01

Eun-wol menatap layar dengan senyuman kecil, disana terpampang kakak kembarnya yang sedang bernyanyi dengan grup menyanyinya. Ia ikut bersenandung kecil sambil memakan buah-buahan yang telah dipotong-potong olehnya. Sudah cukup lama sejak ia terakhir menghubunginya. Ia membuka handphone nya, lockscreen-nya terpampang dirinya yang sedang mengikuti operasi bedah saraf. Hal itu membuatnya makin bersemangat untuk melanjutkan study-nya.

            Ia menekan angka 1 pada panggilan telephonnya, dan menyambung ke nomor saudaranya itu. Walau telah tiga kali berdering, panggilannya tak diangkat, 'mungkin sedang sibuk' pikirnya. Ia pun mematikan panggilannya kemudian menghela napas setengah melamun. Ia menengadah melihat sekelilingnya, sebuah apartemen yang sederhana, tidak kecil namun tidak luas juga, dengan lampu remang-remang berwarna kuning keemasan, terlihat cozy dan menyejukkan. Terdapat pula beberapa tanaman indoor yang sedikit bisa ia rawat, setidaknya tumbuhan tersebut tidak mati.

            "Apa gunanya memiliki saudara yang terkenal tapi tidak menemani" gumamnya sedikit kesal. Namun ia juga tidak dapat menyalahkan saudaranya itu, karena itu bagian dari mimpinya. Sama seperti halnya dengan dirinya yang menekuni dunia kedokteran dan bercita-cita menjadi seorang surgeon. Walau sebenarnya ia sendiri tidak meyakini 'fisik'-nya bisa bertahan untuk itu.

            Gadis itu kemudian berjalan ke arah jendela besar yang memperlihatkan pepohonan serta danau yang indah, diikuti rinai hujan yang lembut. Pemandangan yang sangat jarang di Seoul. Ia kemudian duduk pada window seat dan menikmati kesendiriannya sembari menutup matanya, walau sendiri ... ia merasa cukup damai dengan keadaannya. Entah karena merasa cukup tenang atau ia merasa lelah karena akhir-akhir ini banyak tugas, ia pun terlelap.

♥️  ♥️  ♥️

            Suara kode pintu yang ditekan dengan mantap diikuti suara dorongan pintu, lelaki jangkung itu masuk dengan topi yang melekat pada kepalanya. Ia menghela napas saat mendapati saudaranya sedang terlelap, ia pun mengangkat gadis itu kemudian membawanya ke kamarnya. Semerbak bau khas gadis itu menyeruak ke hidungnya, lelaki itu kemudian menaruh gadis itu ditempat tidurnya.

            Tentu saja gadis itu terbangun, ketika ia membuka matanya ia menangkap sesosok familiar yang sering mengunjunginya dirumah ini, "Oppa ..." Ucap Eun Wol, kemudian mendudukan dirinya. Kim Woo Bin nampak tersenyum ketika ia bangun dari tidurnya,

            "Bukankah ini hari liburmu? Beristirahatlah" ucapnya. Sang gadis terkekeh dan bermanja-manja dengannya.

            "Oppa apa kau tidak sibuk? Kenapa sering kemari, padahal aku tidak apa-apa" gadis itu mencari handphone-nya.

            "Kenapa? Kau tidak suka oppa-mu yang ganteng ini berkunjung?" ia memberikan apa yang gadis itu cari. Eun Wol lalu mengambilnya dan menyentuh layarnya, pukul 16.32. Sepertinya dia tertidur sejam lebih, alasan dari sakit kepalanya sekarang.

            "Eii, bukan begitu, aku senang" Eun Wol terkekeh, "Tapi kan oppa juga butuh istirahat, aku sudah dewasa tau!"

            Woo Bin mencubit hidungnya dan tersenyum lebar, "Masih kicik", tentu saja lelaki itu dihadiahi pukulan ringan dibahunya. "Mau makan?" Eun Wol mengangguk cepat.

♥️  ♥️  ♥️

            "Eun Wol ... kapan jadwal check--"

            "Oppa makanan ini sangat enak!" Eun Wol memotong ucapan Woo Bin yang sedang menatapnya serius. Sebenarnya makanan yang disajikan adalah makanan yang sering ia makan seperti biasa, namun Eun Wol sedang tidak ingin membahas mengenainya. Nanti dulu. Biarkan dulu ia makan dengan tenang. Seperti bisa membaca keadaan. Woo Bin hanya tersenyum menatap saudara bungsunya itu.

            "Makanlah, aku tidak yakin kau makan teratur selama kuliahmu"

            "Oppa tenang saja, aku makan dengan lahap, kalau tidak, aku akan tumbang dan kuliahku akan bertambah lama, aku tidak mau itu terjadi, hehe" Woo Bin terkekeh dan menggelengkan kepalanya, saudara kecilnya nampaknya sangat senang dengan study-nya.

            Selesai makan, mereka kembali memesan dessert.

            "Hari ini" Eun Wol menjawab pertanyaan yang tadi ia potong, ia melahap dessert tersebut tanpa menatap kakak sulungnya itu, takut ia akan mendapat omelan. Terdengar suara hembusan napas darinya, "Lalu kenapa tidak pergi"

            "Habis ... tidak ada yang menemani ..." cicitnya. "Tadinya aku mau meminta Eun Woo untuk menemaniku, tapi sepertinya dia sibuk. Yah, tidak datang sekali pun tidak memberikan dampak apapun kok, nih buktinya tidak—"

            "Eun Wol"

            Ucapan Eun Wol terhenti, ia menunduk dalam, rasanya ingin menangis, seperti berbuat kesalahan besar. Ia sangat lemah dengan teguran halus seperti ini dibandingkan ia dibentak dan dimarahi dikampus.

            "Kita ke Rumah Sakit sekarang ya? Oppa temani"

Keputusan akhir telah dibuat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: