya yang tengah berpelukan dan menatap tangannya yang ikut gemetar, sungguh pagi yang tak terduga. Ia tidak tahu harus apa jika paginya ia melihat seorang terbunuh didepan matanya.
Lelaki itu merasa bersalah karena tidak menarik cepat gadis itu, kalau tidak salah namanya ... 'Cha Eun Wol' batinnya. Bahkan lelaki yang berpelukan dengannya adalah seorang aktor senior. Kim Woo Bin. 'Marga mereka berbeda, apakah mereka sepasang kekasih?'.
Ia menatap Eun Wol yang tengah menjelaskan situasinya, memotret, sendal licin dan terjatuh, bahkan ia baru menyadari tangannya yang berdarah karena infusnya yang terlepas. Setelah keduanya selesai dengan percakapannya, mereka lalu menatapnya, Woo Bin menghela napas, "Song Kang, maaf kau terlibat." Pemuda itu, Song Kang, tersenyum ramah.
"Tidak apa, sunbae, syukurlah dia selamat"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top